Walking On Water
Pada bulan Oktober, semburat jingga terbias di langit kota Seoul, Korea Selatan. Matahari seolah melambai sebelum tenggelam. Menemani angin yang bertiup lembut mengusik wajah Kim Ji Won yang sedang sendiri, dalam hening, dan berdiri diam termangu menatap langit pada balkon kamar tidur yang sudah lebih setengah tahun ia tinggali.
Hembusan angin menerbangkan dress abu dengan motif bunga selututnya. Juga sang rambut yang ia biarkan tergerai itu beterbangan sambil menyapa Ji Won yang nampak sedang memikirkan sesuatu dan bergumul.
Perasaan gundah kecil seusai ia keluar dari kamar mandi puluhan menit lalu, dan Ji Won menyadari periodenya, bahwa ia sedang menstruasi. Sesuatu yang amat normal bagi wanita dewasa dan dengan tubuh produktif.
Hati Ji Won sedikit terganggu oleh kenyataan bahwa belakangan ini, aktivitas seksualnya dan sang suami, Kim Soo Hyun, sangat aktif. Mereka, terutama Soo Hyun juga benar-benar fokus menjaga kesehatan, khususnya dalam urusan program hamil yang mereka rencanakan secara alami.
Namun, mengingat apa yang yang ia lihat di kamar mandi beberapa saat lalu, sudah terbukti usaha keras mereka belum membuahkan hasil sampai sekarang. Dan testpack yang ia beli siang ini sudah tak perlu Ji Won coba. Ia telah patah hati kecil oleh kenyataan.
Ji Won menghela napas panjang, bertanya pada semesta mengapa sulit bagi pasangan seperti mereka untuk hamil di saat sangat mengharapkannya, sementara orang di luar sana bisa hamil tanpa terencana, bahkan di saat sangat dihindari dan tidak diinginkan sampai harus melakukan aborsi. Dunia benar-benar tidak adil, bukan?
Ji Won masih beruntung, sejauh ini Soo Hyun belum pernah mengeluh atasnya yang tak kunjung hamil setelah 6 bulan pernikahan mereka. Mengingat tujuan utama pernikahan ini adalah agar Soo Hyun punya anak sebelum 33 tahun, terlepas alasan lain terselubung milik Nyonya Kim di dalamnya.
Lalu bagaimana jika Ji Won tak kunjung hamil sampai Soo Hyun 33 tahun?
Yang artinya di usia 32 Soo Hyun, Ji Won sudah harus hamil. Karena butuh 9 bulan bayi itu dikandungan Ji Won sebelum dilahirkan. Sementara 2 bulan lalu, Soo Hyun sudah merayakan ulang tahun ke 32 nya.
Mereka nyaris kehabisan waktu, bukan?
Belum lagi mulut tajam Nyonya Kim yang kadang bisa sangat pedas dan menyakiti perasaan Ji Won. Setiap kali Ji Won menjawab pertanyaannya dengan kata, "belum". Bersikap seolah itu adalah dosa terbesar yang bisa manusia lakukan, lalu ia akan membabi buta membuat Ji Won babak belur dengan merasa menjadi wanita paling tidak bisa diandalkan dan tidak berguna di dunia hanya karena belum hamil juga.
Dalam hening itu, wajah sendu Ji Won diganggu oleh bunyi ponsel pada tangan yang ia lipat di dadanya. Membuka genggaman pertanda pesan masuk yang menginterupsi kegiatan Ji Won dan segera memeriksa isinya.
"Ji Won, datanglah ke toko sekarang. Ini sangat penting", kata Lee Ji Young, ibu kandung Ji Won. Pada pesan singkat itu yang memintanya segera menuju toko bunga mereka. Keadaan darurat dimana sang ibu sangat membutuhkan pertolongan Ji Won. Katanya urusan sangat penting yang seketika membuat Ji Won panik.