Chapter 9

163 20 6
                                    

Ruangan itu mendadak hening setelah pengakuan Phuwin. Semua mata memandangnya dengan tatapan bermacam-macam, tapi yang paling ketara adalah rasa kecewa milik Kepala Akademi– Tawan Vihokratana yang sudah menganggap Phuwin sebagai keponakannya sendiri.

"Phuwin tidak melakukannya sendiri– murid inilah yang paling bersalah di sini..."

Dunk melangkah maju dan ikut bersimpuh sejajar dengan Phuwin, matanya sedikit melirik ke arah Kepala Dapur Natthaya yang sekarang tengah terkejut akan perbuatan dua pemuda yang satunya sudah akrab dengan dirinya dan satu yang nampak seperti anak baik-baik; ternyata selama ini ia salah.

"...Diri inilah dalang yang memberi Phuwin ide mengenai Bunga Napas Api."

Mata Dunk tidak berani menatap ke arah guru Pattra, senior Pakin, Kepala Dapur, serta Kepala Akademi Ban Fang. Ia mana menyangka bahwa senior Naravit akan mengadu tentang hal ini, sesuatu yang luput dari rencana mereka.

Tawan menghela napasnya menahan kecewa akan kelakuan dua murid akademinya. Menahan emosinya ia bertanya, "Katakan, mengapa kalian melakukannya?"

"Karena senior Naravit itu sendiri."

Mengerutkan dahi, Pakin bertanya mengenai apa yang baru saja dijawab oleh Phuwin, "Bisa jelaskan lebih lengkap?"

Senyum itu, senyum yang selalu hadir di raut muka Pakin. Kini Phuwin tidak melihatnya sebagai ramah, senyum itu seakan menyimpan sesuatu yang menakutkan.

"Teman-teman senior Naravit selalu melakukan perundungan terhadap murid ini...mereka menyembunyikan pedang sehingga diriku dihukum, sengaja menyandung kaki sehingga murid ini harus mengulang menulis beratus-ratus kertas jimat yang jatuh dan rusak—

"Tunggu, kau bilang...adikku melakukan semua itu?"

Pakin menginterupsi penjelasan Phuwin dengan keheranan tercetak jelas di wajahnya.

"Semua yang melaksanakannya adalah teman sepermainannya—maaf, tapi murid ini yakin dalang dibaliknya adalah senior Naravit."

Pembelaan diri Phuwin disampaikan dengan lantang walau awal-awal ia merasa gugup dengan mata yang menghakiminya, ia tau perbuataannya tidak bisa dibenarkan. Namun siapa lagi yang akan membantunya mendapatkan keadilan jika diri ini tidak bertindak sendiri?

Pakin Letratkosum setelah diberi jawaban yang sarat akan perasaan yakin milik Phuwin sekarang menimbang kemungkinan keadaan itu memang benar dilakukan oleh adiknya. Adiknya itu walau kelakuannya mungkin membuat beberapa orang lain kesal, namun ia bukanlah pribadi yang akan merundung orang lain yang tak ia sukai–paling tidak adiknya akan menawarkan pertarungan satu lawan satu untuk orang yang membuatnya marah.

Hal itu baru masuk akal pikirnya. Ia masih tidak bisa mempercayai adiknya adalah pelakunya. Masih harus diusut.

"Phuwin, pernyataanmu masih belum bisa kupastikan karena belum terdapat bukti—

"Tapi murid ini tidak berbohong...."

"Untuk kasus perundunganmu akan masuk dalam laporan akademi yang akan diusut, namun– untuk kasus kalian berdua yang mencoba untuk menggunakan tanaman herba untuk merugikan murid lain..."

Phuwin menatap Dunk dengan tidak enak hati, ia menyeret temannya ke dalam jurang  bersama dirinya. Jelas-jelas permasalahan awalnya hanya antara dirinya dengan senior Naravit. Juga, Kepala Dapur Natthaya yang tidak tau apa-apa mengenai rencana jahil Phuwin bersama Dunk. Dirinya memang selalu membuat orang lain di sekitarnya terjerumus masalah.

"Tuan Tawan, murid ini akan menanggung semua hukuman yang engkau berikan. Dunk awalnya bukanlah orang yang memiliki perkara dengan senior Naravit dan teman-temannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 Souls [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang