bab 12

258 31 0
                                    

-

-

-

happy reading

Seorang remaja sedang terbaring di ranjang yang sudah lama ia tempati, ia sangat menikmati tidur nya

Namun terganggu akan suara bising yang mengganggu tidur manis nya 

Seperti sesuatu menyuruh nya bangun, ia perlahan membuka mata nya

Menampilkan manik merah ruby milik nya "ughh. . " desisan nya berhasil membuat ruangan yang tadinya sedikit berisik, langsung sunyi seketika

"Ba-bang? " cicit Taufan, ia terkejut

Tiba tiba saja kakak nya itu bangun dari kritis?

blaze dan duri ribut akibat ayam yg mereka makan tadi sudah habis, di habiskan oleh duri, yang dimana seharus nya itu adalah potongan terakhir milik blaze. Mereka ikut diam akibat ucapan taufan

"Taufan?" apa? Bagaimana bisa!

Taufan? Saat ia bangun seharusnya ia meliha

Seorang remaja sedang terbaring di ranjang yang sudah lama ia tempati, ia sangat menikmati tidur nya

Namun terganggu akan suara bising yang mengganggu tidur manis nya 

Seperti sesuatu menyuruh nya bangun, ia perlahan membuka mata nya

Menampilkan manik merah ruby milik nya "ughh. . " desisan nya berhasil membuat ruangan yang tadinya sedikit berisik, langsung sunyi seketika

"Ba-bang? " cicit Taufan, ia terkejut

Tiba tiba saja kakak nya itu bangun dari kritis?

blaze dan duri ribut akibat ayam yg mereka makan tadi sudah habis, di habiskan oleh duri, yang dimana seharus nya itu adalah potongan terakhir milik blaze. Mereka ikut diam akibat ucapan taufan

"Taufan?" apa? Bagaimana bisa!

Taufan? Saat ia bangun seharusnya ia melihat wajah seorang wanita manis. . tapi mengapa?

Ia bukan bermaksud tidak ingin melihat adik nya itu. . tapi . .

ia hanya ingin bisa lebih lama di bawah akan sadar nya, bersama orang yang ia sayangi

"Panggil dokter kaizo" perintah taufan yang segera dilaksanakan oleh solar

Halilintar memperhatikan sekitar sebelum pada akhirnya blaze membuka pembicaraan "nyusahin aja lo "

Degh

Hali, baru saja bangun dari tidur panjang nya, saat sudah bangun hatinya mulai berdarah lagi akibat tertusuk oleh ucapan adik nya

Ia hanya diam seraya tersenyum pahit
"Maaf" hanya itu yang dapat ia lontar kan dari mulutnya

Tak lama dokter kaizo datang yang diikuti oleh solar

_________

hali duduk di salah satu kursi yang terletak di sebuah taman, yang tak jauh dari belakang rumah sakit

melamun di malam yang dingin dengan pencahayaan yang cukup minim. kabut malam yang menutupi langit membuat area sekitar semakin gelap nan dingin

ia duduk seorang diri dengan tatapan kosong

ia telah mengingat semuanya, mulai dari ia di kabarkan tentang gempa yang kecelakaan

hingga dirinya yang kecelakaan hebat dengan fang. fang sempat dinyatakan koma akibat luka cukup parah di kepalanya

yang membuat ia merasa bersalah, mungkin jika ia tidak meminta fang untuk menaikkan kecepatan kendaraan nya waktu itu

semuanya tidak akan seperti ini.

yang terlebih, kabar terbaru gempa yang hilang entah kemana

membuat hali terus terusan menyalahkan dirinya sendiri

begitupun ia selalu canggung dengan dokter kaizo, setelah mengetahui kebenaran fang adalah adik dari dokter kaizo

hali menyempatkan diri untuk menanyakan kabar temannya yang ikut serta kecelakaan kepada dokter saat ia selesai di periksa oleh nya

"fang saat ini sedang kritis. . bisa dibilang koma " ia tak habis habis nya membayangkan sesuatu yang akan menjadi hal paling buruk

dan adik adiknya yang terus menyalahkan dirinya, mencaci hingga terus terusan membentak dirinya atas kehilangan gempa 

'mengapa semuanya seolah olah salah ku?' malam semakin larut dan dingin

namun ia tidak ada niat untuk kembali ke ruangannya

semua adik adiknya sudah pulang, semuanya pulang tepat pada pukul setengah sembilan

dokter kaizo belum memperbolehkan halilintar untuk pulang dalam jangka waktu dekat, karena bisa saja kondisinya kembali melemah

"ternyata. . dunia se mengerikan itu bun" celetuk remaja tersebut

"hali harus gimana bund. . ayah pasti bakal marah besar sama hali "

"takut" ia tak henti henti mengutuk dirinya sendiri

mati matian menahan tangis nya, meski tidak seorang pun selain dirinya disana

ia tetap berusaha menahan bendungan air yang terkapung di matanya 'kuat' satu satunya yang bisa membuat nya bertahan

di kuat kuatin 😋

hari sudah menunjukkan pukul 23.19

yang membuat udara semakin dingin dan sunyi

namun inilah yang ia butuhkan, ketenangan dan sendirian

ia mulai menyandarkan kepalanya di kursi, ia kemudian memejamkan matanya sejenak

lelah akan kenyataan yang begitu pahit.

"hali? " seseorang datang menghampiri dirinya, membuat hali terkejut dan membuka matanya

ternyata dokter kaizo.
"dokter. . "

"sedang apa kamu sendirian disini? sekarang sudah pukul setengah dua belas. . waktu untuk para pasien istirahat. "

hali terdiam. ia terlalu sibuk menyalahkan dirinya sendiri sehingga tidak sadar sudah selarut itu

"maaf dok, aku gatau udah jam segitu. . "

"boleh dokter duduk disini? " ucap dokter kaizo sambil menunjuk samping kanan hali, karena disebelah kirinya ada infus yang setia menemani hali

"ah. . boleh kok" ucap hali tak berani menatap lawan bicara

setelah dapat persetujuan dari sang empu, kaizo segera duduk di samping hali

cukup lama kaizo diam tanpa memulai pembicaraan yang membuat kecanggungan diantaranya

"saya turut perihatin tentang kabar adik kamu. ."

halilintar mengangkat kepalanya, berani menatap lawan bicara 
"dan juga. . " ada sedikit jeda dari dokter kaizo

"berhenti menyalahkan dirimu sendiri hali. ini bukan salah mu. . saya bisa menebak isi kepala mu dengan mata mu"

mata?

"mata mu yang merah dan berkaca kaca. "

hali baru sadar jika matanya yang sedikit berair

"kalau masalah fang. . tenang saja kondisi nya sekarang sudah lumayan stabil dan lebih baik, ini semua sudah terjadi. " sedikit rasa lega dan bersalah

"sekarang sudah sangat larut dan dingin, kamu kembalilah ke kamarmu  dan beristirahat lah" perintah dokter

hali hanya mengangguk dan menurut

jujur saja ia masih ingin sendirian disana, namun karena sudah larut malam

ia harus segera kembali ke kamarnya

ia masih berharap akan semuanya, 'jika ini mimpi, maka tolong bangun kan aku tuhan.'

Benar, Aku Pembawa Sial (Hali) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang