-empat-

29 19 4
                                    

HEYYOW MARI TINGGALKAN JEJAK 📌

VOTE AND COMMENT YAWW 📌

HAPPY READING!

Bel istirahat berbunyi, Rafael berjalan menghampiri Asha dengan tergesa gesa.

"Asha!" Ucapnya.

"Kenapa?" Ucap Asha.

Rafael tersenyum senang karena Asha tidak mengabaikannya.

"Ke kantin bareng yuk," ajaknya.

"Baiklah," ucap Asha malas.

Rafael yang mendengarnya sontak kegirangan.

Ia dengan cepat menggandeng tangan Asha dan menuntunnya menuju kantin dengan riang.

Asha yang merasa sedang diseret oleh hewan buas merasa tertekan.

Bagaimana tidak?

Walaupun kelihatannya Rafael seorang remaja yang pemalas, sebenarnya ia sangat menyukai olahraga.

Oleh karena itu, badannya lumayan bagus menurut Asha.

Dengan tinggi badan sekitar 195 cm, badan berbentuk segitiga terbalik dengan bahu yang lebar dan tangan kekar yang berurat.

Ekhem, sangat sexy.

Asha tidak dapat mengalihkan pandangannya dari punggung lebar milik Rafael.

Entah kenapa ia merasa..

Sedikit tertarik?

Entahlah, yang pasti hanya sedikit.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di kantin sekolah yang telah ramai dipenuhi oleh siswa siswi yang berdatangan untuk mengisi perut mereka yang sibuk berteriak meminta makan.

Rafael membawa Asha ke meja paling pojok yang biasa ia jadikan tempat untuk makan atau sekedar nongki biasa.

"Kamu ingin makan apa?" Ucap Rafael menawarkan.

"Aku ingin makanan yang berkuah pedas dan pastinya enak," ucap Asha.

"Lalu untuk minumnya?" Ucap Rafael.

"Jus jeruk tanpa gula," ucap Asha.

Setelah mendengar ucapan Asha, Rafael bergegas memesan makanan dan segera kembali ke mejanya untuk duduk bersama Asha.

Tak lama kemudian, pesanan mereka sampai.

Asha yang melihat penampakan bakso menjadi terheran.

"Apa ini?" Ucap Asha.

"Bakso pesananmu," ucap Rafael santai.

Asha terlihat begitu penasaran dengan rasa bakso yang asing menurutnya.

Ia mulai menancapkan garpu pada sebutir bakso lalu memakannya dengan perlahan.

Matanya membulat sempurna begitu mencicipi rasa makanan yang cukup asing di lidahnya.

Selama ini, ia tidak pernah ke kantin. Ia hanya memakan bekal yang ia bawa dari rumah.

Isi dari bekal yang ia bawa juga cukup bervariasi, tetapi kebanyakan adalah salad buah, salad sayur, salad jelly, dan makanan lainnya yang mengandung mayo dan keju.

Dan saat ia mencicipi rasa bakso, ia merasa jika inilah makanan favoritnya.

Ia makan dengan lahap tetapi tetap terlihat anggun karena cara memegang peralatan makan yang sangat sesuai dengan etika para bangsawan.

Rafael yang melihat Asha begitu menyukai bakso, tersenyum puas.

Mereka makan bersama dengan keheningan tetapi menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Asha dengan baksonya, dan Rafael dengan senyumannya.

Setelah menyelesaikan kegiatan makan bersama, Rafael mulai membuka suara.

"Malam ini kamu ada waktu?" Ucap Rafael berharap.

"Untuk apa?" Ucap Asha heran.

"Ayo pergi bersamaku!" Ucap Rafael bersemangat.

Melihat Rafael yang begitu bersemangat, Asha mengiyakan keinginginan rafael.

"Baiklah," ucapnya malas.

____

Malam pun tiba, Rafael tiba di depan gerbang mansion Asha yang megah.

Ia datang dengan membawa motor ninja kesayangannya, tak lupa dengan helm warna cream yang telah ia siapkan untuk Asha tercinta.

Lama menunggu, akhirnya orang yang ditunggu tunggu datang.

Asha keluar dengan penampilan yang luar biasa cantiknya.

Ia mengenakan dress pendek berwarna soft pink dengan hiasan pita kecil di punggung mungilnya.

Hak tinggi berwarna putih membuat kakinya terlihat lebih jenjang dan aksesoris berupa kalung dan gelang telah menambah daya tariknya sebagai feminim girl.

Rafael terlalu terbuai dengan penampilan Asha hingga membuatnya mematung cukup lama.

Asha yang tidak merasakan pergerakan Rafael mulai heran.

"Hey? Apa kau baik baik saja?" Ucap Asha sedikit khawatir.

"Tidak," ucap Rafael reflek.

Bagaimana ia bisa baik baik saja jika saat ini jantungnya tengah berdisko dengan kerasnya?

Apakah ia sakit jantung?

Lupakan soal itu, karena sekarang Rafael dan Asha telah tiba di lokasi yang mereka tuju.

Pasar malam? Tidak

Cafe? Restoran? Timezone? Tidak

Yang benar adalah rumah pohon.

Mereka tiba di sana dengan perasaan yang hampir sama.

Kagum.

Rumah pohon yang mereka tuju bukan sembarang rumah pohon.

Karena di sekelilingnya terdapat lampu yang berjejer mengitari rumah dan pohon yang amat besar itu.

Di sekitar pohon juga telah terpasang banyak lampu gantung yang membuat pencahayaan di tempat itu tetap terang walaupun malam hari datang.

Rafael turun dari motornya lalu mengulurkan tangannya kepada Asha.

Asha yang melihat Rafael mengulurkan tangannya menjadi bingung.

Ia hanya terdiam memandangi telapak tangan Rafael yang besar jika dibandingkan dengan miliknya.

Rafael yang melihat tidak ada tanda tanda jika Asha akan menerima uluran tangannya jengah.

Ia merangkul pinggang kecil milik Asha dan menurunkannya dengan hati hati.

Asha yang merasa seperti akan diterbangkan tiba tiba, merasa terkejut dan reflek mengalungkan tangannya ke leher jenjang milik Rafael.

Rafael tersentak kaget, padahal ia sudah menurunkan Asha dengan hati hati, tetapi tampaknya Asha merasa ketakutan hingga tak sadar memeluk dirinya dengan erat.

"Ekhem, Asha?" Ucap Rafael pelan.

"Ya?" Ucap Asha mendongakkan kepalanya.

"Apakah berpelukan denganku membuatmu begitu nyaman sampai kau tidak rela melepaskannya meskipun barang sejengkal?"

jaagajwnajwkkq

Jangan lupa vote and comment oyy

not just ordinary gurlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang