Hope you like it!
Jangan lupa vote di sudut kiri bawah.***
Kalara dan Halna berpelukan. Kalara sengaja menunggu Halna selesai mengajar murid-muridnya agar bisa berbicara dengan gadis itu.
"Lo makin cantik, Na, pantesan si Garry cinta mati," celetuk Kalara, mengundang pukulan kecil dari Halna. "Loh beneran, dia itu bucin banget sama lo! Padahal di sekolah banyak tuh yang demen sama dia tapi yang dia peduliin cuman elo." Kalara berceloteh, ia mengajak Halna duduk di salah satu kursi di halaman panti itu.
"Bahas Garry mulu, bosen gueeee," sela Halna. Kalara terkekeh, ia memang selalu bersemangat membahas hubungan dua bucin itu. Garry dan Halna sangat cocok. Garry yang urak-urakan dan nakal akan sangat nurut dan kalem jika bersama Halna.
"Kalem darimana, Kalaaa? Yang ada dia trantruman kalau gue gak nurutin kemauan dia," misuh Halna, meski begitu senyum kecil tak hilang dari bibirnya.
"Iyaaaa, tapi kan enggak setantrum saat gak sama loo," beritahu Kalara, Garry memang nakal dan banyak ulah di sekolah.
Halna mengibaskan tangan. "Udah, jangan bahas dia mulu. Enak bahas tentang lo. Gue tahu lo lagi ada masalah, kan? Lo ngalihkan topik dan bahas Garry terus biar gue gak sadar. Lo lupa kita temenan dari kecil, Kalaa?"
Kalara mengulum senyum. Selalu bangga saat melihat sisi dewasa sahabat baiknya. Itulah yang ia sukai dari Halna, ia mampu menjadi sosok ibu, sekaligus kakak untuknya yang tak memiliki siapapun.
Kalara sangat menyayangi Halna, gadis itu sejak kecil selalu menjadi sosok tameng untuknya. Halna yang juga masih kecil, mampu mengurus Kalara. Mulai dari mengucirkan rambut Kalara, menjaga Kalara dari anak-anak nakal, dan lain-lain. Kalara tak ingat semua, karena kenangan masa kecilnya hanya sebagian yang ia ingat. Namun ia tahu bahwa ia dan Halna memiliki banyak kisah indah dan lucu.
Saat Garry—yang juga sahabat kecil Kalara—mengatakan ketertarikannya pada Halna, selepas mereka bertemu pertama kali, awalnya Kalara tak mengizinkan. Ia tak ingin Halna terluka mengingat bagaimana sifat dan kelakuan Garry. Namun cowok itu mampu membuktikan bahwa ia benar-benar serius pada Halna, Garry juga menunjukkan bahwa ia memiliki sisi yang berbeda saat berhubungan dengan Kalara, yang baru saja Kalara ketahui. Entah bagaimana proses mereka berpacaran, hingga akhirnya Kalara tak bisa berbuat apapun selain merestui mereka berdua.
"Malah melamun!" Halna menyadarkan Kalara dari lamunan. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Kalara.
"Gue lagi gak ada masalah kok. Gue cuman lagi cari cara buat bisa ngilangin perasaan suka gue untuk seseorang."
Halna mengernyit. "Kenapa harus dihilangkan? Rasa suka gak akan semudah yang lo bayangkan untuk dimusnahkan, Kalaa."
Kalara menghela napas berat. "Tapi gue harus bisaa," ucapnya frustasi. "Dia sama gue benar-benar berbeda, Na. Gue cuman gadis penerima beasiswa sedangkan dia itu sosok yang sempurna di mata murid-murid lain. Dia juga punya keluarga cemara yang gak gue punya, Na, dan dia sempurna buat gue yang gak ada apa-apanya. Bahkan mantannya aja cantik banget."
Setetes air mata jatuh membahasi pipi Kalara. Benar, ia menangis. Rasa sukanya pada Fabian membuat ia frustasi dari pada apapun.
"Lo udah bilang sama dia? Udah jujur tentang perasaan lo?"
Kalara menggeleng lemah. "Gue belum jujur sama dia. Ah, lebih tepatnya gue gak bisa dan gak berani buat jujur. Gue gak mau kalau gue ngungkapin perasaan gue, pertemanan kami jadi renggang dan canggung, Na."
Halna langsung mengerti begitu mendengar penjelasan Kalara. Yang ia simpulkan, Kalara sedang terjebak rasa suka pada temannya sendiri. Atau istilahnya disebut Friendzone sama anak jaman sekarang.
Halna menepuk bahu Kalara. "Kalau begitu, lo harus hilangin semua perasaan itu, Kalaa." Halna menjeda, lalu melanjutkan. "Gue tahu mungkin aja nasehat gue salah dari sudut pandang orang lain, tapi bagi gue yang gak mau lo sakit hati lebih dalam, gue cuman bisa nasehatin ini. Kita harus cari yang setara sama kita, Kalaa. Gue dan Garry contohnya, gue juga sering insecure parah saat sama dia. Dan lo harus bisa dapet cowok yang gak buat lo berpikiran bahwa lo gak pantes dapet dia."
"Hm."
Kalara dan Halna sontak mendongak. Melihat sosok yang berdehem dan berdiri menghalang sinar matahari di depan mereka. Rupanya Garry, cowok itu sepertinya mendengar ucapan Halna.
"Garry? Lo ngapain di sini?" bingung Halna, ia belum ngeh dengan tatapan tajam yang dilayangkan Garry.
Kalara segera bangkit. Ia menepuk bahu Garry. Kalara pergi ke dalam panti untuk memberikan waktu pada Halna dan Garry untuk berbincang.
***
"Kalaa, lo harus sering-sering mampir sini." Halna memeluk Kalara yang berdiri di sebelahnya.
Pelukan mereka terlepas. Kalara tak bisa janji, jadi ia hanya membalas dengan senyum perkataan sahabatnya.
"Kak Kala harus main ke sini lagi, ya, besok! Una mau dibacain dongeng lagi!" ujar Una, gadis kecil itu berlinang air mata semenjak Kalara bilang akan pulang. "Una sayang kak Kala!" Tangis Una akhirnya pecah, ia menangis dalam pelukan Kalara. Gadis kecil harus dibujuk oleh bunda Ira—pengelolah panti—barulah Una berhenti menangis.
Anak-anak yang lain juga memeluk Kalara bergantian. Wajah mereka semua merengut sedih, padahal sebelumnya mereka tertawa riang saat Kalara membacakan berbagai macam dongeng. Kalara ingin menangis juga rasanya.
Beberapa anak juga memeluk Garry, cowok itu sering datang ke panti karena ingin bertemu Halna, namun ia jadi dekat dengan anak-anak panti. Garry sering mengajak mereka bermain bola khususnya anak laki-laki.
Kalara dan Garry melambaikan tangan dari gerbang panti. Garry memang sengaja menyamakan jam pulang dengan Kalara atas perintah Halna, gadis itu juga meminta Garry agar mengantarkan Kalara pulang. Garry si bucin mampus, tentu iya iya aja jika disuruh Halna.
"Udah baikan sama Halna?" tanya Kalara, saat mobil yang dikendarai Garry melaju.
"Gue gak bisa lama-lama marahan sama dia. Gue gak tahu kenapa dia bisa berpikiran dia gak pantes buat gue, tapi yang pasti gue bakal usaha biar dia ngerasa dia worth it buat siapapun itu."
Kalara mengangguk. Halna beruntung dicintai oleh Garry, sementara dirinya? Cinta sepihak.
"Gar, mampir ke pusara nyokap bokap gue dulu, ya? Gue kangen sama mereka. Tapi kalau lo sibuk, nanti pulangnya biar gue naik taksi aja."
Garry langsung mengiyakan perkataan Kalara. Ia mengubah lokasi tujuan di GPS mobilnya. "Sekalian aja, gue juga udah lama gak nyapa mereka. Gue juga kangen sama mereka."
Hening. Baik Kalara dan Garry sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Membahas masalalu saat orang-orang di dalamnya telah tiada memang menyakitkan.
***
Bakalan update setiap hari jadi jangan lupa follow akunku supaya enggaaaaak ketinggalan update!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone ✔ (Tamat)
Novela JuvenilIntip aja dulu siapa tahu sreg xixi Selamat membaca📖 ___ Kalara, gadis yatim piatu yang bercita-cita ingin memiliki butik dengan namanya sendiri. Sedari kecil Kalara selalu mengulang kalimat tersebut. Meski beberapa kali mendapat cibiran karena tak...