1.🦁

4.2K 228 0
                                    

Larasati Ayudia merupakan seorang polisi wanita di tempat dia bekerja, tugasnya adalah menangkap seorang yang berbuat kejahatan hingga membuat takut para masyarakat.

Laras di kenal dengan seorang wanita yang tegas dan serius pada saat bekerja, namun di sisi lain dia juga memiliki sifat humoris dan ekstrovert pada semua orang.

Ramah dan menyenangkan itulah Laras.

"Bukankah kasus pembunuhan ini terasa agak aneh." Kata Laras usai membaca laporan hasil visum korban pembunuhan yang sedang di selidiki nya.

Bagas yang merupakan teman satu Tim lara menoleh. "Aku rasa begitu, tapi bagaimanapun jug kita harus tetap mengamankan barang bukti."

Laras menghela nafas rendah, sungguh saat ini tubuhnya terasa sangat berat. Namun sebentar lagi dia harus langsung menuju ke pengadilan untuk mengamankan barang bukti yang sudah mereka dapatkan

2 jam berkendara, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam yang menghantam mobil polisi milik mereka.

"Sialan, kita di serang." Kata Bara panik.

Lasar melihat mobil hitam itu, dengan sigap dia langsung memberitahukan rekan nya yang berada di mobil lain untuk segara pergi.

"Sepertinya mereka tidak tau bahwa barang bukti ada di mobil lain, kita harus mengalihkan perhatian mereka."

Laras mencoba melihat plat nomor mobil di belakangnya, sialan mobil itu tidak memakainya dan saat itu juga mobil hitam itu bertambah dan menembaki mereka.

Bagaikan ajal semakin dekat, mereka berhasil menembak salah satu ban mobil polisi nya membuat oleng tak terkendali.

"Ini jalan buntu, kita akan mati jika masuk ke jurang" Lirih Laras menatap sendu Bagas.

Bagas tersenyum membalas tatapan Laras, yahh setidaknya dia mati bersama wanita cantik yang menjadi pujaan hatinya ini.

"Mungkin ini memang sudah di takdirkan? Entahlah" kata Bagas tenang di tengah jalan kematian.

Dua mobil hitam di belakangnya terus menembaki mobil nya. Membuat mereka tersudut karena kekurangan senjata dan hanya sendiri.

"Terimakasih sudah menemaniku Bagas." Jawab Laras sudah tau bahwa ini adalah akhirnya, dia hanya berharap bahwa adiknya akan baik baik saja.

Detik itu juga mobil mereka melunjur dari jurang, dan meledak hingga tak tersisa di dalamnya dan berkahir terbakar hangus.

2 mobil hitam itu langsung pergi setelah memastikan barang bukti sudah lenyap.

.
.
.

Di tempat lain saat ini

Seorang wanita terbaring lemah di atas brankar rumah sakit, mata cantiknya terbuka perlahan mengamati sekitarnya.

Tunggu! Bukankah dia sudah mati terbakar? Mengapa ada di rumah sakit.

Wanita cantik itu bangkit dari brankar rumah sakit, menatap tangan kirinya yang sedang di perban juga betisnya.

"B-bagas, apakah dia mati?" Tanya Laras dalam kebingungan.

Menyadari ada sesuatu yang aneh, dia menggenggam rambut hitamnya dengan ekspresi kaget.

"Sejak kapan rambutku tumbuh panjang?"

Laras mengingat jika dia selalu memotong rambutnya di karenakan pekerjaan yang mengharuskan.

Laras terduduk lemas saat ingatan asing itu masuk, melesak dengan cepat memberikan jejak ingatan yang sangat banyak di dalam kepala kecilnya.

"Jadi aku siapa? Ini bukan tubuh ku." Gumam Laras menunduk.

Wanita ini bernama llaras Collins, seorang wanita berumur 34 tahun yang sudah memiliki 3 orang anak kembar, 1 di antaranya berjenis kelamin perempuan.

Dia memiliki seorang suami kaya raya, namun sayang pernikahan mereka hanya atas dasar perjodohan dan lelaki itu merupakan seorang workaholic.

Sialnya lagi, ke 3 anaknya merupakan anak yang sangat nakal di usia mereka yang masih menginjak 7 tahun.

Suka membuly teman sekolah, memukul, bahkan membuat teman nya sendiri masuk ke dalam rumah sakit.

Namun ada banyak pemicu dalam hal itu, di antaranya karena faktor lingkungan.

Mereka hidup dengan kedua orang tua yang tidak becus dalam menjaga anak, mereka juga selalu di manjakan oleh uang hingga menganggap semuanya mudah selagi ada uang, juga keluarga besar mereka yang terlalu memanjakan.

"Sialan, kenapa harus jadi seorang ibu?" Lirih Laras merasa frustasi.

Di sisi lain dia kasihan dengan pemilik tubuh, hidupnya penuh dengan kendali keluarga mau bernafas saja dia harus meminta izin pada ayahnya yang terlalu mengekang sedari dia kecil.

Membuat tubuh ini seolah boneka hidup yang di kendalikan ayahnya.

Dia juga ibu yang terlalu memanjakan anak anaknya karena ingin mereka tidak merasakan apa yang dia rasakan di masa kecil.

Laras termenung, memikirkan bagaimana dia harus mendidik anak-anak yang salah jalan ini. Dia juga tidak mau memiliki seorang anak dengan sifat menjijikan semacam itu.

"Sepertinya aku memang di takdirkan untuk ini, dan untukmu Bagas selamat tinggal dan tenanglah di alam sana. Aku berjanji akan selalu mendoakan mu dalam doa ku." Kata Laras kemudian bangkit hendak pergi sebelum suster masuk ke dalam ruangan nya.

"Anda sudah sadar nona, syukurlah."

Laras tersenyum ramah, kemudian meminta izin untuk pulang setelah di periksa.

Dengan menumpangi sebuah taxi, Laras sampai di sebuah kediaman mewah yang sangat minimalis.

"Beruntung sekali hidupku" Gumamnya saat melihat sekeliling.

Satpam rumah menunduk menyapa dirinya, Laras tersenyum ramah menanggapinya.

"Level ku terlalu rendah untuk ini." Batin nya tak nyaman.

"Tidak perlu menunduk seperti itu pak, lain kali sapa saja." Laras kemudian masuk ke dalam mansion.

Pertama kali membuka pintu, dirinya di suguhkan pemandangan rumah yang seperti kapal pecah.

Bantal sofa tergeletak di ruang tamu, kursi yang sudah tidak tertata rapih, karpet yang tidak lagi di lantai, mainan anak yang tercecer kemana mana.

Laras berjalan mendekati seorang wanita tua yang sedang membereskan kekacauan ini.

"Siapa yang membuat rumah seperti ini?" Tanya Laras saat Bibi pengasuh menatap nya kaget.

Dengan gagap wanita tua itu menjawab, "Tuan muda dan nona muda nyonya, tadi mereka sempat bermain di dalam."

"Nyonya kenapa dengan tangan mu?" Tanya Bibi panik melihat lengan Laras yang di perban.

"Aku tidak papa, di mana anak-anak?"

Bibi memberitahukan bahwa mereka sedang bermain di luar kompleks.

"Kalau mereka pulang, tolong jangan membuka pintu untuk mereka, Dan jangan membereskan semua kekacauan ini." Pesan Laras yang ingin memberikan mereka hukuman kecil.

Dasar anak-anak sikopat ini,

dia akan benar-benar membuat mereka kembali ke jalan kebenaran.

Sore harinya.

Terdengar gedoran kencang pintu utama, dibarengi teriakan dari 3 anak manusia yang sudah 2 jam berada di luar.

"Nyonya apa tidak papa?"

Laras diam, fokus pada masakan nya yang sebenar lagi matang.

Bibi pengasuh tampak tidak tenang, khawatir dengan kondisi nona dan tuan kecil.

.
.
.

Wkwk tau kan kenapa judulnya Antagonis Mommy

Mohon maaf masih banyak kekurangan dalam cerita maupun penulisan, saya hanya menulis berdasarkan apa yang saya imajinasikan.

Nikmati dan Santai saja dalam cerita sederhana ini.

Antagonis Mommy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang