5

6.1K 271 50
                                    

Absen yang nungguin Juragan Damar, mana nih🙋

Para Nimas yang kasih semangat tapi kaga Follow sama yang baca tapi kaga vote!!
Keterlaluan kalian!🤧

Makanya kasih lah vote crita Ndoro ini dan jangan lupa di follow, biar cepat ke sampek ke bab yang asoyy😗✨

Bab Juragan ahhem... ahhem sama Nimas Rahayu sudah menanti 🤸🤸

*****

Di dalam kamar Damar melamun memikirkan kejadian tadi. Mengingat Kembali sorot mata teduh Rahayu yang tidak bisa Damar lupakan.

Segala ingatan 6 tahun yang lalu, saat gadis itu baru masuk sekolah menengah pertama. Beberapa kali Damar dan teman-temannya sering bertemu Rahayu dulu, ketika Rahayu menyuci pakaian di sungai. Dan Ia berjaga di pos sungai dengan para taruna lainnya, tapi tidak ada waktu Damar berbicaran atau bertegur sapa dengan gadis itu.

Padahal banyak dari temannya menggoda Rahayu kecil, ternyata 4 tahun tidak berada di desa merubah Rahayu kecilnya tumbuh menjadi gadis cantik jelita.

Tok...tok, tok...

"Raden, kopinya" suara ketukan pintu kamar menyadarkan dari lamunannya, Damar bergegas membuka pintu kamarnya.

"Suwun Bok" ucap Damar.

"Raden adus banyu hangat opo biasa biar bok siapkan" Tanya bok Imah.

"Hangat saja" mendengar jawaban Damar, Bok imah bergegas masuk kedalam kamar mandi yang ada di kamar Damar.

Bok Imah abdi dalam di kediaman Kusumo selama, bok Imah mengabdi sejak Damar masih bayi sampai sekarang. Bok Imah juga mempunyai anak seumuran dengan Najib adiknya, Namanya Bahri dia bekerja di peternakan belakang.

"Banyune wis siap, Aden cepet adus bentar lagi adzan maghrib" ujar bok Imah yang keluar dari kamar mandi.

"Iya bok" Jawab Damar "Bahri nek kene opo wis berangkat masjid bok?" lanjut Damar bertanya.

"Urung den. isih nek gudang penyimpanan, kenapa den?"

"Biar berangkatnya bareng saya"

"Ndak budhal karo Nyi lan Datuk, Den?"

"Ora bok, arep nggawa sepada dewe" jawab Damar

"Ya wis den, tak kandhani bahri" pamit bok Imah keluar dari kamar Damar

*****

"Aduh pelan-pelan buk sakit iki, banyune sek panas" seru Rahayu sejak tadi merengek kesakitan.

"Makanya Rahayu, yen wis selesai kerja langsung mulih lah iki sikile dadi abuh" Ramlah membantu anaknya merendam kaki rahayu yang bengkak kedalam air panas.

"Wis tah buk, Rahayu kaya iki karena nulungi jaran juragan sing bedhat" Zuli datang membela anaknya.

"Endi balsemne?" tanya Ramlah pada suaminya.

"Bapak sing ngolesin, yen ibuk mesti tambah sakit sikile Rahayu"

Pak Zuli mengangkat kaki Rahayu ke atas kursi. Rahayu meluruskan kakinya di katas kursi, lalu pak Zuli membantu mengolesi balsem di kaki Rahayu yang bengkak.

Ramlah pun pergi kedapur membawa baskom berisi air rendaman Rahayu ke dapur.

"Sesuk ora usah menyang kerja, yen sikile sakit" ujar Zuli.

"Ora pak, sesuk wis sembuh sikile yo masak baru sehari kerja Rahayu ndak masuk" jawab Rahayu yang meringis kesakitan.

"Yen sesuk isih sakit ora perlu lungo, biar bapak sing matur karo Juragan"

"Njih pak"

"Tadi di masjid Bahri takon kowe" ucap Zuli sambil memijat pelan kaki Rahayu.

"Tanya apa pak?" penasaran Rahayu.

"Sesuk sopo sing anter Rahayu?"

"Terus jawab bapak apa?"

"Yo bapak jawab, di anter bapak kalau ndak bareng Ranti" ujar pak Zuli.

"Tapi Bahri minta izin ke bapak, yen sesuk lungo peternakan barengan karo bahri oleh opo ora?" lanjut pak Zuli.

"Bapak jawab opo maneh?"

"Boleh-boleh saja"

Rahayu terdiam mendengar jawaban yang bapaknya kasih pada Bahri. Bahri pemuda desa yang sangat baik dan sopan, tadi saja bahri membantu Rahayu membawakan ember ke gudang.

"Pak, mas Bahri baik opo ora?" Tanya Rahayu setelah lama diam.

"Baiklah, wong Bahri kuwi anaknya yu Imah mung siji yo mesti di ajarkan sikap sing apik" Jawab Zuli

"sesuk kowe budhal karo Bahri. wis, saiki wayahe turu" Lanjutnya meninggalkan Rahayu sendirian di ruang tamu.

*****

Di kediamannya keluarga Kusumo, Damar dan Bahri baru baru pulang dari masjid, karena tadi pak Lurah mengumpulkan para karang tarunan dan warga membahas adanya pertunjukan wayang kulit malam minggu di lapangan desa.

Damar masuk dalam rumahnya sudah sangat sepi, memang jam 9 malam semuanya akan pergi istirahat sedangkan damar masih membaringkan tubuhnya di atas sofa.

Saat rebahan Damar mendengar suara langkah dari tangga. Damar bangun dan berganti posisi duduk. Damar baru pulang dari masjid desa, melihat keponakannya bersama yu Saroh salah menuruni tangga.

"Ayah ulang dayi mana?" suara cadel Riska bertanya menghampiri damar dan duduk di pangkuan Damar.

"Masjid" jawabnya singkat.

"Mbah uti kayo mbah yomo lungo majid tapi ulangnya ndak bengi, tadi mbah uti mbah yomo kayo liska makan ayam goleng" celoteh Riska

"Ayah wis dhahay?" tanya Riska

Damar yang melihat Riska mengingatkannya pada najib adiknya ayah kandung dari anak gadis yang dia pangku, Wajah riska sangat mirip sekali dengan Najib.

"Ayah Ayah" Riska mengguncangkan lengan damar yang melamun.

"Belum cah ayu" jawab Damar.

"Ayah halyus makan nanti pelyutna sakit"

"Iya nanti ayah makan"

"Saiki ayah, ayo Liska temani ayah makan sambil minum susu" ajak Riska menarik tangan Damar agar bangun dari duduknya.

Damar makan malam kali ini hanya Riska. Keponakan yang Ia anggap seperti anak kandungnya.

~Bersambung~

Piye lanjut Ndak?😚

Vote & komen 400+ yaah😁

Jangan lupa Follow aku juga

tolong beri kritik dan saran yang positif di komentar ya😗👌

Salam cantik dari
Ndoro, Agendafrky

GARWA JURAGAN [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang