Chapter 4 (2)

219 17 4
                                    

Seorang Naravit Letratkosum berdiri di hadapannya. Memandangnya dengan tatapan datar. Sambil menaruh pedang yang Phuwin yakini adalah milik Joong Archen yang sebelumnya ia ambil sebelum Dunk membawanya pergi dari lapangan.

Phuwin mengernyitkan dahinya bingung, was-was. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Phuwin dan Naravit saling bertukar pandangan. Dunk yang duduk memperhatikan mereka akhirnya memberanikan diri memecahkan keheningan di kawasan meja mereka.

"Salam kepada senior Naravit, apakah ada hal yang kau perlukan?"

Naravit memajukan badannya ke arah Phuwin dengan kedua tangannya dijadikan tumpuan. Matanya masih berfokus pada Phuwin. "Taruhan bertanding yang kau terima, kapan kau akan siap melaksanakannya?"

Bagaikan petir menyambar kepala Phuwin, ia ingin sekali kabur dari akademi ini dan orang-orang gila di dalamnya yang hobi bertarung.

Phuwin meredam kegeramannya dan mencoba untuk bersikap sopan. "Maafkan aku senior Naravit, tapi hal yang terjadi kemarin siang adalah sebuah insiden yang tidak aku lakukan secara sengaja. Aku benar-benar tidak tahu ada peraturan semacam itu."

Naravit yang mendengar itu menaikkan alis kirinya mendengar penuturan Phuwin. "Kau mau bertarung dengan si mesum Phakphum tapi tidak ingin bertarung denganku?"

Phuwin sedikit terganggu-tidak, sangat terganggu sejak kemarin dengan orang-orang yang mengusiknya. Salah satu karakter Phuwin yang ingin ia redam dan hilangkan adalah sifat pemarahnya. Ia tidak ingin membuat masalah selama berada di akademi ini, ia tidak ingin memalukan keluarganya. Kedua orangtuanya.

"Sepertinya aku salah menilai dirimu setelah pertarungamu dengan Phakphum, kukira kau adalah pemburu iblis yang hebat."

'Ibu, apakah aku akan menjadi pemburu iblis yang hebat? Pemburu iblis yang melindungi umat manusia juga ibu dan ayah?'

'Tentu saja jagoan kecil ibu akan menjadi pemburu iblis yang hebat, pemburu iblis yang agung dan menjadi harapan umat manusia.'

'Phuwin adalah pemburu iblis yang hebat yang akan melindungi ibu dan ayah!'

Phuwin tersinggung dengan kalimat Naravit.

Sebuah ujung pedang mengenai sedikit bagian leher Naravit. Pedang Joong Archen yang dipegang oleh Phuwin mengenai leher klan pemburu iblis Letratkosum. Senyum kecil bisa terlihat di wajah Naravit. Ia mengambil pedang yang sedari tadi terpasang apik di selendangnya dan melepaskan dari sarung pedang itu.

Pedang panjang yang memiliki ukiran aksara Thai yang bertuliskan bagaikan kilatan petir di atas bumi yang indah dan mematikan terlihat gagah saat sang empunya menggenggamnya.

Mereka berdua bertukar ayunan dan tebasan pedang di area kantin yang sialnya bagi Phuwin lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian. Baru saja sebentar mereka beradu pedang, seragam Phuwin di bagian lengan kanannya mengeluarkan warna merah dibarengi rasa sakit yang teramat.

Dunk yang daritadi hanya berdiri melihat perseteruan mereka berdua langsung menengahi. Ia sangat geram dengan Phuwin dan Naravit walau ia juga menghormati seniornya itu, namun sikapnya yang senang memancing orang-orang untuk bertarung itu terlihat menyebalkan.

"Ayo Phuwin, kita pergi ke ruang penyembuhan sebelum lukamu makin parah."

Naravit hanya memperhatikan mereka berdua dan berkata sambil memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya, "Pertarungan kecil tadi tidak perlu dihitung, aku tidak ingin memulai pertarungan dengan orang yang terluka, itu seperti aku melakukan kecurangan."

Phuwin yang memegang lengan kanannya menahan rasa sakitnya dan menodong Naravit dengan pedang. "Sepertinya aku salah menilai dirimu, kukira kau adalah pemburu iblis yang hebat." Sambil menunjuk tangan Naravit dengan gerakan matanya, Naravit langsung melihat tangan kirinya dan bisa ia lihat goresan kecil di tangannya.

Naravit menatap Phuwin yang sekarang tersenyum menang sambil menahan rasa sakitnya dan pergi dibawa oleh Dunk ke ruang penyembuhan.

Naravit tidak suka senyum itu, ia ingin menghapus senyum itu dari wajah Phuwin.

2 Souls [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang