05. Cahaya di Balik Layar

40 4 0
                                    

Pagi itu di taman sekolah, suasana terasa riuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu di taman sekolah, suasana terasa riuh. Matahari bersinar cerah, menerangi wajah-wajah ceria anggota Aurora yang sedang berkumpul di bawah pohon besar. Mereka tengah berdiskusi serius tentang lagu yang akan mereka bawakan dalam audisi Idol Phase. Namun, bukan hanya memilih lagu yang menjadi fokus utama mereka, melainkan juga konsep Music Video yang harus mereka buat. Semua harus sempurna, sebab mereka sadar bahwa kesempatan ini adalah jalan besar untuk menggapai impian.

"Kita harus memilih lagu yang bukan hanya enak didengar, tapi juga kuat secara visual," ujar Farel, duduk di salah satu kursi taman sambil memandang daftar lagu di ponselnya. Matanya terlihat serius, menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin membuat sesuatu yang bermakna, tidak sekadar tampil untuk memenuhi kewajiban.

Evan, yang berdiri di dekatnya, mengangguk setuju. "Tapi kita juga harus punya konsep yang menarik untuk Music Video-nya. Kita nggak bisa cuma menari di satu tempat. Harus ada cerita di baliknya," tambahnya, memperlihatkan kegelisahan yang sama dengan Farel. Semua sadar bahwa kompetisi ini adalah tiket besar mereka untuk memasuki dunia hiburan, dan mereka tak bisa main-main.

Semua anggota Aurora tampak setuju, meskipun kebingungan terlihat di wajah mereka. Daniel memandang ke arah Farel, seakan mengharapkan ide dari ketua mereka. "Tapi apa ya? Harus ada sesuatu yang beda," gumamnya pelan.

Willy menyela, duduk bersandar di batang pohon besar. "Banyak grup lain yang pasti sudah punya konsep bagus. Kita nggak bisa hanya bergantung pada tarian atau lagu yang kuat. Kita perlu sesuatu yang emosional, sesuatu yang menyentuh," katanya penuh pemikiran.

Masing-masing dari mereka punya ide, tapi belum ada yang benar-benar matang. Suasana diskusi semakin memanas hingga tiba-tiba Gavin dan Martin datang menghampiri. Martin, yang dikenal sebagai teman yang penuh semangat dan selalu membawa ide-ide segar, tersenyum lebar dan langsung menyela. "Gimana kalau aku jadi sutradara MV kalian?" ucapnya dengan penuh percaya diri.

Sontak, semua anggota Aurora langsung menoleh ke arah Martin, mata mereka berbinar penuh harapan. Martin memang memiliki kemampuan dalam videografi dan editing yang tidak perlu diragukan lagi. Tawaran Martin terasa seperti jawaban dari kebingungan mereka.

"Serius, Mart? Kamu mau bantu kita?" tanya Farel dengan antusias, matanya berbinar penuh semangat. Seluruh tim Aurora mendadak terlihat lebih hidup dengan ide tersebut.

"Tentu saja! Ini kesempatan besar untuk kita semua," jawab Martin dengan penuh keyakinan sambil mengacungkan jempolnya. "Aku bahkan udah punya beberapa ide keren untuk konsepnya. Gimana kalau kita buat tema Boys Love? Konsep itu unik, menyentuh, dan bisa menarik banyak perhatian."

Sontak, anggota Aurora saling berpandangan. Satria tertawa kecil, sementara Evan tersenyum penuh arti. Mereka langsung memahami maksud Martin. "Boys Love? Wah, itu bakal viral banget," kata Evan, setengah bercanda tapi juga setengah serius. "Konsep itu pasti menyentuh hati banyak orang."

Daniel segera ikut bicara, "Tapi kita harus bisa memainkan peran itu dengan baik. Kalau kita terlalu kaku, malah bisa gagal. Tapi... ya, sepertinya menarik," ucapnya dengan sedikit ragu, meski ia tahu betul betapa kuatnya konsep ini di kalangan penggemar.

Melody Of Lunestar (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang