Prolog

494 29 2
                                    

[PROLOG]
"Endingnya...hilang?"

"Ser, Serenia!" Dari arah luar kelas, dua orang gadis mendatangi orang yang dipanggil 'Serenia' dengan tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ser, Serenia!" Dari arah luar kelas, dua orang gadis mendatangi orang yang dipanggil 'Serenia' dengan tergesa-gesa. Mereka berhenti dengan nafas ngos-ngosan sambil membawa sebuah buku novel yang asing baginya.

Serenia Kanayaseorang gadis cantik pecinta buku novel. Hari-hari yang tak pernah lepas dari yang namanya membaca. "Ngapain sih lari-lari? Dikejar pak Firaun lagi?" Netranya tak lepas dari sebuah buku yang sedang ia baca.

Jelita, gadis dengan kepang dua itu menggeleng keras. "Salah satunya, tapi bukan itu yang penting!"

"Terus apa?"

Kini giliran Tabita, gadis dengan kepang satu berseru girang. "TADAA!" Ia menunjukkan sebuah buku novel yang sedari tadi ia pegang dengan girang.

Serenia mulai tertarik melihat cover novel itu terlihat menarik dan sangat baru. "Wih, kalian dapet darimana?"

Jelita tersenyum bangga. "Perpus, tadi kita sampe rebutan sama kelas sebelah gara-gara pengen pinjem buku ini. Jelas dong siapa yang menang? Cuma ada satu soalnya, kayaknya sih bagus, Ser! Lo mau baca?"

Tabita berdecih. "Heleh, itu juga gue yang menangin suitnya. Lo mah apa, cuma bacot doang digede-gedein, Jel!"

Jelita melirik sinis Tabita. "Ye bacot juga berguna tau, buktinya tu anak kena mental sama bacotan gue!"

Tabita tertawa ngakak. "Anjir, itu mah karena mereka nggak tahan denger suara toa lo. Kuping gue aja sampe budeg sebelah tau nggak!"

Jelita hendak memprotes namun Serenia sudah memotongnya. "Stt, udah weh! Ini kalian jadi minjemin gue novelnya nggak?" Serenia sudah muak mendengar perdebatan mereka.

Mereka sontak mengangguk bersamaan. "Nih baca aja. Jangan lupa kasih tau kita ceritanya gimana," Jelita meringis kuda.

Serenia memutar bola matanya malas. "Yee, bilang aja kalian males baca!" Memang mereka itu jika ingin tau isi novel pasti menyerahkan bukunya ke Serenia agar dibaca. Karena, mereka lebih suka mendengarkan ceritanya dari Serenia daripada membaca secara langsung. Padahal menurutnya, membaca secara langsung lebih mudah dipahami daripada hanya mendengar.

Mereka kompak menyengir. Tak lama, seorang bendahara kelas mereka datang dengan membawa buku kas. Ucup, bendahara lelaki di kelasnya yang terkenal slay dan suka ghibah itu menodongkan jari lentiknya menagih sesuatu. Serenia bergidik ngeri melihat tangan Ucup yang semakin menjulur dengan kuku panjang slaynya menagih utang kas.

"Bayar bayar! Serenada kurang gocap, kepang dua kurang cepek, kepang satu kurang satu dolar. Cepet bayar!" ia berucap seperti mak-mak renternir.

Serena Secret'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang