#2 Di balik Kata Sempurna

6 1 0
                                    

Hati ini selalu berkata ikhlas, namun tindakan seperti tidak bisa mewujudkannya.

*Senandika*

*

"Tiga!!" hitungan terakhir diucapkan.

Tangan yang bergenggaman itu lantas menarik Shilfa dengan kencang, lalu kaki Shilfa dapat meraih pijakan yang berada di dekat tangan Shilfa, disinilah puncak terakhir dalam penyelamatan, ketika Shilfa melompat sebisa mungkin agar bisa mendekat dengan pria itu. Tatkala melompat tangan Shilfa melebar, lalu disambut dengan pria itu yang langsung meraih Shilfa.

Dan, Deg!!

Shilfa bukan hanya berhasil melompat ke arah pria itu, melainkan Shilfa langsung masuk ke dalam pelukan pria yang bahkan tidak Shilfa kenal. Tangan Shilfa melingkar erat di leher pria yang memiliki proporsi tubuh tinggi dan kekar. Tubuh Shilfa yang sebelumnya bergelantung pada besi yang tidak kuat, kini bergelantung pada bahu yang lebar. Ketakutan seolah membuat Shilfa tidak sadar, atau memang Shilfa merasa nyaman.

Pelukan yang Shilfa berikan sangat erat, diikuti tangan Shilfa ikut meremas kerah baju pria yang telah menyelamatkannya. Sontak, sang penolong hanya bisa diam, dengan membiarkan tubuhnya dipeluk perat. Jarak yang begitu dekat, memberikan rasa yang sangat hebat, dimana rasa takut telah menyelimuti rasa malu. Pria itu dibuat membeku, hingga tidak bisa membalas pelukan itu.

"Shil, Shilfa!" panggil pak Arik pelan.

Beberapa orang di dalam ruangan ini juga dibuat bingung, bagaimana cara untuk menyadarkan Shilfa?

"Cepet panggil dia! Kayak yang tadi kamu lakuin," pak Arik langsung melemparnya ke Alden.

"Gimana caranya? Dia pasti sangat ketakutan," kata Alden, sangat pengertian.

"Apa kita harus tinggalin aja mereka berdua?" usul sang asisten itu, ikut bergabung pada obrolan atasan dan bawahan ini.

"Apa itu ide yang bagus?" tanya balik pak Arik.

"Setidaknya dia butuh ketenangan. Maksudku, mereka berdua." jelasnya.

"Kalau begitu, ayok!" pak Arik lantas setuju.

Tapi sepertinya Alden tidak, karena Alden masih mematung ditempatnya, ketika pak Arik dan asisten itu hendak pergi.

"Ayok!" pak Arik langsung menarik Alden dengan paksa.

Hingga pada akhirnya, ketenangan pun datang lalu membawa kesadaran pada Shilfa. Remasan tangan Shilfa seketika melepas, diikuti dirinya yang malah dibuat bingung dengan aksinya sendiri. Apa yang aku lakuin barusan? Mungkin itu isi hati Shilfa.

"Aaa!!" sontak, Shilfa langsung berteriak.

Namun sialnya, tubuh Shilfa langsung menjauh di saat kesadaran Shilfa belum balik sepenuhnya. Shilfa hampir saja terjatuh lagi, akibat jendela yang sudah bolong besar, namun untungnya pria itu sigap karena langsung menarik tangan Shilfa. Hal itu, membuat kedua mata mereka jadi bertemu. Shilfa mengarahkan tatapan datar yang kosong, sedangkan pria itu mengarahkan tatapan dalamnya.

"Hati-hati, jangan sampe kamu jatuh di tempat yang sama." katanya, seperti memberi pesan tapi entah kenapa terdengar menyebalkan.

"Em, maaf!" Shilfa lantas melepaskan tarikan tangan pria itu.

"Maafkan aku," lirih Shilfa.

Seketika Shilfa langsung kalang kabut, sembari sedikit menghindar.

"Aku mohon, maafkan aku," kata Shilfa, tatkala berada jauh.

"Juga, terimakasih." ucap Shilfa.

Manik mata Shilfa langsung melihat sekitar, tatkala menyadari dirinya yang terlihat aneh. Karena itu, jadi malah mengundang tatapan lekat dari pria itu.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang