(3) His Biggest Fear and Regret

205 17 3
                                    

Izuku duduk bersila di depan batu nisan yang menyematkan nama ibunya, kedua emerald-nya tak pernah beralih barang sedetik pun dari nama yang sangat dia cintai itu. Awal dan akhir dari kebahagiaannya. Ketika ibunya melahirkannya, itu adalah awal dari kebahagiaannya. Dan ketika ibunya meninggalkannya, itu adalah akhir dari kebahagiaannya. Kepergian sang ibu adalah kenyataan yang paling tak bisa ditolerir. Sehingga kebencian akan dunia dan juga dirinya sendiri akhirnya terlahir, hingga mendorongnya jatuh pada jurang yang sudah menantinya sejak berakhirnya rumah tangga kedua orang tuanya.

Kali ini tak ada lagi tangisan seperti waktu dirinya masih remaja. Dia hanya diam tanpa sedikit pun mengeluarkan suara. Kemudian dia merogoh saku hendak mengeluarkan rokoknya karena kebiaasaan, namun gerakannya terhenti. Dia menahan diri untuk tak merokok di depan pusara ibunya, karena sang ibu pasti tidak akan suka.

Memori 12 tahun lalu mau tak mau kembali muncul di ingatannya. Darah yang bersimbah di atas aspal, air mata yang mengalir di pipi ibunya yang memucat dan napas yang tak bisa lagi dirasakan oleh Izuku. Dia sangat mengingat dengan jelas rasa tubuh yang mendingin di pelukannya, bagaimana kesunyian darinya telah menjadi tanda bahwa dirinya sudah tak lagi berada di dunia yang sama dengan putra semata wayangnya. Hari itu adalah kiamat terbesar di hidup Izuku.

Sudah seperti orang gila Izuku ketika berteriak meminta bantuan agar ambulans segera dipanggil. Bahkan ketika orang-orang sudah memberitahunya bahwa sang ibu sudah tiada, Izuku masih bersikeras ingin menolongnya. Bergantung pada 0% harapan dan memaksa tenaga medis untuk menyelamatkan nyawa sang tercinta. Yang jawabannya sudah sangat jelas bahwa tak ada yang bisa mereka selamatkan dari seseorang yang sudah tak bernyawa.

Itu benar-benar kiamat besar baginya. Awal dari kehancurannya. Dan makin didorong oleh rasa penyesalan yang teramat besar, karena dia dan ibunya berpisah dalam keadaan yang tidak baik. Hari itu menjadi pertengkaran pertama juga terakhir bagi keduanya. Pertengkaran yang bagi Izuku adalah sebuah petaka. Petaka yang menarik ibunya pada kematian dan mendorong dirinya pada jurang dosa tak berujung.

"Astaga, bukankah itu wanita yang berdebat dengan anaknya tadi?"

"Ah, aku juga melihatnya. Dia mengejar anaknya sambil menangis."

"Ya ampun, pasti anaknya sangat menyesal sekarang."

"Anak itu harus melihat kematian ibunya yang tragis setelah pertengkaran mereka. Pasti sulit sekali untuknya."

Semua ucapan-ucapan yang dilontarkan orang-orang kala itu membuat Izuku jatuh semakin dalam ke jurang dosa yang penuh penyesalan. Hari-hari kelamnya dimulai dan baginya tak ada lagi jalan kembali. Semua sudah terlambat dan rasa penyesalan terus menggerogoti hatinya hingga tak ada lagi yang bisa dia lakukan selain pergi menyusul ibunya.

Dan di hari ketujuh kematian ibunya, memanfaatkan kebakaran yang sedang terjadi di daerah yang dia lewati, Izuku berlari ke arah kobaran api untuk membakar dirinya. Dia ingat suara orang-orang yang berteriak agar dirinya berhenti. Saat itu belum ada tim pemadam kebakaran yang datang, jadi tidak ada orang yang berani untuk mendekat ke arah kobaran api. Dan ketika api yang berkobar itu sudah menyentuh sebagian kecil dari Izuku, tangan seseorang menariknya dengan begitu kuat.

Katsuki dengan wajah berang bercampur takut membawanya yang meronta-ronta minta dilepaskan. Kemudian dia merasakan perutnya dipukul dengan telak. Sambil memaki, Katsuki yang sifatnya kala itu masih suka bertindak kasar dalam menunjukan kasih sayangnya menyeret Izuku menjauh dari lokasi kebakaran.

Saat itulah mereka berdua bertemu dengan seorang pria dewasa bertubuh kekar yang akhirnya membantu Katsuki membawa tubuh Izuku, Toshinori Yagi, yang setelahnya menjadi mentor latihan fisik mereka. Selama sebulan, Izuku tinggal di rumah Yagi untuk diawasi. Takut bocah itu kembali melakukan tindakan bunuh diri ketika ditinggal sendiri. Katsuki pun sering datang untuk mengunjungi Izuku, bahkan beberapa kali menginap untuk menemaninya.

Bear Your PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang