Hellow, jejaknya mana nih?
Happy reading!
Masih dalam keadaan basah kuyup, Rafael berinisiatif membawakan selimut untuk Asha. Ia juga telah membuatkan coklat panas untuk keduanya.
Ia melihat Asha yang terlihat masih syok dengan hujan, ia menduga jika gadis tersebut memiliki trauma.
Ia tak berusaha untuk menggali Alasannya, ia hanya diam dan akan mendengarkan dengan senang hati jika Asha mau memberitahunya.
"Terima kasih," ucap Asha lembut dengan memegang secangkir coklat panas lalu meminumnya dengan pelan.
"Iya, setelah ini segera ganti pakaianmu," ucap Rafael pelan.
Rafael sedikit melirik ke arah Asha yang sayangnya sungguh menggoda di matanya, karena baju yang digunakan Asha cukup ketat dan ditambah dengan kehujanan, itu semakin memperjelas lekukan tubuhnya.
Ia meneguk ludahnya kasar, padahal ia sudah memberikan selimut kepada Asha. Tapi tampaknya Asha yang tidak peka hanya memakai selimut itu untuk menutupi kakinya, bukannya dadanya yang..
Sudahlah, Rafael mengusap kasar wajahnya.
Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya agar tidak kelepasan untuk menerkam Asha.
"Aku duluan," ucapnya singkat.
Asha yang melihat Rafael tampak gelisah, menyunggingkan senyumnya.
"Ternyata benar dia menganggapku sebagai wanita," ucapnya pelan.
"Haruskah aku menyukainya?"
_____
Pagi hari pun tiba, Asha bangun dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia merasa sudah cukup tenang dan mampu menjalani hari liburannya dengan gembira.
Ia memutuskan untuk mengunjungi kamar Rafael untuk melihat bagaimana kondisi kamarnya.
Dan saat ini, ia sudah berada di depan pintu kamar Rafael dan mengetoknya pelan.
Pintu tak kunjung terbuka walau ia sudah mengetuknya sebanyak 3 kali, ia berpikir kalau Rafael masih tidur dan mengurungkan niatnya.
Tetapi sepertinya ia salah. Sebelum sempat membalikkan badan, pintu tiba tiba terbuka dan menampakkan sosok Rafael yang baru saja selesai mandi dengan handuk kimono yang melilit tubuh atletisnya.
Asha menatap Rafael dengan datar lalu segera berbalik dan berjalan menjauh.
Rafael yang bingung melihat tingkah Asha hanya terkekeh ringan.
Ia kembali menutup pintu kamarnya untuk berganti pakaian.
Berbeda dengan Rafael yang santai, sekarang Asha sedang gugup setengah mati.
"Bagaimana tubuh seorang pria yang terlihat urakan dan tidak peduli pada penampilan terlihat begitu menggoda? Apakah aku telah salah menilainya?
"Tidak mungkin aku menyukainya kan?"
"Benar, itu tidak mungkin! Mungkin ini hanya ketertarikan sesaat saja. Di mana sosok Asha yang terkenal tidak menyukai lawan jenis itu?" Ucap Asha meyakinkan diri.
Namun, seberapa keras ia meyakinkan diri sendiri, ia tetap tidak dapat menghilangkan Rafael dari pikirannya.
Dia .. sungguh luar biasa karena mampu mendobrak pintu hatinya.
Sungguh pesona yang luar biasa, bagaimana bisa seseorang seperti Rafael terlihat menyukainya?
Jika seperti ini, ia boleh membalas perasaan Rafael kan?
Karena sekarang..
Ia merasa memiliki ketertarikan padanya.
Meskipun Asha kurang yakin akan hal itu, dan terus saja menyangkal jika ia menyukai Rafael.
Tok tok tok!
Pintu kamarnya telah diketuk oleh seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rafael seorang.
"Sedang memikirkan apa sampai menggigit selimut seperti itu?" Ucap Rafael tersenyum gemas melihat tingkah lucu Asha.
"Kau bertanya? Tentu saja aku memikirkan mu," ucap Asha jujur.
"Hah?"
Asha dan Rafael sama sama mematung karena perkataan yang meluncur begitu saja dari mulut Asha yang suka jujur.
Dan sekarang, lihatlah mereka berdua yang saking bertatapan satu sama lain.
Dengan keadaan Asha yang sedang rebahan di kasur dengan menenggelamkan seluruh tubuhnya di selimut dan Rafael yang berdiri mematung di ambang pintu kamar yang ditempati Asha.
Rafael yang pertama sadar, dengan cepat berjalan ke arah ranjang Asha dan mengungkungnya.
"Jadi, bolehkah aku menjadi pria milikmu?" ucap Rafael tersenyum senang.
"Heeeee?"

KAMU SEDANG MEMBACA
not just ordinary gurl
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA 📌 Natasha Margareth adalah seorang gadis dari keluarga yang cukup terpandang di negaranya. Ia dibesarkan dengan kemewahan sejak dini, tetapi dibalik semua itu ternyata ia kekurangan kasih sayang dari keluarganya. Orang tuanya...