Chapter 9

8 1 0
                                    

          Lara duduk dilantai dan memasang wajah murung karena masih memikirkan Vero yang menghilang sejak tadi. Leo sedikit khawatir melihat Lara dari tadi murung, Leo menghela napas nya dan menepuk bahu Lara.

          "Masih mikirin Vero?" tanya Leo dan Lara menghadap nya lalu mengganguk.

         "Aku tahu dia paling muda dari kita berdua. Tetaplah tenang, aku juga memikirkan cara untuk mencari nya." ungkap Leo lalu menyandarkan diri nya di dinding.

         Devan mengintip keadaan luar melalui jendela ruangan. Masih terdapat zombie berkeliaran dan berkumpul diluar.

         "Mereka masih ada diluar, mungkin kita akan menunggu tiga atau empat hari lagi. Kita akan lihat apa mereka sudah pergi dari sini dan pergi ke tempat lain." jelas Devan sembari mengintip keadaan di luar.

         "Tiga atau empat hari? Apa kita hanya menunggu disini saja." sambung Nathan sedikit protes.

         "Selama hari itu, kita menyusun rencana terlebih dahulu." jawab Devan membuat Nathan menaikkan alisnya.

         "Kelaparan." cetus Nathan.

         Satu kata yang diucapkan Nathan membuat Devan memandangnya.

        "Kau ingin kita kelaparan disini?"  lanjut Nathan.

        "Kau masih memikirkan makanan saat situasi genting seperti ini?" tegas Devan. Bagaimana bisa seseorang bisa memikirkan makanan pada saat bencana seperti ini? Devan menggeleng-gelengkan kepala nya.

         "Aku hanya ingin bertahan hidup dan menambah energi, kita tidak mungkin melawan mereka dengan badan lemas." ungkap Nathan dengan nada jengkel.

        "Kau berpikir untuk melawan mereka?" sambung Lara sedikit terkejut.

        "Kalau tidak dilawan atau dihadapi, kau mau di tetap disini? Kebingungan, Ketakutan, dan tidak tahu harus apa?" cela Nathan membuat Lara terdiam.

         "Saat ini kita tidak tahu harus bagaimana. Aku mengusulkan untuk memberi pendapat masing-masing dan kita akan bekerja sama menghadapi mereka, bagaimana?" usul Devan dan mereka semua pun menoleh.

        "Jika kita gabungkan pendapat kita menjadi satu, bisa terbilang itu adil dan akan berhasil." lanjut Devan berusaha meyakinkan mereka.

         "Pendapatku mengorbankan satu orang untuk memeriksa keadaan luar. Melalui ini." ucap Nathan mengeluarkan dua Walkie Talkie. Devan mulutnya ternganga melihat alat itu.

        "Dimana kau mendapatkan itu?" heran Devan.
       
         "Ya saat aku dikejar dua atau tiga zombie aku melihat ini di kantor satpam lalu aku mengambil nya siapa tahu butuh." jawab dan jelas Nathan lalu memberikan satu Walkie Talkie kepada Nina.

        "Kau saja yang berjaga di luar." cetus Nathan membuat Nina gugup tersentak.

        "K-Kenapa aku?" gugup Nina.

        "Hidup mu terus di usik bukan? Apa kau tidak kepikiran untuk bunuh diri saja?" cela Nathan membuat Nina terdiam dan menunduk sedih.

        "Tapi aku tidak memikirkan hal itu, aku ingin tetap hidup." ucap Nina dengan gugup ketakutan. Nathan terkekeh geli mendengar ungkapan Nina.

         "Kau tidak pantas hidup, kau tahu?" hina Nathan dengan seringaian. Devan merasa geram mendengar ejekan Nathan kepada Nina.

         "Jaga mulut mu sialan!!" bentak Devan kepada Nathan yang memandangnya dengan penuh ejekan.

THE LIVING DEAd SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang