Chapter 5

174 17 1
                                    

"Jangan katakan luka ini terbuka lagi karena ia bertarung?"

Dunk hanya bisa tersenyum kikuk sambil mengeluarkan tawa 'hehehe' mendapati pertanyaan dari guru penyembuhan akademi Ban Fang-yang dimana terkenal handal, cantik, namun tegas.

Phuwin yang dipapah oleh Dunk hanya terdiam tidak fokus entah mengapa ia merasa kesadarannya hilang sedikit demi sedikit. Pikirannya mengawang-ngawang seperti tidak di tempat ia berada sekarang. Tertunduk lemas ia merasakan timbul rasa sakit di bagian dada serta kepalanya, mengalahkan rasa sakit di lengan kanan yang secara fisik terluka.

Samar-samar ia mendengar suara wanita berteriak. Ia cium bau darah dan perlahan netra coklat gelapnya ia paksa buka. Alangkah terkejutnya ia mendapati dirinya tak lagi berada di ruang penyembuhan, tak ada Dunk disebelahnya. Hanya jalan berdebu serta hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Tak lagi sinar matahari yang ia dapati, melainkan lentera bulan purnama yang menghiasi langit berbintang. Disaat ia memperhatikan sekitar, sebuah suara datang dari arah belakangnya,

"Tidakk! Istriku-"

Phuwin membalikkan badannya dan melihat kereta kuda dan sekumpulan orang berbaju akademi-yang tidak seperti baju akademinya-mengelilingi sosok wanita yang tidak bisa Phuwin lihat dengan jelas. Namun, yang jelas ia rasakan saat bersamaan dengan bau anyir darah adalah rasa sakit di bagian dada dimana tak bisa ia deskripsikan betapa nyerinya itu, rasanya seperti dadamu dibelah dan organ jantungmu diambil paksa.

Rasa yang tiba-tiba menghampiri Phuwin membuatnya terjatuh, sesak napas, dan patah hati yang luar biasa. Ia menangis meraung menyaksikan hal itu. Bertepatan dengan kaburnya penglihatannya, sebuah bau yang Phuwin sangat kenal seperti punggung tangannya menyapa hidungnya.

Kini tak lagi hutan yang ia temui, melainkan tempat berkabut yang tidak ada akhirnya sepanjang mata memandang. Suasana mencekam ditambah bau busuk. Tak lama Phuwin berdiri dan merapalkan mantra untuk mengaktifkan tameng dari iblis di sekitarnya. Perasaan yang ia rasakan saat desanya diserang oleh sekelompok iblis kembali mendatanginya.

"AKU MENEMUKANMU ! AKU MENEMUKANMU! HAHAHAHA"

Angin kuat berdesir menghantam Phuwin saat sebuah suara berat yang memekakkan telinga terdengar memenuhi tempat berkabut itu, Phuwin bahkan sampai terdorong sedikit ke belakang sambil tangannya terus terkatup dan bibirnya tak henti-henti mengucapkan mantra.

Kini tak ada pedangnya di sisinya, ia kehabisan ide untuk melindungi diri selain menggunakan mantra pelindung. Di tengah-tengah terpaan angin, badannya terasa ditekan kebawah karena energi Iblis yang belum terlihat wujudnya ini sangatlah kuat, ia bahkan belum pernah bertemu dengan tipe seperti ini sebelumnya.

Karena tubuhnya yang sudah tidak kuat, Iblis itu berhasil menaklukan pertahanan Phuwin yang mengakibatkan ia jatuh terkapar, bahkan tak sampai situ penderitaan yang ia rasakan, penekanan energi oleh sosok Iblis itu membuatnya seperti kehabisan oksigen dan ia megap-megap sambil memegang tenggorokannya, bahkan darah keluar dari mulut dan hidungnya.

Sedikit lagi nyawa Phuwin akan kembali ke Nirwana sebelum sebuah cahaya muncul dihadapannya dan semakin besar- dan besar sampai Phuwin harus mendongak untuk melihat apa yang berada di hadapannya. Lambat laun cahaya itu membentuk tubuh seseorang-lebih tepatnya sesosok wanita yang amat mirip dengan apa yang ia lihat di hutan sebelum terlempar ke dimensi berkabut ini.

Cahaya yang mengitari sosok wanita itu sangat terang namun tidak menyakitkan mata saat dilihat, Phuwin ingin menatap wajahnya namun ia kesulitan karena rasa sakit yang teramat. Tanpa disangka, wanita itu berjongkok dan mengulurkan tangannya kepada Phuwin. Melihat hal itu Phuwin langsung saja mengambil tangan tersebut tanpa ragu seakan ia mengenal sosok bercahaya ini.

2 Souls [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang