Because of You (3)

17 13 0
                                    

Senyum sumringah Narendra lemparkan saat ia sampai di tongkrongan mereka. Ia bahkan membawa beberapa cemilan untuk sahabat-sahabatnya yang ikut bersiul saat ia datang. Menepuk tangan seolah menyambut kedatangan orang penting.

"Cie ... yang baru jadian!" Salah satu dari mereka yang bernama Raiz menyeletuk, sahabatnya yang selama ini jomblo itu akhirnya menyerah juga. Semalaman mereka begitu heboh melihat postingan sosial media Narendra yang menunjukkan foto pacar barunya.

"Siapa namanya? Gue lupa?" tanya yang lain.

"Shylla." Narendra menjawab sambil tersenyum.

"Aduhhh, namanya aja udah cantik banget, pantas aja mukanya secantik itu." Pria-pria di sana tak segan-segan memuji.

"Penantian lo selama setahun memang gak sia-sia."

"Ehh, tapi dia suka sama lo gak sih? Bukannya dia suka sama Gavin? Lo cuma pelarian, 'kan?" tanya Fadli-sahabat pertama Narendra yang tidak terima jika itu benar-benar terjadi. Sahabatnya itu terlalu tampan jika hanya ditakdirkan sebagai pelampiasan.

Narendra tersenyum, ia juga sempat memikirkan apa yang Fadli pikirkan. Awalnya ia juga tidak terima namun dalam hal ini ialah yang begitu menyukai Shylla jadi memang seharusnya dirinyalah yang berjuang terlebih dahulu. Ia akan membuat Shylla melupakan semua kenangan pahitnya akan jatuh cinta pada Gavin dan membuat Shylla tersenyum setiap kali mereka bertemu. Ia akan menciptakan ribuan bunga di hati Shylla dengan sikap manisnya.

"Gue gak masalah, kok. Nanti seiring waktu dia juga suka sama gue." Ia menjawab dengan yakin dan ditanggapi dengan anggukan oleh sahabat-sahabatnya.

"Semoga berhasil deh."

"Ren, tapi lo yakin Gavin memang gak suka sama Shylla, mereka sahabatan selama itu, gak mungkin gak ada rasa."

"Mungkin, mungkin banget malah. Gue bukan kayak kalian yang lihat cewek cantik dikit aja langsung baper." Gavin muncul dengan gitar di punggungnya. Rambutnya setengah basah dan lingkar hitam di matanya terlihat jelas. Kulitnya terlihat kusam, sepertinya sudah lama ia abaikan.

"Orangnya muncul, kirain gak akan datang karena patah hati." Raiz merangkul pundak Gavin sembari mengelus pelan. "Yang kuat ya, bro. Cewek secinta itu lo lepasin gitu aja pasti bakal nyesel."

"Apaan gitu doang nysel, masih banyak cewek di dunia ini. Gue pacarin sehari satu juga gak bakalan habis." Gavin duduk di hadapan Narendra, mata mereka tak sengaja bersitatap namun tak ada raut ramah di matanya. "Gue bukan kayak seseorang yang mau jadi pelampiasan, baru aja semalam tu cewek nangisin gue, eh paginya malah jadian sama yang lain." Ia benar-benar tidak mengerem perkataannya. Seakan kedatangannya memang untuk memancing amarah orang-orang. Tatapannya pada Narendra begitu sinis dan menyiratkan emosi yang mendalam, entah apa tujuannya.

Narendra mengepalkan tangannya namun tak mengatakan apapun. Ia masih memikirkan apa pendapat Shylla jika sampai ia bertengkar dengan pria yang gadis itu cintai. Memikirkannya saja sudah membuatnya patah hati. Ia tidak bisa membayangkan jika Shylla malah lebih memilih mengobati Gavin dibandingkan dirinya.

Tanpa meminta izin, Narenra meneguk habis es kosong milik Raiz yang tergeletak tak jauh darinya, mendinginkan otaknya yang semakin memanas karena senyuman sinis Gavin. "Setidaknya nantinya Shylla bisa bersyukur karena dapatin cowok yang gak bolak-balik ganti pacar kayak lo." Ia membalas singkat namun berhasil membuat Gavin meninggalkan tempat tongkrongan mereka.

Suasana hening, masing-masing dari mereka memikirkan nasib persahabatan mereka nantinya. Apakah anggota mereka akan tetap lengkap? Jika salah satu dari Gavin dan Narendra harus keluar, siapa yang akan mengalah?

*****

Mulut Vera menguap lebar namun ia dengan cepat menutupnya. Rambutnya yang diikat asal terlihat begitu berantakan namun tak menutupi kecantikannya. Kancing baju tidur yang ia pakai pun terlihat tak beraturan. Tangannya sesekali menggaruk betisnya, sisa gatal dari digigit nyamuk semalam.

Our Little Finger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang