#8 Menjadi Sorotan

5 1 0
                                    

Ketika sedang dalam kesulitan, ingatlah satu hal. Jangan pernah menyesal, pada apa yang telah kamu putuskan.

*Senandika*

*

Berada jauh dari kehidupan yang nyaman, memang sulit untuk membuat seseorang mengerti perihal perasaan. Ketika sudah terbiasa berjuang tanpa adanya dukungan, Shilfa lahir sebagai seseorang yang senang sekali memperjuangkan sesuatu yang diimpikan. Lalu Shilfa membuat pilihan, bahwa alih-alih mendapatkan apa yang Shilfa inginkan, Shilfa malah memilih mendapatkan apa yang Shilfa butuhkan. Dua kata yang berarti berbeda, sedangkan Shilfa memilih salah satunya.

Hidup yang tentram, dengan segala kesibukan yang layak, serta dipenuhi pemikiran yang sangat sederhana, siapa yang tidak memimpikannya? Walau tidak ada yang istimewa, dari kata kebahagiaan yang sulit didapatkan. Segalanya, hanya bisa diliputi dari rasa cukup, tanpa ada yang harus dilebihkan atau diistimewakan. Walau rasanya, itu hanya berjalan di awal saja.

"Wuah, kamu cocok banget pake baju itu!!" Alden sampai terpukau, atas kemewahan yang Shilfa tampilkan.

Gaun bewarna nude, dengan desain elegan yang tidak menampilkan banyak corak. Hanya ada sketsa burung merak di bagian pundak, dengan warna silver yang sedikit keemasan, mengelilingi pundak Shilfa yang memperlihatkan leher jenjangnya. Selebihnya gaun ini terlihat seperti dres pada umumnya, tatkala panjangnya menjuntai hingga hampir menutupi sepatu heels yang Shilfa kenakan.

Rambut Shilfa yang tidak terlalu panjang diikat kebelakang, dengan sedikit rambut-rambut halus yang menjuntai kedepan. Sungguh penampilan yang sangat memukau memang, terlebih lagi jika Shilfa memperlihatkan senyuman manisnya.

"Tapi kenapa kamu keliatan gak nyaman Shil?" tanya Alden, sebab merasa heran.

Ya, Shilfa tidak menunjukkan ekspresi apapun, tidak memberikan senyuman atau membuat ekspresi yang tegas. Karena hanya raut wajah datar, yang diikuti sifat yang seolah tidak senang.

"Aku juga gak ngerti," kata Shilfa.

"Kenapa aku harus bergabung di acara perilisan busana, alih-alih seminar tema kearsitekan. Emangnya bakal ada kolaborasi diantara keduanya?" sebab Shilfa dibuat bertanya-tanya.

Ucapan Shilfa ini, langsung menarik perhatian dari Alden, sebab dirinya langsung tertawa kencang.

"Kamu ini kenapa si? Kenapa masih gak ngerti," kata Alden, setelah puas tertawa.

"Kamu juga!" tawa Alden langsung dibuat terhenti, saat ada yang melayangkan sebuah pukulan ke kepala Alden.

"Udah aku bilang kan, jaga sikapmu itu di depan semua orang. Ini adalah acara dimana semua klein Perusahaan itu berkumpul, karena itu aku minta kalian datang buat mewakili Perusahaan. Jadi jangan buat masalah!" Pak Arik menegaskan ucapannya itu.

Sebuah peringatan yang sudah sering di ucapkan, jadi siapa yang bisa lupa? Ketika Shilfa sudah sangat muak dengan sikap yang semena-mena.

"Shilfa, kamu denger gak?" tanya pak Arik, saat melihat Shilfa diam saja.

"Denger pak," jawab Shilfa.

"Kalau begitu, ayok masuk!" pak Arik lantas membawa dua karyawannya itu untuk masuk ke dalam gedung acara.

Setelah berdiam lama sembari mengumpulkan tekad, Shilfa lantas melangkahkan kakinya untuk bertemu banyak orang yang memiliki pengaruh besar. Segala perbedaan menyatu di sini, dimana berbagai macam background setiap orang dipersatukan dalam acara peragaan busana. Mewahnya tempat pertunjukkan, menjadikan acara ini paling dinantikan oleh banyak orang, dan tentu Shilfa tidak termasuk ke dalamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang