5. HIS SPLENDID FAMILY

26 4 3
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote and comment gengss
Thanks yang sudah mampir
Hope you like it

"Ra, nanti pulang sekolah temenin gue ya? Ke gramedia, mau beli buku," pinta Fabian dengan wajah memelas.

"Kemarin nggak jadi?"

Fabian menggeleng. "Lo sih nggak mau nemenin gue," sungutnya.

"Bukan nggak mau, Fabian. Kan udah gue bilang gue mau bantu Bibi. Lagian lo bisa minta temenin Dean, Darren, Candra atau Sadeena," jelas Kalara, tak habis pikir kenapa cowok itu hanya ingin ditemani olehnya. Kan Kalara jadi GR.

Fabian merengut. "Hari ini yayaya? Please. Gue butuh banget tuh buku," melas Fabian.

Kalara terkekeh melihat wajah lucu Fabian. Akhirnya dia mengiyakan permintaan cowok itu karena tak tega, juga karena hari ini ia tak perlu membantu bibinya di restoran.

"Lo jam olahraga di jam terakhir?" tanya Fabian saat mereka sudah sampai di lorong kelas XI. Kelas mereka sebelahan. Fabian kelas XI A dan Kalara di kelas XI B.

Kalara mengangguk. "Kenapa?"

Fabian cengegesan. "Gapapa sih, nanya aja."

Kalara berdecak. Ada saja tingkah Fabian yang menurutnya aneh.

"Oh ya, Ra, ini sarapan buat lo." Belum sempat Kalara melangkah masuk, Fabian sudah kembali menghampiri dengan sebuah sandwich di tangannya. "Awali pagimu dengan sarapan, Ra, bukan harapan," gelak Fabian, meninggalkan Kalara yang tersindir.

Berharapnya kan sama lo, Bian.

***

"Ra, sepeda lo udah gue masukin," sapa Fabian riang, menunjuk sepeda Kalara yang sudah berasa di bagasi mobilnya yang terbuka.

Kalara mengangguk-ngangguk. "Ayo!" ajaknya. Kalara menarik Fabian cepat. Dia tak ingin terlihat oleh siapapun pulang bersama cowok itu, apalagi oleh para penggemar Fabian yang berasal dari berbagai golongan. Kalara akan digosipi habis-habisan.

"Kita makan dulu? Lo udah makan siang?" Kalara mengangguk, ia menyantap sepiring nasi goreng sebagai menu makan siang. "Tapi gue belum, laper banget."

Kalara memperhatikan wajah Fabian yang memang meringis, tangan kirinya yang terbebas dari kemudi memegang perut. "Yaudah, mampir dulu makan."

Fabian mengangguk antusias. Mengencangkan pijakan kaki pada gas mobil. Kalara memandangi jalanan dari jendela, ia tak begitu memperhatikan ke mana mobil itu pergi.

Friendzone ✔ (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang