08. Cahaya yang Terhalang Awan

8 1 0
                                    

Pagi itu, Farel berada di ruang kelas, menyapu lantai dengan gerakan lambat setelah pelajaran terakhir usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Farel berada di ruang kelas, menyapu lantai dengan gerakan lambat setelah pelajaran terakhir usai. Hari-hari menjelang kompetisi Idol Phase semakin dekat, dan meskipun semangat Aurora tetap menyala, beban yang dirasakannya semakin berat. Setiap latihan terasa menuntut lebih banyak energi, dan pikirannya mulai bercabang antara kekhawatiran dan harapan. Meski sudah berusaha maksimal, ada sesuatu yang terus mengusik pikirannya-rasa takut gagal, rasa takut mengecewakan orang-orang yang percaya padanya.

Sementara teman-teman sekelasnya sudah pulang, Farel memilih untuk tinggal sebentar. Ia ingin mengatur pikirannya yang mulai terasa penuh. Sapu di tangannya bergerak lambat, seolah mencerminkan kebingungan yang melanda benaknya.

Tak lama kemudian, Gavin muncul di ambang pintu kelas. Ia sudah lama memperhatikan perubahan sikap Farel, dan hati kecilnya mengatakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran kekasihnya itu. Gavin berjalan mendekat, berdiri di samping Farel dan bertanya dengan lembut, "Far, kamu kelihatan nggak tenang. Ada sesuatu yang mengganggu?"

Farel menghentikan gerakan sapunya, mendesah pelan. "Aku nggak tahu, Gav. Aku merasa... penampilanku di Aurora belum maksimal. Aku takut nanti di Idol Phase kita nggak bisa tampil sebaik yang diharapkan. Semua orang menggantungkan harapan pada kita."

Gavin menatap Farel penuh perhatian, mencoba memahami betapa besar tekanan yang dirasakan oleh kekasihnya itu. Ia tahu Farel selalu berusaha keras, selalu memikirkan orang lain sebelum dirinya sendiri. "Aku yakin kamu bisa. Kamu selalu memberikan yang terbaik. Kalau kamu merasa latihanmu butuh tambahan, aku bisa datang sepulang sekolah nanti buat nonton latihan Aurora, kalau itu bisa membantu," ujarnya, suaranya penuh dukungan.

Ucapan Gavin memberikan sedikit ketenangan pada Farel. Senyum kecil mulai muncul di wajahnya, meski masih ada kekhawatiran yang tersisa. "Terima kasih, Gav. Aku akan coba yang terbaik," jawabnya pelan, meski matanya menunjukkan bahwa ia masih merasakan tekanan yang luar biasa.

Gavin tersenyum lembut, lalu berkata, "Aku tahu kamu selalu mencoba yang terbaik, Far. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kamu punya bakat besar, dan semua orang bisa melihat itu. Yang penting, kamu harus percaya pada dirimu sendiri."

Farel menatap Gavin, merasakan ketulusan di balik kata-kata itu. Ia merasa sedikit lebih tenang, meski beban di dadanya belum sepenuhnya hilang. "Kadang, aku cuma takut kalau apa yang kulakukan belum cukup. Kalau aku mengecewakan teman-teman, aku nggak tahu apa yang akan terjadi."

Gavin mengangguk pelan, lalu mendekatkan diri. "Kamu nggak sendirian, Far. Aurora nggak akan berhasil tanpa kamu. Mereka butuh kamu seperti kamu butuh mereka. Dan aku selalu ada di sini untuk mendukungmu. Ingat itu, ya?"

Mendengar kata-kata Gavin, Farel merasa hatinya sedikit lebih ringan. Ia tahu Gavin selalu ada di sisinya, dan itu memberinya kekuatan yang ia butuhkan. "Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi selama ada kamu, aku rasa aku bisa menghadapi semuanya," ucap Farel, suaranya lebih lembut.

Melody Of Lunestar (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang