3.🦁

2.8K 215 2
                                    

Setelah selesai makan malam keluarga kecil itu berencana berkumpul di ruang keluarga namun sebelum itu Laras memberi instruksi kepada anak anaknya untuk mencuci piring bekas makan mereka.

Sedari kecil dia juga di ajarkan seperti itu oleh kedua orangtuanya sebelum mereka meninggal dunia, untuk menjadi orang yang mandiri.

"Ayo cuci piring." Ajak Laras menenteng beberapa piring kotor.

Alex hendak protes sebelum tatapan horor Laras berhasil membuat dia terdiam.

Menyeramkan' batin Alex merinding.

"Ada bibi pengasuh, kenapa harus kita yang mencuci piring mama" Alan menatap jijik piring kotor miliknya yang masih terdapat beberapa butiran nasi.

Laras memutar bola matanya malas, "Biar kalian belajar untuk mandiri." Tekan nya setelah sampai di wastafel.

"Taruh piring kalian, jangan sampai jatuh." Titahnya

Di mulai dari Laras yang mencontohkan cara mencuci piring yang benar, kemudian di ikuti anak pertama hingga si bungsu.

Hampir saja piring yang di taruh Alex jatuh karena keisengan anak itu, membuat Laras melotot horor ke arahnya.

Alex hanya menampilkan cengiran jahil.

Setelah cukup lama mencuci piring, mereka pun selesai dan menyusul sang ayah yang sudah anteng di sofa dengan memangku sebuah laptop.

"Papa!" Teriak ke tiga anak itu langsung menempel.

"Mama jahat! Tadi kami di kunci dari dalam sama mama di luar." Adu Alia dengan ekspresinya yang di buat sesedih mungkin.

"Mama jahat papa, Ade ga di bolehin makan tadi." Adu Alan yang ikut memprovokasi, mumpung sang ibu masi sibuk di dapur.

Mana berani mereka mengadu tepat di depan wanita itu.

"Iya pa" Timpal Alex menunduk guna memperjelas akting mereka.

Diam diam mereka tersenyum jahat, mama nya akan mendapat hukuman dari sang papa! Hahaha.

Itulah isi pikiran 3 kurcaci ini.

Zein menghela nafas panjang, tumben sekali anak anaknya seperti ini, bersikap manja padanya.

Biasanya mereka tidak akan peduli dengan orangtuanya dan memilih bermain bersama di kamar.

Zein menggeser laptopnya yang tertindih oleh kaki Alan.

"Mama memiliki alasan untuk itu." Jelas nya mengelus satu persatu rambut anak anaknya.

"Tapi mama jahat kaya nenek sihir" Adunya menambah provokasi.

Zein tersenyum dibuatnya.

"Kenapa dengan kalian?" Tanya Laras tiba tiba datang dari arah belakang dengan wajah garangnya.

Ke 3 anak itu kaget, "Mama kok ada di sini?"

"Mama cantik banget hari ini ya dek hahaha"

"Iya kak lia, mama cantik kaya nenek sihir." Lanjutnya di dalam batin.

Laras menggeleng kepala tak mengerti, lalu ikut bergabung bersama.

"Ambil tas kalian sekarang, bawa ke sini."

Dengan terburu-buru mereka pergi melaksanakan perintah ibunya.

Zein menatap dalam wajah sang istri yang tampak berbeda hari ini, entah kenapa wajahnya itu terasa berkali-kali lipat lebih cantik dari biasanya walau tanpa menggunakan makeup.

"Tanganmu?" Tanya Zein

Laras tak langsung menjawabnya, mencerna arti dari ucapan sang suami.

"Tadi saat keluar, aku mengalami beberapa insiden hingga harus di bawa ke rumah sakit dokter bilang ini hanya luka kecil besok akan segera sembuh." Jelasnya yang hanya di balas deheman pria yang kembali sibuk menatap laptop nya.

Laras merasa tiga anaknya belum turun pun berteriak memanggil nama mereka satu persatu.

"Ini mama" 

Laras mengecek isi tas Alex terlebih dahulu, membuka buku pelajaran anak itu dan melihat banyak angka 0 tertulis situ.

Anak ini' batin Laras menatap perihatin tugas yang tidak di kerjakn Alex hampir memenuhi halaman.

"Kenapa tugas rumahmu belum di kerjakan?" Tanya Laras yang masih senantiasa membolak balik buku.

Alex menatap polos sang ibu, tidak biasanya ibunya ini mengecek tugas sekolah anak anaknya.

"Nanti Alex kerjakan mama."

"Kerjakan sekarang!"

Laras mengengeluarkan pensil dari tas Alex dan memberikan nya. Anak itu menurut mengerjakan tugasnya di karpet berbulu.

Laras mengecek tugas milik anak ke dua nya, Alia. Menatap kosong buku Alia yang sangat banyak coretan dan kata kata alay seperti "i love Dafa my boyfriend :>" iyuh.

Menatap horor putri pertamanya, "Hapus ini sebelum mama buang buku milik mu." Tekan nya membuat Alia mendengus sebal.

Laras melihat bahwa Alia sudah mengerjakan tugasnya dan semua jawabannya benar, maka anak itu diperbolehkan istirahat dan langsung rebahan santai di sofa sambil menghapus semua tulisan romantis di bukunya.

Takut di marahi mama.

Kini tersisa Alan yang menatap takut ibunya.

Laras membolak balikan buku halaman, menatap miris nilai putra bungsunya yang amat sangat menyedihkan.

Bisa gila aku' batin nya tertawa miris.

"Apa yang tidak Alan paham dari tugas yang ibu guru berikan?" Laras mengusap rambut hitam kelam Alan yang menunduk.

"Ibu guru menjelaskan semuanya terlalu cepat! Alan tidak mengerti ma." Kata Alan menjelaskan apa yang dia rasakan.

Laras bangkit dan duduk di karpet menyusul Alex dan menyuruh Alan duduk di sebelahnya.

"Ayo mama yang akan mengajari mu." Kata Laras membuat Alan tersenyum manis berpikir ia tidak di marahi seperti kakaknya yang lain.

Diam diam Zein menyaksikan semua nya, hatinya menghangatkan melihat keluarga kecilnya berkumpul bersama seperti ini.

Inilah yang dia inginkan sedari dulu, mendapatkan sebuah keluarga lengkap yang harmonis.

Zein memotret momen langka ini di handphone mahal miliknya, menyimpan kenangan berharga ini untuk dia nikmati sendiri.

1 jam sudah mereka sibuk dengan urusannya masing masing, Alia yang sibuk mendumel sembari menghapus tulisan nya, Alex yang sibuk mengerjakan semua pekerjaan rumah yang belum dia kerjakan, Alan yang sedang di ajari oleh mamanya dengan kesabaran penuh, dan Papa yang sibuk dengan laptop juga pekerja miliknya.

Jam menunjukkan pukul 21.00 malam, membuat Laras langsung menyuruh mereka untuk tidur.

Beruntung Alex sudah selese mengerjakan tugas rumanya begitupun Alia yang sudah selesai menghapus semuanya.

Tersisa Alan yang masih di ajari oleh Laras dan Zein yang belum selesai dengan pekerjaan kantornya.

"Kita lanjutkan besok." Putus Laras melihat Alan yang sudah merem melek dengan liur yang keluar dari mulut kecilnya.

Ke tiga anak itu pergi ke kamar nya masing-masing yang berada di lantai 2 setelah membereskan buku miliki mereka.

"Tidurlah, matamu tidak lelah sedari tadi menatap layar?"

Laras mengambil laptop yang ada di pangkuan pria itu dan mematikan nya. "Ayo tidur, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu besok."

Mau tak mau Zein pergi menuju kamar mereka untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Sedangkan Laras menuju dapur untuk membuatkan mereka susu hangat sebelum tidur, dulu dia biasa memberikan adiknya itu susu hangat sebelum tidur. Dia jadi merindukan adiknya itu.

"Bagaimana keadaannya setelah tau aku mati, pasti dia akan sangat terpukul." Gumam Laras selesai membuat 4 gelas susu hangat.

Dia pergi ke kamar Alex, mengecek apakah anak itu sudah tidur atau belum dan ternyata anak itu malah sedang bermain game di tab miliknya.

"Alex."

.
.
.

Haha see you guys

Tungguin terus kelanjutan nya #_#

Antagonis Mommy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang