Chapter 2

204 16 0
                                    

"Kau yakin dia penerus keluarga Tangsakyuen?"

Samar-samar suara seseorang dapat Phuwin dengar masuk ke telinganya. Tubuhnya seperti remuk enggan untuk digerakan. Bantal empuk yang menahan berat kepala Phuwin juga menahan dirinya untuk bangun dan menyuruhnya untuk tidur lebih lama.

"Kasihan dia, kehilangan kedua orang tuanya dan babak belur di sekujur tubuh ckckck..."

Mendengar hal itu, Phuwin sangat terkejut, ia membuka matanya dan menengok ke arah sumber suara. Dua orang pemuda yang terlihat seperti seumuran Phuwin berjengit kaget dan bergegas meninggalkan ruangan dengan baskom yang berisi air.

Apa yang dikatakan dua orang tadi mengenai ibu dan ayah! tak mungkin mereka meninggalkan ku! Mereka sudah berjanji! Tidak mungkin!

Tengkuk Phuwin terasa dingin karena kepanikan yang ia rasakan. Ia takut terjadi hal yang buruk kepada kedua orang tuanya. Phuwin berusaha duduk sambil memperhatikan sekitarnya. Lengan kanannya terasa sangat sakit namun nampaknya telah diobati karena telah terbalut dengan perban. Hal ini membuatnya berpikir apakah laki-laki kemarin berkata yang sebenarnya?

Memerhatikan sekitarnya, ia sekarang berada di kamar yang sangat luas, ia bisa lihat kamarnya diberi sekat pemisah ruangan yang diukir indah. Di seberang tempat tidur terdapat ruangan yang terlihat seperti ruang baca karena banyak buku yang bisa Phuwin lihat bertengger rapi di rak. Di samping tempat tidur ia menemukan nakas yang terdapat pedang miliknya selain itu juga mangkok berisi bubur, Phuwin mengambilnya dan merasakan bahwa bubur ini masih panas. Ia sangat lapar namun ia ragu untuk memakannya, ibunya selalu melarangnya untuk memakan makanan jika tidak diberi izin oleh pemiliknya jadi ia meletakan bubur itu kembali ke tempat semula.

"Kenapa tak kau makan?"

Phuwin menoleh ke arah suara dan bisa ia lihat pemuda yang kemarin ia temui di dalam hutan. Bedanya sekarang ia bisa dengan jelas melihat wajah pemuda tersebut. Sangat tampan, terlihat dewasa, dan berwibawa.

"Makanan itu bukan milikku, aku tak ingin sembarangan memakan makanan orang lain," balas Phuwin sambil memandang waspada lelaki di depannya itu.

?: "..."

"Tiba-tiba kau menjadi beradab hari ini, belum genap 24 jam setelah kau menuduhku sebagai perampok malam jika kau lupa, mengapa saat ini kau menjadi malu-malu begini." Pemuda di hadapannya itu menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan ke arah Phuwin.

Lelaki itu mengambil mangkok berisikan bubur dan mengarahkan mangkok tersebut ke arah Phuwin lalu berkata, "Makanlah, ini memang disediakan untukmu. Kuyakin kau belum makan sejak kau berlari semalaman di hutan."

Mata Phuwin yang tadinya menatap mata pemuda di hadapannya beralih menatap mangkok berisi bubur dengan irisan daging dan jangan lupakan cabai dan bumbu yang warna-warni di hadapannya. Melihat pemandangan ini, lidahnya menghasilkan air liur yang sangat banyak hingga tenggorokan Phuwin harus menelan sebagian besar air itu.

Tangannya perlahan mengambil mangkok tersebut dari pemuda tinggi di hadapannya. "Terima kasih...," perkataan Phuwin menggantung karena ia lupa belum bertukar nama dengan pemuda itu.

"Namaku Jiratchapong Srisang, atau agar lebih mudah panggil saja aku dengan nama Jira. Saat ini kau berada di akademi khusus pembasmi iblis nomor satu di provinsi Khon Kaen. Oh, dan aku rasa kau lebih muda dariku jadi panggil aku kakak senior." Pemuda yang bernama Jira itu sambil berkacak pinggang menyunggingkan senyumannya ke arah Phuwin, terlihat bangga bahwa ia lebih senior dibandingkan dirinya.

Phuwin: "Terima kasih kakak senior Jira"

Jira: "Bagus, baiklah sekarang kau cepat habiskan makananmu dan bersihkan diri untuk bersiap-siap bertemu dengan kepala akademi. Ingat, saat nanti kau bertemu dengan kepala akademi jangan berbuat dan berkata yang macam-macam. Aku akan kembali setengah jam lagi."

2 Souls [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang