Rules:
Setiap bagian/bab dari cerita ini akan diarahkan untuk mendengarkan lagu yang sudah ditentukan, untuk mencapai feel yang pembaca inginkan dengan hormat saya sebagai author untuk meminta pembaca mendengarkan lagu yang disediakan, akan saya sediakan judul dan nama penyanyi. Terima kasih, selamat membaca.
Song: Bengawan Solo, please listen in low volume
suara klakson kereta
"Penumpang yang berbahagia, sesaat lagi Kereta Api commuter line akan diberangkatkan dari stasiun Palur menuju stasiun akhir Stasiun Tugu Jogja, Dengan pemberhentian di stasiun Jebres-Solo Balapan-Purwosari-Gawok-Delanggu-Ceper-Klaten-Srowot-Prambanan-Maguwo-Lempuyangan dan Stasiun Tugu Jogja Atas nama PT Kereta Api Indonesia mengucapkan terimakasih atas kepercayaan anda telah menggunakan jasa layanan commuter line sampai jumpa di perjalanan berikutnya.. stasiun berikutnya stasiun Jebres." suasana dalam kereta
"Haduh hari ini padat banget ya aktivitasnya" masinis ...
"Iya, btw nanti aku ganti jaga sama April ya, soalnya udah jamnya pergantian, aku turun di stasiun Lempuyangan" ....
"aman, have a nice day" masinis..
sesampainya di stasiun solo balapan
"hii april, selamat dan semangat bertugas ya, aku mau istirahat"
"oke, selamat beristirahat jangan lupa shopping ya" jawab april
Hallo teman-teman semuanya, perkenalkan nama aku Irene Isabel, biasa dipanggil Irene. Umur aku 22 tahun, aku bekerja di PT KAI baru satu tahun, karena aku menyelesaikan studi S1 aku terlebih dahulu, so far, kerja disini memang impian aku sedari kecil, aku suka semua tentang suasana yang ada di stasiun maupun di kereta. dimana banyak sekali emosi yang tergambarkan, ada yang lelah bekerja, berpisah dengan orang tersayang, merantau, atau holiday semua suasana ada di stasiun, maka dari itu aku sangat mencintai semua hal tentang kereta. oh iya, dulu aku kuliah di UNY jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, beda jalur dengan pekerjaan yang sekarang sih tapi gapapa, aku mencintai pekerjaanku.
"atas nama kak Irene?" tanya tukang ojol
"Iya pak" jawabku
sembari memberikan helm suara klik memakai helm
"sesuai aplikasi ya kak"
"iya pak"
suara deru mesin kendaraan lalu-lalang
"terimakasih kak Irene atas orderannya, semoga harinya bahagia"
"iya terimakasih pak"
suara membuka pintu rumah
"Assalamualaikum ibuk, Irene dah pulang"
"Loh kok pulang cepet" sahut ibuku
"Iya Irene ambil jam pendek tadi, soalnya kurang enak badan"
"yaudah gapapa, udah makan belom, ibuk buat sup sapi kesukaanmu"
"wii enak nih, mau buk aku ganti baju dulu ya"
di keluargaku aku adalah si bungsu, kakakku sudah menikah dan memiliki rumah sendiri, tidak jauh dari rumahku karena dia setiap hari pergi ke rumahku untuk mengambil makanan yang dimasak ibu.Ibuku seorang yang hebat, dia berhasil menahan dirinya sendiri untuk tidak egois, sempat suatu saat ibuku minta untuk bekerja karena dia bosan dirumah namun ibuku bisa mengendalikan keinginan itu dan mengalah untuk fokus mengurus anaknya, dan aku membuktikan bahwa bisa mendapatkan pekerjaan layak sebagai hadiah untuk ibu.
"Rin, ini sudah ibuk siapin supnya"
"iya buk, sebentar" "enak banget ini" aku mencicipi masakan ibu
"gimana rasanya" tanya ibu
"enak banget buk"
"oh iya rin, ibu tadi habis ke bank buat nabung uang ibuk, terus.."
"hayo terus apa buk?"
"terus ibuk dapat di bagian teller mas mas ganteng, tidak menunggu waktu lama ibuk langsung nawarin kamu ke mas tellernya, namanya ilham" ucap ibuk sambil bergembira membawa kabar tersebut
"terus, ibuk memperkenalkan diri Irene ini ke mas nya?"
"iya lah, ibu liatin foto kamu, ibu juga udah minta nomor telponnya ilham"
"astaga bu, diluar prediksi kali ibu ni tiba-tiba banget" jawabku dengan perasaan entah malu bingung jadi satu
"keburu tua atuh rin, ayolah besok ibu kenalkan, atau ibu bisa mengatur janji kalian buat ketemu" ibu dengan bersemangat mengatakan hal itu
"enggak lah bu enggak, Irene mau kerja dulu ya, Irene belum siap punya pasangan"
"Irene, selama ibu jadi ibu kamu, kamu udah 22 tahun, ibu gak pernah dengar kamu punya pacar."
"Ya emang gak punya bu" aku menampilkan wajah sedih ini, karena diejek ibu
"kamu kalah sama ibumu, dulu ibu seminggu aja bisa main sama cowo yang berbeda, lah kamu rin, udah cantik, mapan, pinter, eh gak laku"
"bullying section, udah ya bu besok Irene cari sendiri"
"TIDAK BISA, besok ibu aturkan jadwal kencanmu sama ilham"
saya tidak bisa melawan apa kata ibunda ratu kanjeng gusti Made diningrat. seperti itulah keseharianku yang selalu ditawari untuk segera berpacaran.
suara pintu terbuka
"Assalamualaikum, ayah pulang"
"Waalaikumsalam, ini kenapa semua orang pulangnya cepet sih" jawab ibu sambil kesal, karena aku dan ayah pulang di waktu yang berdekatan.
"Lah, Irene udah pulang to" tanya ayah
"udah, itu dia di kamar, aku udah atur jadwal kencan buat dia" jawab ibu
"wah, seru nih pasti, ayah juga tadi ngenalin Irene ke anak bos ayah, mau ketemu kapan rin?" ternyata ayahku juga menjodohkanku. aku hanya menerima wahai pemirsa
suara pintu kamarku tertutup
"Rin jangan lupa ya, kamu ada jadwal kencan sama ilham sabtu besok, kosongkan jadwalmu ya" teriak ibu dari luar kamarku
"iya bu" jawabku sambil menghela nafas.
entah kenapa disaat teman-temanku sudah memiliki pasangan hidup, menikah, berpacaran, tunangan, tidak terbesit di pikiranku untuk melakukan hal yang sama. hidupku seakan berhenti di orang yang sama, aku tidak bisa menjalin hubungan selain dengan orang yang dulu aku temui, orang itu yang memberikan semua kesan pertama dalam kehidupan hubungan, memang pada saat itu aku bertemu dengannya di umur 14 tahun, dimana kita masih SMP dan masih ingin menemukan jati diri, namun aku menganggap dia sebagai sosok yang paling bisa aku percaya, dan dia pun demikian. orang itu memiliki tempat tersendiri di hati aku. mungkin ini kesalahan terbesar aku sampai sekarang tidak suka kepada siapapun karena aku mencari dia di orang lain, dimana hal ini sangat mustahil.
Mencari dirimu di orang lain adalah kesalahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back Time
FanfictionJika kita bisa kembali ke masa lalu, aku memilih untuk tidak melakukannya. Karena kembali ke waktu dimana bersama orang yang kita cintai sepihak dan tidak mau menerima kita adalah keputusan yang salah. Finally I reached the final phase where I could...