"Kakak? apa yang kau lakukan di sini?!"
Naravit masih dengan muka penuh keringat karena menahan sakit perut dan perasaan acak adul karena stress harus bolak-balik ke toilet membuatnya tidak sadar menaikkan nada bicaranya kepada sosok yang dihormati di klan-nya.
Bukan hanya terkejut karena kedatangan kakak kandungnya di akademi, tapi juga lokasi dan waktu mereka bertemu itu sangatlah tidak tepat! Mau ditaruh dimana muka Naravit saat ini?
Pakin tidak biasa melihat kondisi adiknya yang seperti ini–berarakan–yang semestinya selalu mengedepankan kerapian dan keapikan. Walaupun saat Naravit mengemban pendidikan, mereka tidak bertemu setiap hari, ia mengetahui dengan baik perangai adiknya. Kali ini pasti ada sesuatu yang membuat adiknya tidak dalam zona nyamannya.
"Kau kira aku manusia super yang tak butuh pergi ke toilet? Jarak dari rumah ke akademi sangat jauh kau bayangkan sudah berapa lama aku menahan-"
Belum menyelesaikan seluruh ucapannya, si bungsu Letratkosum telah berlari kembali ke dalam toilet. Pakin yang melihat itu keheranan, pasalnya beberapa murid yang kelihatannya seperti teman adiknya juga ada yang ikut masuk ke dalam dengan wajah yang juga sama menahan sakit perut.
Aneh.
Dunk sudah tidak kuat lagi bertahan di tengah semak-semak, daun-daun disekitarannya memaksanya untuk bersin, sudah lama ia tahan keinginan untuk mengeluarkan bangkis besar akibat tanaman di sekitarannya.
Saat Pakin ingin berjalan ke salah satu bilik toilet kosong, terdengar suara bersin besar yang berasal dari belakangnya. Mau tak mau itu membuat langkah kakinya terhenti dan menengok mencari subjek tersebut. Kosong ia dapati. Alis Pakin mengerut, tangan ia taruh di pedang yang terikat pada selendang kuningnya. Hening.
Phuwin ingin mengutuk Dunk rasanya. Kini ia bisa merasakan langkah kaki mendekat ke arah semak-semak, namun saat ia sudah mempersiapkan psikologisnya untuk tertangkap basah-langkah itu berhenti. Phuwin ingin sekali menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan di luar sana, namun ia tak mau mengambil resiko.
Jantung kedua pemuda yang sedang bersembunyi di balik semak itu saling beradu kecepatan. Kini Phuwin ingin mengutuk dirinya sendiri, sedikit merasa menyesal telah mengintili geng Naravit sampai ke area pembersihan.
Suara langkah kaki yang mendekat lalu hilang tersebut kini kembali terdengar, namun sekarang langkah tujuannya adalah menjauh. Phuwin dan Dunk saling bertatapan satu sama lain dan mengangguk, memantapkan diri untuk mengintip keadaan di sana.
Tak ada satu orang manusia terlihat sejauh mata mereka memandang. Hal ini dijadikan kesempatan bagi mereka berdua untuk kabur dan menjauh sejauh-jauhnya, dengan begitu; Phuwin dan Dunk masih selamat sejauh ini.
~
Kelas Tenaga Ilmu Dalam yang harusnya dihadiri Phuwin sejak 15 menit yang lalu telah dimulai, seisi kelas sedang melakukan meditasi dan bisa Phuwin lihat guru Teeranai memimpin meditasi tersebut karena matanya ikut terpejam. Phuwin dengan langkah berhati-hati dan pelan agar tidak ketahuan menuju ke meja kosong di pojok belakang dan bermeditasi seolah-olah ia telah berada di kelas itu sejak awal.
Semoga tidak ketahuan dan aku tidak harus menambah jam pelajaran dengan guru Teeranai! Dewa Langit tolong bantu aku! Phuwin berteriak dalam hatinya.
Ia duduk bersila, menegakkan punggungnya namun tetap merilekskan badannya dan pikirannya, menempelkan kedua punggung tangannya di lutut sambil masing-masing kedua jemari telunjuk dan ibu jarinya bertemu. Ia sangat buruk dalam melakukan meditasi. Pikirannya selalu terganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
2 Souls [PondPhuwin]
FanfictionKisah Phuwin sang pemburu iblis dimana hidupnya bagaikan percobaan yang tak kunjung selesai dipertemukan dengan lelaki tak bisa ditebak perangainya, bagaimanakah jadinya ketika kedua insan tersebut bertemu dan dalam perjalanan hidup mereka pelan-pel...