Joanna sedang berada di mobil bersama Jeffrey. Dengan wajah kesal sekali. Karena kegiatannya dengan Mika diinterupsi."Kamu tahu kalau keadaan kantor sedang chaos saat ini? Bisa-bisanya kamu meninggalkan kantor untuk hal seperti ini!"
Joanna memutar bola mata malas. Lalu menatap jendela. Sebab malas mendengar Jeffrey yang sedang ingin menceramahi dirinya.
"Orang kantor telepon aku karena kamu tidak bisa dihubungi! Aku tidak akan ikut campur kalau kamu bisa lebih dewasa sedikit!"
Joanna mulai meraih ponsel yang ada di pangkuan. Lalu menghidupkan paket data setelah mematikan mode pesawat. Sebab dia memang sengaja melakukan ini agar tidak mendapat gangguan.
Namun tidak dengan Mika yang memang ponselnya dipakai untuk memesan barang. Tidak heran jika dia bisa mengirim alamat pada salah satu karyawan Joanna saat bertanya. Karena mengira jika dia diminta Joanna untuk mengirim mobil jemputan saat malam. Tidak tahunya Jeffrey yang datang. Sekarang.
"Kalau begitu urus saja bisnis ini! Kalau menurutmu aku tidak layak mengurus ini!"
Joanna menatap Jeffrey. Sedangkan pria itu mulai menaikkan alis. Seolah sedang marah pada si wanita yang ada di samping.
"Gila kamu! Kamu mau menyerah hanya Karana laki-laki? Jangan egois! Ini bukan tentang dirimu sendiri! Ada banyak keluarga bisa hidup dengan hadirnya bisnis ini! Banyak mimpi anak-anak yang akan gugur jika kamu menyerah saat ini!"
Mobil berhenti di lampu merah. Jeffrey menatap Joanna semakin tajam. Dengan rahang yang sudah mengeras.
"Aku tidak bilang akan menutup bisnis ini. Aku hanya minta agar kamu yang handle semua ini. Karena aku sudah tidak tertarik lagi. Aku sudah tidak berambisi untuk terlihat sebagai wanita sukses lagi. Aku sudah tidak ingin terlihat setara denganmu lagi. Aku—"
"Gila kamu! Hanya karena laki-laki kamu mau mengorbankan masa depan! Mau mempertaruhkan apa yang selama ini sudah kamu perjuangkan!"
"Aku tidak menginginkan ini semua sejak awal. Kamu lupa? Kalau selama ini kamu yang memaksaku untuk melakukan ini semua! Memaksaku untuk terus bergerak, agar bisa menjadi wanita berdaya, agar bisa tetap baik-baik saja saat kamu tinggalkan. Benar, kan? Buktinya, kamu pergi setelah aku berhasil membuatmu bangga!"
Jeffrey diam saja. Namun matanya masih menatap Joanna tajam. Seolah apa yang baru saja wanita itu katakan adalah kesalahan.
"Aku berhenti, aku akan menjual bisnis ini pada orang lain jika kamu tidak ingin mengurus lagi. Karena aku baru sadar jika tidak perlu ambisi lagi. Aku tidak perlu menjadi sesuatu agar bisa disukai orang lain. Karena Mika bisa menerimaku tanpa semua ini."
Lampu merah berganti. Membuat Jeffrey lanjut menyetir. Lalu tersenyum tipis. Seolah ada yang membuatnya merasa tergelitik.
"Kamu yakin dia bisa menerimamu apa adanya? Kalian baru kenal! Dia tidak tahu apa yang—"
"Dia sudah tahu semuanya. Tentang keluargaku dan kamu juga. Dia tidak mempermasalahkan. Dia—"
"Orang tuanya? Keluarganya? Kamu yakin mereka bisa menerima kamu juga? Aku tahu kalian belum sedekat itu sekarang. Jadi jangan coba macam-macam! Jalani saja alur hidup yang sudah aku aturkan! Kamu hanya tinggal menjalankan. Apa itu susah? Di luar sana banyak orang yang butuh bantuan, butuh orang seperti aku untuk menuntun hidupnya. Tapi kamu malah menyia-nyiakan."
Joanna menarik nafas panjang. Dia tidak lagi bisa membantah. Karena dia sudah habis kata-kata. Tidak tahu dari mana lagi bisa menyerang si mantan pacar.
"Terima kasih."
Jeffrey menolehkan kepala. Menatap Joanna yang mengatakan itu sembari menatap jendela. Seolah tidak serius dengan ucapannya.
"Terima kasih karena sudah menolongku selama ini. Karena sudah membantuku bangkit dari keterpurukan ini. Tapi sekarang aku ingin jalan sendiri. Aku ingin kamu berhenti ikut campur dalam segala urusanku lagi. Telan rasa kasihan dan rasa bersalahmu mulai hari ini. Karena aku tidak membutuhkanmu lagi! Aku bisa mengurus hidupku sendiri. Akan aku pastikan hidupku baik-baik saja tanpa ada kamu di dunia ini."
Jeffrey hanya mendengarkan dengan seksama. Sebab jalanan sedang padat dan dia tidak bisa mengalihkan pandangan dari jalan. Berbeda dengan Joanna yang sejak tadi menatapnya. Dengan mata berkaca-kaca. Karena dia sedang serius sekarang.
10 comments for next chapter.
Tbc...
