Patah hati Violet

762 64 9
                                    

Happy Reading

Alarick melangkah menghampiri meja Violet. Alarick menyapa hangat Violet.

"halo adik kecil kamu lagi makan apa?".
Alarick menyodongkan badan disebelah Violet. Alarick lalu memperkenalkan Wanita yang bersamanya.

"kenalin dia Marlinda, putri marquess  Delion".

Marlinda tersenyum hangat menyapa Violet. Dahi Violet berkerut bertanda bingung. Ada kah ia bertanya nama gadis disamping Alarick?
Tidak kan!

Namun raut wajah Violet nampak tersenyum, ia membalas kembali sapaan Marlinda. Badan Violet bagai disambar petir mendengar Alarick menyambungkan kalimat membuat dirinya shock.

"Marlinda adalah tunangan kakak nanti kalau kami menikah kamu datang ya adik kecil".

HAH TUNANGAN??

bukan kah baru lusa kemarin Alarick bilang tidak ada wanita yang dicintai. Tapi kok sekarang udah tunangan aja.
Alarick ga cinta sama Marlinda?.
Di novel tidak diceritakan sosok Marlinda pasti karna belum memasuki alur.

"kami undur diri Vio, putri mari kita duduk dimeja dipojok sana".

Selepasnya mereka berdua menunduk hormat berjalan menjauh dari meja Violet.
Violet tidak bisa berbohong, kini tangan nya tampak mengepal aura nya terlihat suram, wajah nya tertunduk lesu. Ia ingin nangis saja sekarang.

Alarick tampan nya sudah mempunyai tunangan. Mana cantik banget lagi, anggun pula. Violet melirik sekilas meja mereka. Gaya makan serta etiket Marlinda terlihat sangat keibuan. Aura Violet pasti sudah terpental dibanding Marlinda.

T--tapi Violet sangat mencintai Alarick. Ia tidak mau Alarick menikah bersama wanita lain. Namun Violet juga tidak ingin menjadi perusak hubungan orang.

Violet terduduk lesu, ia sudah tidak badmood melanjutkan makan. Violet berdiri Susan juga ikut menghentikan makan melihat Violet berdiri Wanita itu juga melakukan hal yang sama.

"nanti kita bungkus saja beberapa jenis makanan disini. Lanjut di kerajaan saja makan nya".

"baik nona".

Violet menuju keluar tempat makan, menaiki kereta kuda tanpa melirik Alarick kembali.

Dalam toko kue Alarick mengerutkan dahi, ia sekarang 100% binggung. 
Kenapa Violet seperti marah pada nya. terasa aneh Violet marah padanya, Alarick merasa tidak memiliki salah apapun pada gadis itu. Violet sudah Alarick anggap seperti saudara perempuan nya sendiri. Wajar Alarick sangat menyayangi Violet.

Suara Marlinda mengalihkan pikiran Alarick. Alarick memilih fokus kembali pada calon istri yang masih belum diterima hati nya saat ini.
Namun Alarick akan berusaha mencintai Marlinda, Perempuan itu adalah perempuan baik-baik. Tidak seharusnya Alarick memperlakuakn nya dengan semena-mena.

Alarick dan Marlinda terlihat sangat serasi mereka bercengkrama santai sembari menikmati indah nya langit sore hari. Pasangan itu tidak mengetahui ada satu gadis yang sekarang hati nya runtuh, pria bersurai hitam itu akan menikah bukan dengan diri nya.


Sesampainya di rumah gusaran dalam hati Violet tidak kunjung membaik. Ia memilih langsung kekamar. Violet tidak meneteskan air mata sedikit pun namun Violet masih 
tidak rela tokoh kesayangan nya bersama perempuan lain.

Kalau akhir hidup Alarick apakah memang akan tetap mencintai Alice. Atau menikah dan hidup bahagia?
Violet tidak mengetahuinya.

"Alarick kenapa si kamu tidak jadiin aku tunangan mu saja daripada wanita itu. kalaupun nnti nya kamu tetap sama Alice tapi kan aku bisa ngerasain dicintai sama kamu". monolog Violet seorang diri dalam kamar

"aaaa... mau nangis sedih banget gw".

"dah lah daripada galau-galau gw mau lukis aja deh".

Violet menurunkan badan dari atas ranjang menuju ruang lukis. Peralatan lukis yang dibeli nya tadi sudah tertata rapih dalam ruangan yang sekarang terlihat seperti gallery.

2 jari Violet mulai memegang ujung kuas menorehkan kuas tersebut pada campuran warna dalam palet.
Violet ingin melukis hujan karna sekarang hatinya sedang galau.
Ia butuh pelampiasan emosioanal melalui sentuhan kuas pada canvas.

2 jam kini berlalu, terdengar dalam telingga Violer suara langkah kaki mulai mendekat. Kepala Violet memutar menyamping melihat siapa yang masuk ke area nya.
Didepan pintu berdiri sang Duchess.

Duchess  tersenyum kearah Violet. Violet melirik tangan duchess tampak penuh dengan berbagai buah-buahan.

"Vio, ini ibu bawakan bermacam buah dari teman ibu. Dimakan ya Vio".

"terimakasih bu letakkan saja buah nya di atas nakas itu". tangan Violet menunjuk salah satu nakas dalam ruangan.

Duchess menuruti permintaan putri nya. Selesai menaruh buah duchess Kemudian berjalan kembali ke arah Violet. melihat hasil karya Violet yang belum selesai 100%.

"lukisan mu terlihat sangat cantik. Ibu heran sejak kapan kamu pandai melukis, dari dulu pegang kuas saja kamu tidak pernah. Dua minggu lalu kamu tiba-tiba meminta ruangan luki, apa ibu tidak binggung".

"ibu.. sebenarnya Violet mulai melukis sejak 2 bulan lalu mungkin kalian tidak menyadari nya. Vio juga membeli alat lukis juga hanya ketika keluar. Namun sekarang Vio ingin mendalami seni lukis bu, gapapa kan bu?".

Duchess mengusap lembut surai halus unggu Violet.
"kenapa tidak boleh sayang?, malahan bagus kamu menjadi tidak bosan di istana ini".

"Nah sekarang dimakan dulu buah-buahan nya. buah itu sangat bagus untuk tubuh manusia".

"nanti bu Vio masih kenyang. Tadi siang Violet sudah makan dengan Susan. Oya ibu tadi Violet membeli beberapa macam cake. Kalau ibu mau tinggal minta ke Susan ya bu".

"iya sayang, kusir nya sudah kamu belikan?".

"sudah bu tadi Violet membelikan 2 macam cake".

"bagus, meskipun derajat kita lebih tinggi dari mereka tapi kemanusiaan dan kepedulian itu tetap nomor 1 ya Vio, selalu ingat kata-kata ibu ga sayang".

"iyaa bu, makasih bu telah menjadi seorang peri baik hati dalam keluarga kita".

Duchess tertawa sedikit. mendengarkan perkataan Violet tentang persamaan dirinya dengan seorang peri.

Hujan membuat suasana menjadi sejuk. Disini Violet ditemani sang Ibu Sedangkan Alarick duduk berdampingan bersama tunangan nya.

•••
See You Next Chapter

Let Me Gone DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang