"Bagaimana? Kau akan menerimanya?"
Dunk menanyakan pertanyaan kepada Phuwin mengenai ajakan guru Teeranai kepada temannya itu. Untuk mengambil atensi guru bidang Tenaga Dalam satu itu sangatlah tidak mudah, jadi ia merasa Phuwin memang memiliki potensi yang besar dalam dirinya jika sampai guru tua itu menawarkan diri mengajarinya secara privat, itu terlihat dari bagaimana ia bisa mengalahkan senior Phakphum walau kekuatan fisiknya kalah jauh.
Dunk tidak iri, malah ia akan sangat bangga jika memiliki teman seorang jenius. Siapa tau ia juga akan kecipratan, pikirnya.
Phuwin menghela napasnya dan meremas pelan lengan kanannya yang berhiaskan bekas luka akibat malam pelik itu.
Jika menjadi kuat adalah cara agar aku bisa mengalahkan iblis...
"Aku akan menerima tawaran guru Teeranai."
Matanya menatap jauh ke arah tengah akademi, dimana semua murid arketipe senjata yang berbeda berbaur, bercampur, bercengkrama, dan melewati satu sama lain.
Bersandar di tiang balai pertemuan akademi menikmati semilir angin yang damai, ia bertanya-tanya apakah jika ia hidup di lokasi yang berbeda, takdir keluarganya juga akan berbeda? Pikiran akan tidak diketahuinya keberadaan kedua orang tuanya akan selalu menghantui Phuwin di setiap detiknya ia menghabiskan waktu di akademi ini. Tapi satu hal yang ia yakini saat ini adalah; dirinya harus menjadi lebih kuat untuk kedua orang tuanya serta keluarga pedesaan yang dihabisi oleh iblis. Ia harus membalaskan dendam mereka.
Rahang Phuwin mengeras, itu tak luput dari pandangan Dunk, biasanya Dunk akan melihat rupa Phuwin sebagai anak yang memiliki binar rasa ingin tahu yang tinggi di matanya untuk segala hal baru yang ia temui, tak lupa juga terdapat bumbu kejahilan di dirinya. Namun, kali ini berbeda; Phuwin di sampingnya yang juga sedang bersandar di pilar balai saat ini bagai dikelilingi oleh sikap dingin dan amarah, walau tipis namun dapat dirasakan oleh Dunk.
"Ekhem– kau tak ingin mengetahui apa yang terjadi pada geng Naravit dan gerombolan pengikutnya itu?"
Pertanyaan Dunk berhasil mencuri kembali perhatian Phuwin yang sebelumnya tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Dunk melanjutkan ucapannya, "Mereka mendapatkan hukuman karena kemarin selama satu hari penuh tidak menjalani pelajaran di kelas."
Pernyataan Dunk membawa senyum kecil pada wajah Phuwin. Memberikan catatan hitam pada diri senior Naravit membuatnya merasa lebih baik.
Phuwin berinisiatif mengajak Dunk untuk beranjak menuju kelas Bela Diri. Kelas ini dikhususkan untuk melatih pertarungan langsung secara kontak fisik tanpa menggunakan senjata, jadi murid yang mengikuti kelas akan berasal dari semua jenis arketipe senjata. Hari ini pertama kalinya Phuwin memasuki kelas ini setelah mendapatkan izin dari guru Patra bahwa luka lengan kanannya sudah tertutup sepenuhnya.
Akademi Ban Fang dibangun di kaki perbukitan, area cakupannya sangat-sangat luas, bahkan mencakup puncak perbukitan yang kini sedang dituju oleh Phuwin, Dunk, dan murid-murid yang memiliki jadwal yang sama untuk menghadiri kelas Bela Diri.
Area akademi Ban Fang walau dibangun di daerah perbukitan yang sebagian besar diselimuti oleh pepohonan, setiap harinya akan selalu ada penjaga yang mengawasi sehingga kau akan merasa aman; seperti saat ini, Phuwin bisa melihat pengawal-pengawal yang berjaga di beberapa titik area menanjak ini. Hal ini juga akan masuk akal karena kepala akademi–Tawan Vihokratana–tinggal di area ini.
Kaki Phuwin menginjak tangga terakhir ketika daerah yang dituju telah berada di depan mata. Lapangan luas yang di tengahnya berdiri balai terbuka yang amat luas cukup menampung semua orang yang kini telah hadir untuk menerima pembelajaran. Pemandangan langsung menghadap ke rangkaian perbukitan lalu tumbuhan dan pohon-pohon yang tersusun apik memanjakan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Souls [PondPhuwin]
FanfictionKisah Phuwin sang pemburu iblis dimana hidupnya bagaikan percobaan yang tak kunjung selesai dipertemukan dengan lelaki tak bisa ditebak perangainya, bagaimanakah jadinya ketika kedua insan tersebut bertemu dan dalam perjalanan hidup mereka pelan-pel...