[BAB 2]
"Itu Bugatti kayak pernah lihat deh, tapi di mana ya?"
Pagi ini Serena begitu semangat ke sekolah karena apa? Karena ia ingin melihat protagonis wanita dinovel ini. Secantik apa Annaya hingga membuat Rendra tergila-gila? Tetapi, ia sudah memutuskan untuk melihat dari jauh saja. Ia tidak ingin terlibat dengan para pemeran utama.Serena kini sudah siap dengan seragam sekolahnya. Namun, mengapa ini sempit sekali? Sangat ngepas di tubuhnya. Apakah tidak ada baju yang lebih longgar sedikit? Huftt.. tak apa lah hanya sementara, nanti ia akan membelinya. Dengan polesan make up tipis dan rambut yang tergerai bebas, Serena tersenyum di depan kaca. Cantik sekali Serena ini.
Langkahnya mulai menuruni tangga lalu mendapati seorang lelaki yang tengah duduk di meja makan seorang diri. Serena tebak, itu adalah Regan—Regan Atlanta Jaya. Ia duduk di meja makan lalu menatap Regan sekilas. Oh jadi ini kakak dari Serena. Ganteng sih, tapi auranya mengerikan. Jika dahulu Serena asli akan menyapa dan caper kepada Regan, maka Serena yang sekarang tidak akan melakukannya. Untuk apa, menyapa seseorang yang tidak menganggap ia adiknya? Ah ia jadi rindu dengan kak Nolan.
Bi Asih datang dan membawakan ia sandwich serta susu putih di atas nampan. Serena berterima kasih lalu mulai memakannya dengan tenang. Jujur, Serena tak biasa sarapan hanya dengan sandwich dan susu. Biasanya, sang Bunda akan memasakkan ia nasi goreng atau bubur ayam yang sangat lezat. Sungguh, ia rindu. Rindu dengan mereka semua.
Regan, lelaki dengan headphone yang bertengger di lehernya itu melirik Serena sekilas. Serena tidak menyapa atau menganggunya seperti biasa. Ia terlihat tenang, make up nya pun tidak tebal seperti biasanya. Cara makan, tatapan dan raut wajah terlihat sangat asing. Perubahan ini membuat Regan sedikit terkejut namun lelaki itu berusaha untuk tidak peduli. Untuk apa ia peduli pada seseorang yang menjadi penyebab kakaknya meninggal?
Suapan terakhir dan akhirnya selesai. Serena tau jika sedari tadi Regan meliriknya. Tak ingin berlama-lama di sini, ia segera menghabiskan susu putihnya hingga tandas. Dengan lihai, Serena bangun sambil meraih tas beserta kunci mobil miliknya. Ia melirik Regan sekilas dengan sungginggan di sudut bibirnya lalu melangkah pergi.
Regan terdiam. Tatapan apa itu? Mengapa terasa sangat asing untuknya. Ia merasa, itu bukanlah Serena yang ia kenal. Sudahlah, tidak penting juga! Palingan nanti di sekolah sikapnya akan kembali lagi seperti semula.
Regan pun bangkit lalu berjalan keluar rumah. Ia berdiri di samping motornya sambil memakai helm. Tak lama sebuah mobil keluar dari garasi dan mendahului Regan yang melihatnya dengan tatapan sulit diartikan. Tunggu! Bukankan Serena tidak pernah mau menggunakan mobil itu? Aneh! Rendra merasa seperti ada sesuatu yang janggal.
🦋🦋🦋
Terlihat mobil bermerek Bugatti La Voiture Noire seharga 19 juta dolar berwarna merah memasuki gerbang SMA 01 PELITA NUSA membuat semua orang berdecak kagum. Siapa pemilik mobil mewah tersebut? Pasalnya, hanya ada satu orang yang memiliki mobil bermerek Bugatti di sekolah tersebut. Mobilnya sama persis, hanya warnanya saja yang berbeda. Para siswa menonton di pinggiran seolah menunggu siapa yang keluar dari sana. Apakah ada murid baru?Di dalam mobil, Serena memakai kacamata hitamnya. Bukan untuk bergaya atau apapun, namun memang semata-mata untuk menghindari radiasi matahari. Meskipun masih pagi, matahari sudah sangat terik. Ia lalu keluar dengan elegan. Seolah slow motion, banyak siswa yang tercengang melihatnya. Serena lalu melihat sekitar yang agak gelap karena kacamatanya. Ia berusaha mencari-cari seseorang dari sekian banyaknya orang. Ada apa mereka? Kenapa heboh sekali. Banyak pasang mata yang menatap ke arahnya dengan tatapan tak percaya. Apakah ini Serena? Sahabatnya sang primadona sekolah ini?
Di lain sisi, Regan baru saja sampai bersamaan dengan empat orang lelaki yang mengikutinya. Mereka memarkirkan motor di sebelah barat parkiran, sedangkan Serena berada di sebelah utara khusus untuk parkiran mobil. Keramaian semakin terasa saat lima orang laki-laki itu datang memecah kerumunan. Namun, kerumunan pada sebelah timur parkiran sangatlah ramai hingga mereka tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dikerumuni.
"Rame banget ada apaan sih, Ja?" Celetuk salah satu lelaki yang datang bersama Regan, Rio—Rio Mahadewa atau kerap disapa 'Yo'
Orang yang dipanggil 'Ja' mengendikkan bahunya. "Mana gue tau, liat sendiri sono!" Ucap lelaki yang diketahui bernama Raja—Rajawali Angkasa.
Rio tengak-tengok berusaha mencari celah dari kerumunan tersebut. Matanya seketika melotot kala melihat sebuah objek di depannya yang ia kenali.
"Eh, eh liat coba, cewek yang pake kacamata, itu adek lo kan?" Rio menepuk nepuk pundak Regan dengan tak sabaran sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.
Mata Regan menyipit. Dan benar saja, ia menemukan Serena tengah dikerumuni banyak orang di sana. Sepertinya Serena tengah mencari seseorang di sana. Kelima lelaki itu memusatkan pandangannya ke arah Serena.
"Itu Bugatti kayak pernah lihat deh, tapi di mana ya?" Rio bergumam kecil. Lelaki itu coba mengingat namun nihil, ia lupa di mana ia melihatnya. Bugatti tersebut seperti tidak asing baginya.
"Yang punya Bugatti banyak kali, Yo!" Ucap Raja yang masih mendengar gumaman Rio.
"Dia nunggu siapa?" Celetuk seorang lelaki dengan raut datarnya—Raka Ardani Farelio
Lelaki yang sedari tadi hanya diam saja berdecih—Rendra Azkara Putra. "Nunggu nenek lampir,"
Rio sedikit terkekeh. "Jangan gitu, Ren. Ntar nyesel. Btw penampilan Serena beda banget ya?" Raja mengangguk membenarkan.
"Sama aja," Suara datar Raka menyahuti ucapan Rio.
"Cabut!" Intrupsi Rendra. Lelaki itu berjalan mendahului mereka. Tak tinggal diam, ke empat lelaki itu mengekor di belakang Rendra.
Serena yang telah keluar dari kerumunan melihat Regan bersama dengan empat orang lelaki yang nampak asing baginya. Serena melotot terkejut. Jika ada Regan, pasti ada Rendra! Serena yakin, Rendra pasti lelaki yang berada paling depan diantara mereka. Oh jadi itu? Tampan sih, tapi lagi-lagi auranya tidak mengenakkan. Serena tak habis fikir dengan Bianca yang bisa tahan dengan sikap Rendra. Oh iya, ketiga lelaki itu pasti mereka. Kalau tidak salah Raka, Raja, dan Rio. Gila! Tidak ada yang jelek, semuanya benar-benar tampan!
Eh? Mereka mau kemana? Sudahlah, pura-pura tak melihat saja. Ia tidak ingin membuat masalah. Sesaat kemudian, netranya menangkap sosok Bianca yang baru saja datang. Gawat! Bianca tidak boleh bertemu Rendra sekarang. Nanti malah ia yang terkena imbasnya. Dengan cepat, Serena berjalan untuk menghampiri Bianca. Ia dengan santai melewati Rendra dkk tanpa melirik sedikitpun. Serena berharap mereka tidak sadar dengan keberadaannya.
Secepat kilat, Serena menghalangi Bianca yang hampir saja melihat sosok Rendra. Untung ia tepat waktu. Serena memegang kedua pundak Bianca lalu membalikkan arah pandangnya.
"Hehehe gue nungguin lo dari tadi tau! Temenin gue dulu ya, beli seragam." Ia merangkul pundak Bianca untuk menuntun jalan agar tak berpapasan dengan mereka.
Bianca menurut saja. "Emang seragam lo kenapa?"
"Udah sempit banget, gue mau beli yang agak longgar," jelasnya. Bianca ber-oh ria lalu hendak melihat ke belakang.
Serena dengan sigap menahan Bianca. "Eh, kayaknya kita harus cepet beli deh. Takut keburu masuk!" Ia menarik tangan Bianca hingga akhirnya ia sudah menjauh dari mereka. Serena bernapas lega. Untung saja Bianca tak melihat Rendra.
Sedangkan Bianca yang tengah kebingungan dengan tingkah Serena, menampilkan wajah polosnya. Serena terkekeh gemas. Bianca sangat imut dan polos. Selucu ini dikatain nenek lampir? Nggak salah? Mereka pasti mengidap penyakit katarak!
🦋🦋🦋
Next?? Vote duluu
Tandain typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Serena Secret's
Teen Fiction⚠️MENGANDUNG BANYAK PLOT TWIST⚠️ Bukan cerita transmigrasi biasa. Ga percaya? Baca aja. Serenia tak tau mengapa ia bisa terbangun dalam tubuh seorang figuran bernama Serena dengan nasib yang jauh dari kata beruntung. Novel berjudul "ANNAYA" adalah n...