Phuwin menggenggam pedangnya erat, matanya memperhatikan gerak-gerik dari Phakphum. Sedangkan seniornya itu berjalan mengelilinginya pelan sambil tersenyum remeh. Sore ini matahari sedang tidak terik dan angin berdesir membawa hawa sejuk yang menenangkan, tapi pemuda bernama Phuwin ini dipenuhi dengan keringat di sekujur tubuhnya.
Phakphum memulai penyerangannya lebih dulu menghentikan permainan saling menunggu lawan ini. Ia mengarahkan pedangnya dari atas ke arah kepala Phuwin, dan Phuwin berhasil menghadang pedang itu dari melukainya.
"Tidak buruk," ucap Phakphum dengan intonasi yang masih meremehkan lawan bertarungnya.
Phakphum kembali menyerang Phuwin tanpa henti dan Phuwin berhasil menangkis serangan itu walau dengan susah payah karena kekuatan mereka berdua berbeda. Phuwin merasa ia tidak mungkin terus-menerus menahan serangan Phakphum, lama-lama ia akan kelelahan dan kalah dan entah apa yang akan diperbuat Phakphum.
Phuwin mengatur napasnya dan memutar otaknya mencari cara agar ia bisa mengetahui kelemahan senior di depannya ini. Setelah beberapa waktu saling membalas tebasan pedang, ia menyadari bahwa Phakphum memiliki gaya bertarung yang sedikit banyaknya mirip dengan Joong Archen. Ia memiliki ide namun ia tidak tau akan berhasil apa tidak, namun ia ingin mencobanya.
Phuwin berlari menjauh dari serangan Phakphum, sedangkan lawan bertarungnya yang melihat itu bingung dan tertawa seakan menganggap Phuwin si pengecut yang hanya berani berucap banyak. "Adik manis, pertarungan ini belum selesai...atau kau ingin menyerah dan menurut kepada kakak seniormu ini?"
Phuwin yang merasa ia sudah cukup berlari untuk membuat jarak dengan Phakphum, langsung berbalik dan bersiap untuk berlari kembali ke arah Phakphum dengan pedang di tangan kanannya. Walau tangan kanannya mulai sakit kembali akibat luka lengan atasnya yang belum sepenuhnya tertutup ia tetap maju dan ingin mengalahkan senior di depannya itu.
Phakphum yang melihat bahwa Phuwin akan menyerangnya kembali bersiap menyambut kedatangan Phuwin. Ia membuka kakinya dan menekuk lututnya sambil memegang pedangnya dengan kedua tangan dan menghadapkan pedangnya ke arah datangnya Phuwin.
Saat jarak dari mereka berdua sudah mulai dekat, tak disangkanya Phuwin berseluncur ke bawah di antara kedua kaki Phakphum. Ia menyadari bahwa Phakphum saat melakukan tebasan selalu membuka kaki dengan lebar dan Phuwin ingin menggunakan kebiasaan Phakphum ini untuk setidaknya melemahkannya.
Phakphum yang tidak memprediksi gerak-gerik Phuwin sedikit kaget, namun saat ia sadar apa yang diperbuat Phuwin, bagian punggungnya telah menerima tebasan dari Phuwin, walau tidak dalam, namun itu sudah cukup membuat Phakphum mengerang kesakitan.
Saat ia berbalik badan sambil mengayunkan pedangnya untuk menyerang leher Phuwin, Phuwin merendahkan titik penyerangannya dengan berjongkok sedikit, menekuk lutut kirinya dan meluruskan kaki kanannya ke samping seperti melakukan split dan mengarahkan pedangnya untuk menyerang kedua kaki Phakphum, kali ini tebasan Phuwin lebih dalam untuk melemahkan kekuatan kaki Phakphum.
Rencana itu berhasil, Phakphum jatuh dengan lutut kirinya menyentuh tanah. Namun ia tidak ingin kalah oleh Phuwin, ia tetap berusaha memberikan perlawanan, namun dengan cepat Phuwin membalas tebasan pedang yang mengarah kepadanya dengan kekuatan dua kali lipat dari sebelumnya, alhasil pedang milik Phakphum terjatuh dari tangannya dan jatuh cukup jauh darinya.
Hening seketika memenuhi kawasan tengah akademi. Hanya suara cicit burung yang terdengar, semua murid akademi Ban Fang tidak mengira bahwa Phakphum si senior yang terkenal pembuli itu akan kalah dari Phuwin.
Dunk yang melihat bahwa Phuwin telah memenangkan pertandingan langsung bersorak dan bertepuk tangan senang, sorakan itu langsung diikuti semua murid akademi Ban Fang terutama para junior serta murid yang pernah menjadi korban perundungan dari Phakphum serta teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Souls [PondPhuwin]
FanfictionKisah Phuwin sang pemburu iblis dimana hidupnya bagaikan percobaan yang tak kunjung selesai dipertemukan dengan lelaki tak bisa ditebak perangainya, bagaimanakah jadinya ketika kedua insan tersebut bertemu dan dalam perjalanan hidup mereka pelan-pel...