enam; kekacauan

52 8 98
                                    

~🅚🅤🅡🅐🅖🅐🅡🅘~

"Kenapa bengong?"

Jonan terlonjak saat seseorang menepuk pundaknya disertai suara di telinganya. Sania. Gadis kini menatapnya dengan kening sedikit mengernyit.

"Eh, anu... enggak, San." Gagap Jonan. "Abis dari mana?"

"Aku di kamar aja kok."

"Nggak mau jalan keluar gitu? Seharian ini kamu sama Jean kayaknya nggak ke mana-mana."

Sania mengangguk. "Memang nggak boleh ke mana-mana."

Kini gantian Jonan yang mengernyit. "Soal kemarin?"

"Betul."

"Maafin kami, ya, San."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Siapa tau itu karena kehadiran kami, atau kesalahan salah satu dari kami."

"Oh, iya. Aku sih... nggak apa-apa. Cuma... gimana aku harus bilang, ya, Jo." Sania seketika ragu.

Soal kesalahan yang diperbuat kemarin itu berhubungan dengan ghaib. Menurut Sania, orang kota belum tentu mengerti atau bahkan percaya dengan hal seperti itu.

"Coba kasih tau aku, San. Ada apa sih?" Jonan kepalang penasaran. Dia masih lekat menatap Sania yang terlihat ragu itu.

Sania melirik ke kanan dan kiri, kemudian mengajak Jonan untuk duduk di teras rumah.

"Penghuni di gudang Bapak marah karena dibuka sebelum waktunya," buka Sania.

"Penghuni?"

"Jin. Jin yang udah ada bahkan dari sebelum Bapak lahir." Sania melempar pandangannya lurus. "35 hari sekali, tepatnya di malam Jumat kliwon, kamar itu baru boleh dibuka." Lalu ia melanjutkan cerita bagaimana kamar itu bekerja.

Jonan tentu mendengarkan cerita Sania dengan baik dan serius. Ia tidak terlalu kaget dengan hal ini, karena beberapa orang yang ia kenal juga mengalaminya. Maksudnya, melakukan hal ini.

"Maaf, San, mendiang Ibu kamu...?"

Bukan Jonan memotong cerita yang sedang diceritakan Sania, tapi memang gadis itu sudah selesai sampai tentang tumbal yang selalu diminta.

"Haha, enggak. Ibu meninggal bukan karena yang ada di sini. Tapi kiriman orang lain."

"Kok...?" Jonan bingung.

"Bapak bilang ada yang nggak suka Ibu. Itu juga kejadiannya udah lama banget. Dulu Ibu dibuat sakit, hampir gila, lalu sekarat dan meninggal. Tapi dalam kurun waktu 14 hari aja. Aku sama Jean masih kecil, jadi waktu itu hanya tau kalau Ibu sakit."

"Kamu tau orang itu siapa?"

Sania menggeleng. "Tapi Bapak tau."

"Lalu?"

"Bapak nggak bisa apa-apa. Ini ghaib, nggak ada yang bisa melawan bahkan tentara sekalipun. Kecuali  orang pintar dengan ilmu tinggi, atau Tuhan."

KURAGARI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang