King Bully & Prince Savior | MarkNo | JaemJen

29

Happy reading

    

      

Keesokan harinya. Saatnya para peserta seminar pulang. Termasuk Jenova. Keadaannya sudah jauh lebih baik. Semalaman Jammie menjaganya. Hingga pagi menjelang, pemuda itu masih saja meladeni Jenova dengan menyiapkan sarapan serta membantu membereskan barang-barangnya.

"Kak," panggil Jenova pada Jammie.

"Hm..."

"Aku bisa beresin sendiri."

"Tau."

"Ya udah Kak Jammie berhenti. Biar aku terusin sendiri."

Bukannya berhenti, Jammie justru meraih makalah yang dipegang oleh Jenova. Buahkan dengusan dari yang lebih muda.

"Ngeselin."

"Siapa?"

"Kak Jammie."

"Aku?"

"Iya."

"Ngeselin dari sisi mananya? Aku nggak ganggu kamu."

Jenova tak menjawab. Ia tatap lamat Jammie yang kini sibuk menata ulang tasnya. Namun bukannya rapi, bentuk tas itu justru nampak tak beraturan. Awalnya Jenova hanya memperhatikan saja kala Jammie memaksa memasukkan tempat pensilnya ke dalam tas. Tapi lama kelamaan ia menjadi kesal sendiri melihat cara kerja Jammie. Maka ia tarik paksa tasnya dari tangan pemuda itu.

"Kakak gimana sih? Liat nih! Bentuk tasku sampe gak beraturan begitu karena Kakak tata asal-asalan," omel Jenova seraya mengeluarkan satu per satu barangnya dari dalam tas.

Jammie hanya memperhatikannya seraya tersenyum.

"Harusnya kalau mau ditata, barangnya dimasukin satu per satu. Dari yang paling besar, taruh di bagian belakang. Abis itu yang kecil-kecil di depan. Kaya gini!"

Jammie terpaku. Sekilas memorinya terbuka.

"Kalo barangnya ditata secara teratur kan jadi rapi. Enak diliatnya. Gampang nyari barangnya."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinganya.

"Kebiasaan banget Kakak ini! Dari dulu sampe sekarang nggak berubah. Udah mau dewasa juga masih aja gak bisa rapi! Masa iya aku yang lebih muda harus ajarin yang lebih tua!? Masa aku yang harus contohin Kakak!? Mau sampe kapan Kak?"

"Jay..."

"Apa?" seru Jenova dengan nada kesal.

"Jayden."

"Apa sih Kak?"

Jammie terdiam selama beberapa saat. Ia hanya menatap Jenova dengan tatapan sendunya. Hingga...

"Jayden."

"Apa? Kakak dari tadi manggil ak-"

Jenova membeku. Ia menyadari sesuatu.