(5) Toshinori's House

71 13 0
                                    

Esoknya, jam enam pagi Katsuki sudah membangunkan Izuku karena hari ini mereka akan bersepeda. Sementara yang dibangunkan tetap tak berniat membuka sedikit pun kelopak matanya. Bahkan dia tak repot-repot menyembulkan kepalanya dari balik selimut yang menggulung seluruh tubuhnya. Ini adalah minggu pagi, selama dua tahun, tubuhnya sudah mengenali waktu terlarang ini dan akan tenggelam dalam lelap yang sukar untuk disadarkan. Katsuki tahu itu, namun dia tetap memilih untuk membuatnya terbangun tak peduli bagaimanapun caranya. Sudah saatnya Izuku memulai gebrakan baru di minggu paginya dan tidak terus menormalisasi kebiasaannya bangun siang karena traumanya.

"Bangun, Izuku. Kita harus pergi ke suatu tempat pagi ini. Cepat," perintah Katsuki untuk yang ke sekian kalinya di pagi itu. Karena masih tak ada tanggapan, pria itu menarik selimut yang menutupi tubuh Izuku dengan kuat.

Karena jendela kamar sudah dibuka oleh Katsuki, udara pagi yang dingin tanpa izin menusuk kulit Izuku yang terbuka setelah kehilangan selimutnya. Pria itu mengerang dan berbalik memunggungi Katsuki.

"Astaga bocah ini," gerutu Katsuki kesal. "Izuku. Kau akan ketinggalan hal yang menyenangkan hari ini, ayo cepat bangun." Ditariknya tubuh Izuku agar berbalik lagi untuk dia tepuk-tepuk wajahnya.

Izuku kembali mengerang dan meracau dengan kedua mata yang tetap terpejam, "Terlalu pagii.... Katsuki, biarkan aku tidur sampai jam 11 siang. Ini terlalu pagi, dingin.... Aku bisa cegukan."

"Ha? Kau pikir kau ini bayi yang akan cegukan dengan mudah ketika kedinginan?" Katsuki menatap pria di tempat tidur itu tak percaya. Badan sudah sebesar itu masih saja bertingkah seperti bayi?

Katsuki masih berjuang membuat Izuku bangun dan hasilnya masih nihil. Bahkan Izuku berkali-kali mendorongnya dengan tangan maupun kakinya agar Katsuki menjauh dan tak mengganggu tidurnya. Hal tersebut membuat perempatan imajiner muncul di pelipis Katsuki.

"Baiklah, tak ada cara lain," gumamnya kemudian naik ke atas tempat tidur dan mengungkungi tubuh Izuku yang meringkuk.

Dia menunduk untuk mendekatkan wajahnya ke telinga Izuku dan berbisik, "Bangun, pemalas. Sebelum aku melakukan sesuatu yang buruk padamu." Suaranya terdengar lebih rendah dan dalam.

Izuku yang secara tiba-tiba mendapat serangan napas yang hangat dan suara berat Katsuki di telinganya berjengit, merasakan sekujur tubuhnya merinding. Dia membuka matanya dengan cepat dan mendorong tubuh Katsuki dengan sekuat tenaga hingga bokong pria blonde itu terjatuh ke atas lantai.

"Akh! Sakit, Izuku!" Katsuki mengerang kesakitan sambil mengusap bokongnya.

Izuku berteriak dengan panik, "Ya, ya, aku akan segera menggosok gigi dan mencuci muka!" Kemudian dengan cepat turun dari tempat tidur dan terbirit-birit ke luar kamar seperti habis melihat hantu.

Katsuki lalu tertawa seraya berdiri dan memasang tampang puas karena metodenya berhasil membuat pemalas berambut hijau itu bangun. Detik berikutnya dia meringis seraya mengusap bokongnya lagi.

"Gila juga tenaga brokoli itu," gerutunya kesakitan sebelum keluar kamar dan turun ke lantai bawah.

"Pagi-pagi sudah ribut saja kalian," komentar Mitsuki yang sedang berkutat di dapur untuk membuat sarapan saat Katsuki turun.

Katsuki yang tengah mengenakan jaket juga topinya di ruang tengah terkekeh. "Operasi membangunkan pemalas di minggu pagi selesai dilakukan," ujarnya kemudian berjalan ke arah dapur.

"Masih terlalu pagi untuk kalian bangun di hari minggu. Apakah akan pergi ke luar?" Mitsuki bertanya tanpa mengalihkan fokusnya dari wajan pemanggang sosis di hadapannya.

Katsuki saat ini sedang menyiapkan bento yang cukup besar di atas meja. Pagi-pagi sekali setelah berolahraga tadi, dia sudah sibuk di dapur memasak sesuatu.

Bear Your PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang