"Gue bahagia karena lo mau berjuang dan bertahan di lautan dengan gelombang besar, ibarat perenang andal yang gak mudah tenggelam."
"Gelombang besar ini terasa seperti gelombang kecil di lautan luas, karena ada lo yang bantu gue berenang."
Mereka sa...
Seringkali manusia menyalahkan takdir atas segala hal buruk yang terjadi, padahal takdir berada di tangan sendiri.
EPISODE TIGA, EUFORIA SESAK DI TEMPAT YANG DISEMOGAKAN TIDAK PADAT PENDUDUKNYA
"Kenapa pake masker?"
Sore ini, kepulangan Nadin disambut oleh Levan yang bermain PS di ruang tamu. Sudah dua minggu Levan tidak ke rumah Nadin. Biasanya seminggu sekali pasti Levan akan main.
Nadin duduk di sebelah Levan. Di meja sudah ada asbak berisi sisa sisa puntung rokok yang bau tembakaunya masih dapat Nadin cium dengan jelas.
Dari dulu sebenarnya Nadin tidak suka melihat Levan merokok. Namun, apa daya jika merokok adalah satu satunya hal yang waktu itu bisa menenangkan Levan dan buat pria itu kecanduan sampe sekarang?
Eisha pernah meminta Levan berhenti merokok. Namun, Levan sampai sekarang belum berhenti. Levan sudah mencoba, tapi tubuhnya seakan kurang nyaman jika sehari tanpa rokok. Bisa sampai pusing dan demam seharian.
"Mau belajar berhenti merokok gak Van?"
Tangan Levan yang semula sibuk dengan stik PS berhenti seketika. "Lo pake masker karena itu?"
Nadin menggeleng cepat. "Apaan sih, enggak. Gue cuma nanya doang, soalnya kemarin ada bapak-bapak tetangga gue yang sering merokok meninggal karena kanker paru." Lagipula dari SD, Nadin enggak pernah menegur Levan ketika laki-laki itu merokok di dekatnya. Nadin juga sama sekali tidak menjauh, Nadin tidak mau menyakiti hati Levan. Karena sekali lagi, Nadin tahu bagaimana mula Levan mencoba mengisap rokok.
"Tapi lo manusia biasa. Bukan super hero yang kayak di film-film action atau fantasy yang dibuat kebal dari berbagai penyakit di bumi, termasuk serangan zombie."
"Susah, Din, gue udah pernah nyoba. Lo sendiri yang liat gue demam karena sehari ga nyebat."
"Pelan-pelan tinggalin tembakau kesayangan lo itu. Nge-vape dulu sebagai ganti rokok. Tubuh lo itu butuh adaptasi." Nadin membuka laci meja, ada dua macam vape yang tersimpan rapi di dalam. "Ini kemarin papi beli emang buat lo, papi yang nyaranin gue untuk bilang ini ke lo setelah ngelayat tetangga. Papi sampai searching tahapan berhenti rokok gimana, dan langkah pertama itu ganti rokok dengan vape katanya."
"Kita yang nyuruh lo lepas rokok itu artinya sayang banget sama lo."
Yang dibilang Nadin ada benarnya bahwa larangan termasuk sebuah bentuk kasih sayang yang sering disalahartikan.
***
Langit sore dengan jingganya perlahan tergantikan oleh hitam gelap malam, tidak ada bulan pun bintang-bintang yang menghiasi. Langit malam kali ini benar-benar sepi. Nadin duduk di balkon kamar, menatap langit yang kesepian. Dulu waktu kecil, Nadin dan Levan hampir tiap hari lihat langit malam di rooftop rumah Levan. Dulu rumah mereka bersampingan, Levan resmi pindah dua tahun lalu, sewaktu bundanya menikah lagi.
Tadi waktu mandi, lebih tepatnya ketika sikat gigi, air kumurannya mancur lewat pinggir bibir. Nadin kesulitan untuk berkumur-kumur, pun untuk mengedip saja sekarang mata sebelah kirinya berat, lebih berat dan terasa semakin aneh.
Nadin membuka gadgetnya, berniat untuk searching di google tentang keluhan yang dia rasakan ini mengarah ke penyakit apa. Baru membuka aplikasi google, pesan WhatsApp dari Kaylan masuk, buat Nadin beralih ke aplikasi WhatsApp lebih dulu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.