[BAB 7]
"Sekali iblis tetep iblis!"Malamnya, mereka semua menikmati suasana dengan berkumpul melingkar dengan penerangan lentera yang sengaja Serena bawa. Ia tidak mau menyalakan api unggun karena nantinya akan mencemari lingkungan yang masih asri ini. Toh juga di sekitar sudah banyak dipasang penerangan berupa lampu gantung. Jadinya keadaan tidak terlalu gelap.
Ngomong-ngomong soal camping, sejak kapan ia jadi sedekat ini dengan mereka? Padahal sedari awal, Serena sudah mengantisipasi untuk tidak terlalu berurusan dengan mereka kecuali Bianca. Dan juga, acara camping ini tidak pernah tertulis dalam novel. Di novel, hanya ada kisah romantis Anna dan Rendra, pertengkaran, pembullyan, dan fitnah. Lalu apakah sekarang, itu semua tidak akan terjadi?
Anna, sedari tadi Serena amati. Gadis itu selalu menampilkan wajah polos dan lugu. Sikapnya yang ceria membuat Rio dan Raja sesekali melontarkan candaan dengannya. Tidak ada yang aneh. Rendra yang terkadang memberi perhatian kecil kepada Anna, ya seperti apa yang tertulis di novel.
Bianca, entah mengapa Serena tidak bisa menyebutnya sebagai antagonis. Gadis itu terlalu menyedihkan untuk berperan jahat di sini. Lihatlah, wajah yang lesu dan murung itu tidak mencerminkan sosok jahat nan bengis seperti di novel. Ya, Serena tau jika Bianca mungkin sedang tidak mood. Namun, ia tidak yakin jika Bianca memang jahat seperti yang kebanyakan orang bilang.
Saat ini, posisi mereka semua sudah saling menjauh. Anna, Rio dan Raja terlihat tengah asik bercanda. Rendra yang tak jauh dari mereka tengah sibuk bermain ponsel. Sedangkan Raka dan Regan sedang memetik gitar masing-masing.
"Are you okay?" Serena memutuskan untuk bertanya kepada Bianca.
Bianca disebelahnya mengangguk pelan sembari memeluk lututnya sendiri.
"It's oke kalo lo nggak baik-baik aja. Tapi jujur, gue lebih suka lo yang narsis bin tengil daripada sad girl kayak gini," ucap Serena membuat Bianca sontak melototkan matanya.
"Apa? Sad girl? Sorry ye, nggak ada dalam kamus gue sad sad gitu! Bukan gue banget!" Ia lalu mengibaskan rambutnya pede.
Serena terkekeh. "Nah gitu dong, ini baru lo. Gue jadi inget waktu lo ngomong depan gue di rumah sakit gini 'this is Bianca laura, cewek tercantik di muka bumi ini'. Mana pede banget anjir." Ia mencontohkan apa yang Bianca ucapkan waktu itu.
Bianca mengangkat dagunya sombong. "Huft gimana ya, gue kan emang cantik jadi maklum deh. Lo harusnya seneng punya temen cantik kayak gue, iya nggak?" Ucapnya kepalang narsis.
Serena mengiyakan saja sambil menggelengkan kepala heran. Walaupun begitu, ia senang Bianca sudah kembali seperti biasanya.
"Mau kemana?" Tanya Serena saat melihat Bianca yang bangun dari duduknya.
"Ke toilet bentar." Ia lalu beranjak meninggalkan Serena.
Memang terdapat toilet umum yang disediakan oleh daerah setempat yang berada tak jauh dari sana. Hanya berjarak beberapa meter dari tempat mereka membuat tenda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serena Secret's
Teen Fiction⚠️MENGANDUNG BANYAK PLOT TWIST⚠️ Bukan cerita transmigrasi biasa. Ga percaya? Baca aja. Serenia tak tau mengapa ia bisa terbangun dalam tubuh seorang figuran bernama Serena dengan nasib yang jauh dari kata beruntung. Novel berjudul "ANNAYA" adalah n...