Pagi itu, sinar matahari yang cerah menembus kaca jendela ruang klub idola Aurora, menciptakan bayangan indah yang menyelimuti seluruh ruangan. Di tengah ruangan, Farel duduk dengan penuh konsentrasi, menatap teman-teman satu timnya: Daniel, Evan, Willy, dan Indra. Semenjak kemenangan mereka di kontes dance cover beberapa minggu yang lalu, semangat mereka masih terus membara. Namun, di balik euforia kemenangan itu, mereka sadar bahwa tantangan yang lebih besar sudah menunggu di depan mata.
Idol Phase, sebuah acara besar yang mempertemukan grup idola dari berbagai daerah, menjadi fokus utama mereka saat ini. Acara itu bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi juga ajang yang bisa memperkenalkan grup idola ke publik yang lebih luas. Farel tahu, jika Aurora ingin bertahan dan berkembang, Idol Phase adalah kesempatan emas. Namun, dia juga sadar bahwa penampilan yang mereka miliki sekarang masih belum cukup untuk bersaing dengan grup idola lain yang lebih profesional.
"Kita butuh sesuatu yang lebih," kata Farel, mengusik kesunyian yang menyelimuti ruangan.
Daniel menatap Farel dengan alis terangkat, penasaran dengan maksud ucapannya. "Sesuatu yang lebih? Maksudmu apa, Rel?"
Farel mengambil napas panjang sebelum menjawab. "Kita butuh anggota baru. Seseorang yang bisa menambah kekuatan tim kita, terutama dalam menari. Aku tahu kita sudah bekerja keras, tapi untuk tampil sempurna di Idol Phase, kita harus lebih dari ini. Kita butuh orang yang bisa memperkuat gerakan dan teknik kita."
Willy, yang biasanya ceria, tampak sedikit skeptis. "Anggota baru? Tapi siapa? Nggak mudah mencari orang yang punya bakat menari, apalagi yang mau bergabung dengan klub idola."
Indra, yang sejak tadi diam, ikut berbicara. "Iya, benar. Kalau kita asal rekrut, bukannya lebih baik, bisa-bisa malah bikin penampilan kita jadi berantakan."
Farel terdiam sejenak, memikirkan setiap kata yang diucapkan teman-temannya. Dia tahu bahwa rekrutmen anggota baru bukanlah hal yang mudah. Tetapi, Farel juga merasa bahwa ini adalah keputusan yang tepat jika mereka ingin bersaing di ajang sebesar Idol Phase.
Belum sempat Farel menjawab, pintu ruang klub terbuka perlahan. Di pintu itu, berdiri seorang siswa yang belum pernah Farel lihat sebelumnya. Penampilannya langsung menarik perhatian semua orang di ruangan. Tinggi, berwajah tampan, dan gaya berpakaiannya mengingatkan pada anggota boygroup profesional. Siswa itu melangkah masuk ke koridor, melirik sekilas ke arah Farel dan teman-temannya sebelum melanjutkan jalannya.
Farel menatap siswa itu dengan tatapan penasaran. "Kalian lihat itu? Aku pernah dengar, dia pindahan dari sekolah lain. Namanya Satria, dan katanya dia punya bakat menari yang luar biasa. Dia mungkin orang yang kita butuhkan."
Teman-temannya saling berpandangan, antara skeptis dan penasaran. Daniel menghela napas, mencoba menurunkan ekspektasi. "Tapi, apa dia mau bergabung sama kita? Kita bahkan belum kenal dia."
Namun, Farel merasa yakin dengan intuisinya. "Kita nggak akan pernah tahu kalau kita nggak mencoba. Aku akan bicara dengannya sore ini."
Sore harinya, Farel memutuskan untuk bertemu langsung dengan Satria di halaman sekolah. Setelah mencari-cari, akhirnya dia menemukan Satria sedang duduk di bangku taman, tampak asyik dengan ponselnya. Farel mendekatinya dengan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Of Lunestar (GeminiFourth)
Teen FictionTerinspirasi dari cerita "My School President" dan "23.5", "Melody of Lunestar" mengisahkan perjuangan Farel, ketua klub idola sekolah Aurora, yang berusaha mempertahankan klub dari ancaman pembubaran. Di balik ketegangan ini, Gavin, ketua OSIS yang...