19.

14 3 4
                                    

Rasa tak nyaman menyelimuti Ji Kyung hari itu. Hatinya tak tenang. Gelisah dan gundah yang membuatnya tak nyaman. Pekerjanya hari itu tak terganggu karena dirinya tetap berusaha untuk tidak melakukan kesalahan.

Ji Kyung tak sengaja mendengar bahwa Jae Hyun tak pulang semalaman. Benar! Jae Hyun menepati janjinya pada In Soo. Tapi dalam pikiran Ji Kyung sebaliknya. Setelah berganti pakaian, wanita itu bergegas menuju apartemen In Soo.

Langkah kakinya bergegas, lift yang bergerak seperti biasa baginya tergolong lama. Wanita itu khawatir akan keselamatan wanita lainnya. Ji Kyung tak serta-merta memencet bel dia malah memencet password pintu.

Matanya tertuju pada sepatu yang dia kenali. Padding yang teronggok di sofa, juga siluet tubuh yang sedang bergerak didalam kamar yang pintunya tak tertutup rapat. Suara desahan terdengar. Punggung Jae Hyun terlihat jelas sedang menggauli wanita yang sedang dia khawatirkan keadaannya.

Suara desah mereka terdengar sangat menjijikkan di telinga Ji Kyung. Wanita itu segera menyesal telah berbuat baik untuk wanita lain yang ternyata benar-benar saingannya. Matanya berkaca-kaca menahan air bening yang dia tak inginkan tumpah.

Percuma! Dia berteriak diam menahan segala getir dalam hatinya. Membuang-buang waktu! Itulah yang dipikirkan oleh wanita itu. Selama ini dia mampu menahan segalanya, bahkan ketika tau ada benih Jae Hyun dalam rahim wanita lain, dia masih bisa menahan semuanya.

Tapi tidak kali ini. Ji Kyung melangkah pergi tanpa ragu. Sakit hatinya makin dalam. Dia benar-benar hancur. Dia sekarang punya saingan berat. Saingan yang akan menyita banyak perhatian Jae Hyun.

Senyumnya tipis mengulas, dia bertanya pada dirinya sendiri tentang perhatian Jae Hyun yang dia pikirkan tadi. Adakah perhatian itu selama ini? Benarkah dia rindu dan butuh Jae Hyun? Rasa jumawa karena dia punya putra dari pria brengsek itu membuatnya terlena.

Rasa hormat dari orang sekitarnya membuatnya merasa di awang-awang. Nyatanya dia salah! Tak sedikitpun pria itu menganggapnya ada, bahkan putra mereka pun selama ini luput dari perhatian Jae Hyun.

Bukan dia tak ingin Jae Hyun tau, bukan dia tak mau Jae Hyun mengakui keberadaannya. Ji Kyung hanya tak ingin anaknya terkontaminasi oleh ayah kandungnya. Pria itu terlalu bejat untuk dia anggap baik dan terlalu baik untuk dia anggap bejat.

Yang tak pernah disadari dan diketahui Ji Kyung, selama ini Jae Hyun telah banyak membuat jalan lapang bagi putra mereka. Pria itu sadar dan tau dirinya tak pantas disebut ayah oleh anaknya sendiri. Tapi naluri sebagai ayah telah membuat pria itu bergerak dan menopang anaknya.

Sekolah gratis dengan kamuflase beasiswa. Toko perlengkapan yang selalu mengirimkan kebutuhan anaknya juga uang yang terus mengalir atas nama sekolah. Jae Hyun tak ingin putranya seperti dirinya. Pendidikannya harus lebih baik, masa depannya juga harus lebih cerah dari dirinya.

Jae Hyun juga mengekang keinginannya untuk menemui sang putra. Dia hanya tak ingin putranya tau siapa ayahnya dan apa pekerjaan yang dilakukan ayahnya. Jae Hyun tak ingin dipandang rendah oleh putranya sendiri.

Tapi semua itu tak pernah diketahui atau disampaikan pada Ji Kyung. Keduanya diam dalam perjuangannya masing-masing. Wajar saja Ji Kyung merasa dia tak diperhatikan saat ini. Sebuah kenyataan dilihatnya dengan mata kepala sendiri.

Bagaimana sikap dan perlakuan Jae Hyun pada wanita lain yang sedang mengandung anaknya. Itu tak didapat oleh Ji Kyung kala itu.

Wanita itu kembali ke tempatnya bekerja. Sekalipun jika dia tak kembali tak akan ada yang berani menegur namun dia butuh uang untuk kehidupannya. Senyum kecut dibarengi gelengan kepala. Ji Kyung menertawakan kebodohannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The CEO, Mafia And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang