Chapter 4

13 3 0
                                    

          "Semua sudah selesai Bunga?" tanya seorang ketua osis di SMA WIDYA PURNAMA yang bernama Devan. Teman sebelah nya mulai menoleh dan tersenyum.
 
         "Sedikit lagi." balas seorang perempuan disebelah Devan yang bernama Bunga.

        "Terima kasih sudah membantu ku, maaf aku sudah merepotkan mu." gugup Devan sedikit sedih. Mendengar keluhan itu Bunga menepuk bahu nya Devan lalu menyentil keningnya.

         "Akh!" pekik Devan.

         "Hey! Aku ini wakil mu, jangan buat aku tidak mendapatkan tugas ya." canda Bunga sambil tertawa sedangkan Devan menggosok keningnya.

        "Sakit tau!" kesal Devan lalu cemberut.
Bunga hanya terkekeh melihat teman disamping nya lalu melanjutkan tugas untuk osis.

         Setelah selesai ketua dan wakil osis keluar dari ruangan sambil membawa berkas penting untuk kegiatan sekolah nanti.

         "Terima kasih Bunga, kalau tidak ada kamu pasti ini tidak akan selesai hari ini." ucap Devan penuh rasa berterima kasih.

         "Sama-sama, aku senang bisa membantu mu." balas Bunga dengan senyuman. Lalu perhatian mereka beralih ke keributan yang lewat. Terdapat perempuan-perempuan disekolah menyeret satu laki-laki menuju ruangan BK. Devan memicingkan matanya agar bisa melihat dengan jelas. Saat terlihat jelas mata Devan melebar dengan mulut terbuka.

         "V-Vero...?" gugup Devan ketika melihat suasana menegangkan disana. Bunga yang juga melihat kejadian menoleh ke Devan. Ia heran mengapa ekspresi Devan seperti itu.

        "Kau kenal dia?" tanya Bunga.

        "Dia murid baru disini, aku dan dia sekelas dan berteman." jelas Devan.

         "Vero benar-benar bodoh!" kesal Devan sambil menepuk keras keningnya.

         "Kau benar, itu kawasan terlarang bagi laki-laki. Dan dia nekat masuk ke sana." lirih Bunga sambil menggenggam berkas-berkas.

          Vero melihat sekeliling mata siswa-siswa melebar ketika ia diseret paksa. Vero terkekeh dan tersenyum manis yang membuat mereka semakin terkejut bagaimana ia bisa santai ketika diseret seperti itu? Dan bagaimana dia bisa masuk ke kawasan terlarang untuk laki-laki?"

         Saat sampai di ruang BK mereka melempar Vero kedalam. Aira dan Jeni menyusul ke dalam lalu mengunci pintu ruangan. Murid-murid mulau bekerumunan di depan ruang BK karena penasaran.

        Guru BK terkejut melihat kedatangan 3 orang yang secara tiba-tiba duduk didepan nya. "Ada apa ini?" tanya guru BK.

        "Kami ingin melaporkan hal buruk yang dilakukan oleh siswa ini!" tegas Jeni sambil menunjuk Vero. Guru BK mengerutkan keningnya dan berkata..

        "Memangnya apa yang ia lakukan sampai kalian membawa secara mendadak?" tanya guru BK sambil mengamati.

         "Entahlah dua perempuan gila ini tiba-tiba membawa ku disini tanpa alasan." cela Vero yang mulai membuka suara.

         "Hey! Kau yang salah! Mengapa kau tertindak layak nya korban!!?" pekik Jeni dengan kesal.

        "Tapi bukan aku yang salah!" balas Vero yang tidak terima.

        "Kau mengintip nyonya Air-"

        "AKU HANYA MENOLONG ANAK KUCIN-"

        "CUKUP!" bentak guru BK karena sudah muak mendengar perdebatan tidak jelas.

        "Bicara lebih jelas! Perdebatan kalian jelek sekali!" tegas guru BK membuat 2 orang itu terdiam. Aira menghela napas dan membuka suara.

        "Masalah ini lebih baik diceritakan oleh pembuat dan penerima nya. Jeni, kau lebih baik keluar." cetus Aira dengan nada dingin. Jeni mulai menunduk malu lalu bergerak keluar ruangan. Vero melihat Jeni keluar dan dimarahi oleh Aira diam-diam tersenyum sempat menahan tawa. Vero berdehem dan duduk tegak.

THE LIVING DEAd SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang