empat; rasa di hati

54 8 112
                                    



~🅚🅤🅡🅐🅖🅐🅡🅘~

Tepat matahari di atas kepala, anak-anak itu bertemu dengan Jean yang baru selesai dari kebun. Tangannya masih kotor, serta kakinya masih dibalut sepatu boots karet.

"Lho, kalian ke sini?" tanya Jean.

"Iya, sekalian jalan-jalan. Kami mau tau desa Kuragari kayak apa." Jawab Claudia.

"Lalu, udah dapat apa aja?"

"Dapat capek." Nina merebahkan diri di gubuk peristirahatan.

Jean tersenyum kecil. "Aku cuci tangan dulu. Abis ini kita makan, ya."

Gadis itu beralih ke belakang gubuk, di mana tempat cuci berada. Tidak jauh dari sana juga ada gubuk masak. Biasanya jika minggu-minggu panen, ibu-ibu akan masak di sana dan makan bersama-sama.

"Makan seadanya nggak apa-apa, ya?" Sania membantu memberikan piring ke teman-temannya Claudia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makan seadanya nggak apa-apa, ya?" Sania membantu memberikan piring ke teman-temannya Claudia.

"Nggak apa-apa, San. Kapan lagi lho kita makan kayak gini, di kebun lagi." Kata Bianca.

"Yes! Nanti kalau udah di kota, nggak ada lagi yang kayak gini." Timpal Marcell.

"Biar aku aja sini, San." Jonan mengambil alih mangkuk besar berisi sayur tempe yang masih panas untuk diletakkan di tengah di antara yang sedang duduk melingkar.

"Terima kasih, Jonan." Ucap Sania.

Setelah semua makanan siap, mereka menyantap hidangan yang ada dengan suka cita. Makanan ini memang bukan selera mereka, tapi mencoba sesuatu yang baru sangatlah menyenangkan.

Disela makan siang, Nina dan Jonan terus ribut tiada henti. Ditambah Bianca dan Marcell yang iseng mengompori keduanya. Entah rebutan lauk, ditambah lauk, apa saja diributkan.

"Berisik ya teman-teman aku? Hehe." Tanya Claudia pada Haris.

Laki-laki yang sudah menyelesaikan makannya itu tersenyum. "Iya, tapi jadi ramai."

Haris terlihat mengambil seember air, memberikannya pada Claudia agar bisa cuci tangan tanpa beranjak.

"Eh, repot-repot banget." Claudia tidak enak hati.

"Nggak apa-apa, Clo. Daripada kamu harus buka kaos kaki atau pakai sepatu lalu jalan ke sana, lebih baik aku bawa airnya aja."

Melihat perlakuan Haris, dada Claudia terasa hangat. Ah, sial, kenapa dia harus salting sih?

KURAGARI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang