~🅚🅤🅡🅐🅖🅐🅡🅘~
“Aihh, dingin….”
“Sshhh, jangan ditarik.”
“Aah, ganggu aja sih, hmm….”
“Ish!!” Claudia bangun dari posisinya, melihat 2 selimut sudah dikuasai oleh Nina yang tidur di sebelahnya.
Ia pun menggosok tangan dan kakinya yang terasa sangat dingin, mengingat cuaca di Kuragari sangat rendah. Bisa mencapai 10°C di malam hingga pagi hari begini.
Saat ia membuka ponsel, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tapi rasa-rasanya seperti matahari belum terbit.
Karena kepalang bangun, Claudia beranjak dari kamar menuju lantai bawah. Terlihat Jean sedang berada di dapur sementara Sania di kamar mandi.
“Eh, udah bangun, Clo?” senyum Jean.
“Hu’um,” angguk gadis itu sambil mengusap-usap kedua lengannya. Dingin.
“Selimutnya kurang, ya? Maaf, ya. Kemarin dikasih ke tetangga waktu anaknya sakit, jadi butuh selimut.”
“Ih enggak, nggak apa-apa. Itu emang si Nina aja serakah pake dua selimut.”
Jean tersenyum. “Mau mandi pakai air hangat? Aku buatin, ya?”
“Ih, nggak usah repot-repot.”
“Sekalian, Clo, mumpung apinya masih nyala.”
Setelah berpikir sekian detik, akhirnya Claudia mengangguk. Jean yang semula sedang masak air panas untuk minum pun beranjak mengambil panci yang lebih besar dan mengisi air dari sumur.
“Eh, Clo, mau mandi?” Sania keluar dari kamar mandi.
“Eung, iya. Lagi mau dimasakin air panas sama Jean.”
“Kedinginan, ya? Nanti kalau udah beberapa hari juga terbiasa kok.” Kata Sania.
“Hehe, iya, San.” Kikuk Claudia.
Melihat air yang sudah mendidih, Sania mengangkat panci itu dan langsung menuangnya ke teko air panas.
“Mau ngeteh atau kopi?” tanya Sania.
“Teh aja. Tapi aku bikin sendiri aja nanti,”
“Nggak ada! Tamu duduk aja yang manis.” Itu Jean, yang sudah kembali dan meletakkan panci besar ke atas tungku. Lalu gadis itu membantu Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
KURAGARI✔️
TerrorClaudia ragu untuk pergi, tapi teman-temannya sangat antusias ke sana untuk liburan.