Matahari mulai terbenam, menelan desa dalam bayang-bayang keemasan. Mattheo, dengan tangannya yang erat menggenggam tangan Eve, terus melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah kecil di ujung desa. Eve, terdiam dan sedikit bingung, hanya mengikuti Mattheo tanpa bertanya.
Senyum tipis menghiasi wajah Mattheo saat mereka sampai di depan rumah kecil itu. Dia menuntun Eve masuk ke dalam, dan Eve ternganga melihat keindahan yang terpancar dari dalam rumah itu. Furnitur kayu yang antik, dekorasi yang indah, dan aroma lavender yang menenangkan memenuhi ruangan.
Eve terdiam sejenak, matanya terpaku pada foto yang terpampang di dinding. Foto itu menunjukkan seorang pria muda dengan rambut pirang yang berkilau dan mata hijau yang tajam. Pria itu tampak serius dan sama sekali tidak tersenyum.
Eve menoleh ke Mattheo, "Siapa itu?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Mattheo tersenyum tipis. "Itu aku," jawabnya.
Eve bergidik ngeri. "Kamu?" Dia menatap foto itu dengan lebih saksama. Foto itu tampak usang dan lama sekali. Hahaha kamu berusia 100 tahun?" Ucapnya sembari tertawa.
Mattheo menatap Eve dengan lembut sembari tersenyum. "Mungkin saja? Siapa yang tahu?"
Sore sudah berganti menjadi malam yang terasa berbeda. Suasana di rumah kecil itu tiba-tiba berubah menjadi magis. Cahaya lilin yang redup menari-nari di dinding, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari. Eve, yang masih terpaku pada Mattheo, merasakan jantungnya berdebar kencang.
Tiba-tiba terdengar lagu yang bersuara dari alat musik gramophone yang memutar sebuah piringan hitam. Melodi indah mengalun memenuhi ruangan, membawa Eve ke dalam dunia yang berbeda. Mattheo tersenyum lebar, matanya berbinar-binar dengan semangat.
Dia mengulurkan tangannya kepada Eve, "Maukah kau berdansa denganku, Eve?"
Eve terdiam sejenak, menatap tangan Mattheo yang terulur di depannya. Dia terlihat ragu-ragu, namun akhirnya ia mempercayai Mattheo.
Eve meletakkan tangannya di tangan Mattheo, dan mereka mulai berdansa. Tubuh mereka bergerak mengikuti alunan musik, bagaikan dua jiwa yang menyatu. Eve merasa seperti melayang, terbawa oleh melodi indah dan sentuhan lembut Mattheo.
Wise men say
"Only fools rush in"
But I can't help falling in love with youShall I stay, would it be a sin?
If I can't help falling in love with youLike the river flows
Shortly to the sea
Darling, so we go
Some things were meant to beTake my hand, take my whole life too
'Cause I can't help falling in love with youLike the river flows
Shortly to the sea
Darling, so we go
Some things were meant to be, oh
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Kutukan 🎻 [On Going]
Fantasia‼️Vote dulu sebelum baca⭐‼️ Keanehan tiba-tiba terjadi ketika pangeran akan memainkan biolanya. Setiap kali pangeran memainkan satu nada, ia akan berpindah tempat yang asing dan menakutkan dimana ia harus menyelesaikan misi-misi yang ada dengan cepa...