>24<

49 14 0
                                        

24. Perpustakaan Kampus

Saat ini adalah minggu tenang, minggu depan akan ada ujian akhir semester. Oleh karena itu, Adira saat ini sedang menghabiskan waktu belajarnya di perpustakaan. Awalnya dia ingin di rumah saja, tapi dia baru ingat ada buku yang harus di cari.

Setelah berkeliling mencari buku tersebut, Adira akhirnya menemukannya. Tapi dia tidak bisa mengambilnya karena ada di rak paling atas.

Baru akan mengambil kursi untuk menjadi tangga, Adira malah hampir menabrak orang. "Maaf," ucap Adira spontan.

"Lo gapapa?" tanya orang yang Adira tabrak.

Karena suaranya tidak asing, Adira menonggak melihat orang yang dia tabrak yang ternyata adalah Dylan. "Gapapa Kak," jawab Adira.

"Mau ngapain?"

"Ambil kursi."

"Buat?"

"Ambil buku itu." Adira menunjuk pada buku yang ada di rak paling atas.

"Gak usah," ucap Dylan.

Seketika Adira menjadi lemot karena pernyataan dari kakak tingkatnya itu. Tidak mau salah paham, Adira langsung bertanya, "Maksud Kakak?"

Dylan tersenyum menatap Adira yang mengalihkan pandangannya. "Gak usah ambil kursi, gue bantu ambili buku." Dylan langsung mengambil buku yang gadis itu cari dan menyerahkannya. "Makasih kak."

Dylan mengangguk, lalu dia juga mengambil buku yang dibutuhkan untuk mematangkan presentasi sidang besok. Setelah beberapa bulan pusing karena skripsi, sekarang adalah saatnya penentuan.

Dylan kembali ke mejanya dan mendapati Adira sedang fokus dengan laptopnya. Tidak mau mengganggu, Dylan juga kembali berkutat dengan laptop miliknya.

****

Syafa menatap heran pada Adesya yang sangat semangat menariknya ke perpustakaan kampus. Mereka baru saja tiba setelah sebelumnya di ajak Adira berangkat ke kampus.

"Pelan-pelan aja," ujar Syafa.

"Gak bisa Fa," sahut Adesya. Gadis itu sudah berjalan lebih dulu sambil menarik Syafa agar berjalan lebih cepat.  "Nanti ke buru pergi," ujar Adesya.

"Siapa? Dira?" tanya Syafa. "Gak mungkin, pasti nungguin kita."

"Ih! Bukan Dira yang gue maksud. Lo mah gak peka, udah cepetan."

Syafa hanya bisa mengikuti langkah cepat Adesya yang setengah brrlari. Sampai di perpustakaan wajah Adesya berubah masam. "Tuh kan udah pergi," gumam Adesya.

"Sabar," Syafa menepuk-nepuk pundak Adesya.

Keduanya langsung berhenti berjalan saat menemukan Adira dan kakak tingkat mereka sibuk dengan laptop masing-masing di meja yang sama.

Adesya yang sadar lebih dulu menyenggol lengan Syafa, "Gue salah liat ya?"

Syafa langsung mencubit pipi Adesya, "Awh! Sakit Fa!"

"Karena sakit berarti bukan mimpi," ucap Syafa.

Dia langsung mengajak Adesya untuk mendekat pada Adira. Gadis itu terlalu fokus pada laptopnya sampai tidak menyadari dua sahabatnya sudah duduk di sampingnya.

Sedangkan kakak tingkat mereka langsung menyadari, membuat mereka menyapa dengan menganggukkan kepala.

Karena merasakan banyak pergerakan dari samping tempat duduk, Adira menoleh dan mendapati kedua sahabatnya sudah duduk di sampingnya. "Sejak kapan kalian disini?"

"Baru aja," jawab Adesya. Dia langsung mendekatkan tempat duduknya pada Adira lalu berbisik, "Lo janjian sama Kak Dylan?"

Adira melirik sebentar pada Dylan yang kembali fokus pada laptopnya. "Enggak. Tadi ketemu di sini, Kak Dylan bantu aku," jelas Adira yang tidak mau sahabatnya salah paham.

"Gue kirain. Kan bagus kalo kalian deket, kali aja mau login."

"Hus!" ucap Adira karena perkataan melantur Adesya. "Gak boleh ngomong gitu, kalo orangnya denger gak enak."

Kedua mata Adesya langsung berbinar senang, "Kalo bener login, lo seneng juga kan?"

Tanpa sadar Adesya bersuara dengan keras, membuat Syafa langsung menyenggolnya. "Inget perpus!"

Adesya spontan menutup mulutnya, hal itu terlihat lucu pada siapa saja yang memperhatikan gadis itu. Setelah kejadian itu, mereka kembali tenang dan fokus pada tujuan pertama. Seolah-olah tidak ada kejadian yang menurut Adesya memalukan.

Sejam kemudian, tugas mereka akhirnya selesai. Karena merasa lapar, mereka berniat pergi ke kantin. "Makan kan?" tanya Syafa.

"Iya."

Sebelum mereka pergi, Adira menahan keduanya. Dia berniat mengajak Dylan. "Kak Dylan mau ikut makan juga?"

Dylan menggeleng, "Kalian aja, Thank you."

"Nitip?" tawar Adira.

"Boleh?"

"Boleh kok kak." Kini Adesya yang menjawab, karena mereka juga akan kembali ke perpustakaan setelah makan siang.

"Air mineral sama roti."

"Baik, Kak."

Setelah itu mereka segera menarik Adira, lebih tepatnya Adesya yang menarik Adira dan Syafa untuk segera keluar. "Cie ... cie ... bentar lagi tambah deket ini mah!"

"Lebay lo!" ucap Syafa.

"Syirik aja lo," balas Adesya. "Tapi kalo dipikir-pikir jangan sama dia Ra."

"Gampang bener berubah pikiran lo!"

"Gimana ya? Kan pacaran itu ga boleh, tapi kalo Kak Dylan melam-awh!" Adesya langsung menatap tajam pada Syafa yang mencubit pinggangnya.

"Kalo ngomong pake toa sekalian."

Setelah mengatakan itu, Syafa langsung mengajak Adira untuk jalan lebih dulu.

#24Juni2024

Terima Kasih Dylan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang