Happy Reading!
💐🏥🥼🩺📋
_____________________
_______________________________Juna sudah selesai mempersiapkan pemindahan Aruni di rumah sakit milik keluarganya di Daerah Cimahi Utara saat ada sebuah notifikasi chat whatsapp dari nomor baru masuk ke ponsel pintarnya.
+628*********
Ini Aruni, Kak.Anda
Oke. Aku otw ke RS setengah jam lagi.
Kamu udah makan siang?
Nanti aku bawain. Pengen apa?+628*********
Masih kenyang, abis makan buah sama camilan dari Kak Juna.Anda
Syukurlah, kalo suka.
Eh, aku mau nyetir dulu ya.Juna tidak sempat lagi melihat HP. Dia membawa mobil ibunya, untung saja kunci mobil itu masih dibawa Om Yohan. Sedikit banyak, Juna memikirkan apa yang dikatakan pamannya sepanjang perjalanan. Perihal tanggung jawab itu. Dia akan jadi manusia paling egois bila tidak ingin meneruskan usaha yang sudah dibangun keluarganya dengan mengorbankan banyak hal.
Perjalanan dari Cimahi Utara ke Padalarang memang hanya sekitaran dua belas kilo meter, tapi sepanjang jalan ada banyak hal yang bisa Juna lihat.
Lampu merah membuat mobil yang disetir Juna berhenti. Di waktu sore yang mulai terasa damai, sinar surya sudah tidak seganas tengah hari, tapi tetap saja masih terasa panas kalau tanpa AC mobil. Juna sedang duduk nyaman di dalam mobil. Terbatasi dari hiruk-piruk perempatan jalan raya yang selalu dimulai ketika rambu lalu lintas menyala merah.
Di beberapa detik penting ini, bisa disaksikan banyak kejadian. Ada satu manusia silver mulai turun beraksi, pengamen memetik senar ukulele, juga penjual asongan yang umurnya masih sangat muda belia. Bahkan pengemis di trotoar sana terlihat kelelahan mertapi hidupnya yang menyedihkan. Jalanan adalah tempat yang begitu kontras bila kau ingin membadingkan nasib. Ayahnya benar, kehidupan yang dibenci Juna mungkin adalah kehidupan yang diimpikan banyak orang.
Perhatian Juna teralihkan begitu ada anak kecil perempuan berjualan bunga mawar turun ke jalanan. Itu mawar asli, sekali lihat saja sudah ketahuan. Lama bergelung sebagai florist, membuat Juna mudah membedakan mana bunga artifisial, mana bunga asli. Beberapa tangkai sudah layu akibat termakan waktu dan tersengat panas matahari. Juna menurunkan kaca mobilnya begitu gadis cilik itu mendekat. Dia tidak tega melihat seorang anak yang harusnya masih menikmati masa sekolah, malah berjualan di jalan raya demi mencari rupiah.
Juna tersenyum, lesung pipinya terlihat. "Sabaraha hargana, Adik Geulis? (Berapa harganya, Adik Cantik?)"
Kedua mata anak kecil itu langsung berbinar ceria, melupakan butiran-butiran peluh di jidatnya yang gantian menetes, mungkin karena sejak pagi belum ada orang yang mau membeli dagangannya. "Sepuluh ribu, Aa'."
Di tangannya ada lima belas tangkai mawar merah, beberapa sudah layu. Nanti bisa direndam air dingin supaya segar lagi, Juna paham caranya. "Aa' borong semua kembangna, yah?"
Mata gadis kecil itu langsung melotot kegirangan setelah mendengar perkataan Juna, "Alhamdulillah! Bisa buat beli buku tulis."
Perkataannya barusan membuat Juna penasaran ingin bertanya balik, "Adik kelas berapa?"
"Kelas tiga SD." Sambil berjinjit, gadis itu menaruh semua bunganya melalui jendela mobil. Juna menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan. Dia berpikir sejenak sambil menghitung seolah ada yang salah, polos sekali dan sangat menggemaskan. "Aa' ini teh kebanyakan. Semuanya kan cuma seratus lima puluh ribu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐜𝐚𝐥𝐜𝐨𝐦𝐚𝐧𝐢𝐚 | Part of Purple Universe Project
RomancePurple Universe Project || RM BTS Part Kim Namjoon (RM) as Juna Nam COWOK KOK SUKA BUNGA, KAYAK BANCI! Semenjak apa yang diucapkan sang ayah setelah mengatakan mimpinya ingin menjadi Florist, Juna mulai memahami mengapa ada yang mengatakan bahwa hid...