Pagi itu, Gavin duduk termenung di ruang OSIS, jauh dari keramaian kegiatan sekolah. Meski di sekelilingnya teman-teman dan anggota OSIS sibuk dengan berbagai acara, pikirannya terus berkecamuk. Sebagai ketua OSIS sekaligus sahabat Farel yang kini telah menjadi kekasihnya, Gavin merasa beban yang ia pikul semakin berat. Hubungan mereka adalah sesuatu yang baru baginya, dan Gavin merasa bingung bagaimana harus menjalani peran sebagai seorang pacar yang baik. Dia tidak ingin mengecewakan Farel, tapi semakin ia memikirkan hal itu, semakin besar rasa takut yang menghantui hatinya.
Martin, sahabatnya yang selalu siap mendengar keluh kesah, duduk di sebelah Gavin sambil membuka laptop, tampak seperti sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas OSIS. Namun, setelah melihat wajah Gavin yang tampak muram dan cemas, Martin memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya dan membuka percakapan.
"Kamu kelihatan stres banget, Gav. Ada apa?" tanya Martin, menutup laptopnya dan menatap Gavin dengan serius.
Gavin menghela napas panjang, berusaha meredakan perasaan gelisah yang terus menghantui pikirannya. "Aku... Aku nggak tahu gimana caranya jadi pacar yang baik, Mart. Ini pertama kalinya buat aku, dan aku beneran bingung. Aku nggak mau ngecewain Farel."
Martin tersenyum tipis, mencoba menenangkan sahabatnya yang terlihat sangat cemas. "Santai aja, Gav. Semua orang pasti bingung di awal hubungan. Kamu cuma butuh waktu buat menyesuaikan diri. Nggak ada yang instan dalam hubungan. Kalau kamu serius mau belajar, ada banyak cara buat jadi pacar yang lebih baik."
Gavin mengangguk, meski ia masih merasa ragu. "Aku tahu itu. Tapi, masalahnya bukan cuma soal menyesuaikan diri. Aku merasa ada beban yang lebih besar. Farel itu orang yang sangat terbuka, dia tahu apa yang dia inginkan. Aku takut nggak bisa menyeimbangi ekspektasinya."
Martin menepuk bahu Gavin, berusaha memberikan sedikit ketenangan. "Denger, Gav. Farel suka kamu karena siapa kamu. Bukan karena apa yang kamu lakukan atau tidak lakukan. Yang penting kamu tetap jadi diri sendiri. Itu yang dia inginkan."
Sebelum percakapan mereka bisa berlanjut lebih jauh, tiba-tiba Lily, salah satu anggota OSIS yang dikenal gemar dengan hal-hal mistis dan astrologi, bergabung dalam percakapan mereka. Lily selalu punya pendapat yang tidak biasa tentang berbagai hal, dan kali ini dia tampak penasaran dengan topik yang sedang mereka bahas.
"Kalian ngomongin apa sih?" tanyanya sambil duduk di meja di depan mereka, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
Martin hanya tersenyum, tetapi Gavin merasa agak canggung untuk mengungkapkan masalah pribadinya kepada Lily. Namun, sebelum Gavin sempat menjawab, Martin dengan nada iseng berkata, "Gavin bingung gimana caranya jadi pacar yang baik."
Lily tertawa kecil, tapi bukan dengan nada mengejek, melainkan dengan semangat yang tampak seperti menemukan ide besar. "Oh, kalau itu sih gampang! Kamu bisa datang ke kelenteng dan bertemu dengan seorang suhu di sana. Aku pernah dengar dari temanku, katanya suhu itu jago memberikan nasihat soal hubungan. Mungkin dia bisa bantu kamu dengan masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Of Lunestar (GeminiFourth)
Teen FictionTerinspirasi dari cerita "My School President" dan "23.5", "Melody of Lunestar" mengisahkan perjuangan Farel, ketua klub idola sekolah Aurora, yang berusaha mempertahankan klub dari ancaman pembubaran. Di balik ketegangan ini, Gavin, ketua OSIS yang...