6

382 33 38
                                        

2. 30 AM

Joanna sedang berada di rumah Mika. Mereka tengah saling tindih di atas sofa. Karena kebetulan sekali pria ini tinggal sendirian untuk satu minggu ke depan. Sebab orang tuanya sedang ada acara di luar kota. Sedangkan adiknya bekerja di Surabaya.

"Serius di sini tidak ada orang?"

Tanya Joanna yang mulai menjauhkan wajah. Melepas ciuman mereka. Sebab sejak tadi mereka tidak jadi makan dan pindah tempat kencan. Karena letak rumah Mika memang ada di tengah kota. Dekat dengan kantor Joanna pula.

"Serius. Hanya ada kita di sini. ART datang nanti sore untuk masak dan bersih-bersih. Apa mau pindah di kamar saja kalau kamu takut di sini? Tapi aku bersih-bersih kamar dulu, kamu bisa pesanan makanan di Hpku. Aku sudah lapar, kamu pasti lapar juga."

Mika mulai memberikan ponselnya pada Joanna. Tentu setelah membuka kode sandinya. Agar wanita itu bisa bebas memilih pakai aplikasi apa untuk memesan.

"Iya, sih. Aku agak lapar. Ya sudah, aku pesan makanan. Kamu bersih-bersih kamar. Apa mau dibantu juga?"

"Nooo! Di dalam kotor sekali. Kamar sudah jadi kantor keduaku. Jadi, ya, begitu."

Joanna terkekeh pelan. Lalu mengangguk singkat. Sebab dia jelas paham apa maksudnya.

"Tapi kalau butuh bantuan bilang, ya?"

"Oke!"

Mika langsung menuju kamar yang ada di lantai dua. Dia membuka pintu dan jendela lebar-lebar. Lalu memasukkan semua pakaian kotor di keranjang. Tidak terkecuali sprei, selimut, sarung bantal dan gorden juga. Agar bau rokok tidak tertinggal.

Krek...

Setelah mendorong keranjang yang berisi pakaian kotor keluar kamar, Mika mulai memasukkan sampah ke dalam kresek besar. Sampah makanan kemasan seperti sosis dan mie gelas. Sebab dia malas turun kamar untuk sekedar mengambil makan.

Klek...

Mika membuka kamar mandi. Dia membasahi lap dan membersihkan setiap perabotan yang ada di kamar ini. Bahkan ujung meja juga dia bersihkan hingga teliti. Disusul dengan vaccum cleaner yang mulai menyedot debu isi ruangan ini.

Kemudian mengepel lantai kamar ini. Tidak lupa dia juga memasang sprei, sarung batal dan gorden bersih dari lemari. Diakhiri dengan mengganti pengharum ruangan yang sudah habis. Dengan parfum bunga yang baru saja dicuri dari kamar si adik.

"Selesai!"

Mika turun sembari membawa keranjang pakaian dan kresek sampah. Lalu melihat Joanna yang sedang duduk di teras. Sepertinya sedang menunggu makanan tiba.

Plung...

Setelah melempar kresek sampah ke tempatnya, Mika mendekati Joanna yang hanya mengayunkan kakinya. Mungkin bosan karena hanya berdiam diri saja. Sebab ponselnya kehabisan daya.

"Bosan, ya?"

"Eh, sudah selesai?"

"Iya, sudah. Kamu jadinya pesan apa?"

"Toast dan es amerikano saja. Kesukaanmu semua."

Mika menyunggingkan senyuman. Lalu mendengar suara motor mendekat. Karena makanan akhirnya tiba.

Mereka langsung makan bersama. Dengan Joanna yang membahas wallpaper ponsel Mika. Karena di sana ada gambar film kesukaannya, Avatar.

Selesai makan, Joanna dibawa Mika ke kamar. Karena mereka berencana menonton film avatar. Mengingat wanita itu sudah memutuskan untuk kembali ke kantor saat malam tiba.

"Aku mandi sebentar, ya? Aku banyak berkeringat. Terserah kamu mau melakukan apa. Buat dirimu nyaman!"

Joanna terkekeh dan mengangguk singkat. Lalu melihat-lihat isi kamar Mika. Karena baru kali ini dia masuk kamar pria. Kecuali kamar Jeffrey dan mendiang adiknya.

Tidak lama kemudian Mika kembali. Dia memakai kaos putih dan celana rumah selutut warna navy. Sewarna dengan rok dan kemeja yang Joanna pakai saat ini.

"Kurang dingin atau kedinginan?"

Tanya Mika yang memulai memegang remot AC. Membuat Joanna menggeleng kecil. Lalu menepuk sisi ranjang yang kini diduduki. Sebab dia sedang duduk di tengah ranjang saat ini. Sembari memegang remot televisi.

"Sudah pas, kok. Ayo naik!"

Mika mengangguk kecil. Lalu duduk di samping Joanna yang kini sudah menutupi kaki dengan selimut putih. Mungkin karena merasa dingin. Sebab seluruh jendela sudah ditutup rapat saat ini.

"Aku putar sekarang, ya?"

Mika mengangguk. Lalu menarik selimut agar naik ke atas kaki wanita ini. Sebab takut jika Joanna semakin merasa dingin.

"Mau ganti pakai bajuku dulu? Kalau kamu tidak nyaman pakai ini."

Joanna meletakkan remot di atas meja saat film mulai terputar. Dia juga menatap Mika yang semakin terlihat tampan jika dilihat dari dekat. Apalagi aroma sabun bercampur dengan aroma tubuhnya. Sehingga membuat wanita ini semakin tergoda meski hari masih terang sebenarnya.

"Iya. Aku memang tidak nyaman pakai ini."

Joanna mulai melepas kancing kemeja yang dikenakan. Dengan perlahan. Hingga membuat bra putih mulai terlihat. Membuat Mika yang akan bangkit dan mengambil pakaian mulai terdiam. Karena merasa jika ini sebuah undangan.

Mika mendekatkan wajah. Sedangkan Joanna mulai mengalungkan tangan pada leher si pria. Guna memulai ciuman.

Mika juga sama. Dia mulai melingkaran tangan pada tubuh Joanna. Lalu menggeser duduk agar bisa merapatkan badan.

Beberapa menit berlalu. Kemeja Joanna sudah terlepas. Hanya tersisa bra dan rok yang masih terpasang. Berbeda dengan Mika yang kini hanya memakai boxer saja.

"Sudah sampai, ya?"

Tanya Joanna saat ponsel Mika bergetar. Pertanda ada notifikasi datang. Dari driver yang diminta membeli pengaman. Sebab mereka ingin melakukan itu sekarang.

Mika mendudukkan badan. Agak susah karena Joanna sedang duduk di atasnya. Dengan rok yang sudah tersingkap hingga pangkal paha. Memperlihatkan dalaman putih yang sudah terasa lembab.

"Iya. Aku turun sebenar, ya?"

Joanna mengangguk singkat. Lalu turun dari tubuh Mika. Karena pria itu ingin mengambil barang pesanan.

"Lama sekali!"

Seru Joanna yang memang sudah merasa tidak sabar sekali. Karena dia sudah ingin melakukan ini saat masih dengan Jeffrey. Namun baru bisa direalisasi. Bersama pria lain.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka. Joanna yang seharusnya memasang wajah senang mulai berubah muram. Saat melihat Jeffrey yang kini ada di depannya. Sembari menatapnya marah. Karena Joanna memang masih dalam keadaan berantakan. Hanya memakai bra dan rok yang tersingkap hingga pangkal paha.

10 comments for next chapter.

Tbc...

LIFE AFTER BREAK UP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang