"A-apa yang kau butuhkan?" Lisa bertanya dengan ragu kendati ia sudah tahu jawabannya. Irama jantungnya masih bertalu cepat bak hendak meledak.
Jungkook membelai wajah Lisa dengan lembut. Tatapannya sayu. Ada gejolak hasrat yang mulai terbakar di dalamnnya. "Kau akan segera mengetahuinya."
Setelah sekelumit seringai terpasang, pemuda itu lantas menghapus jarak sepenuhnya untuk meraup bibir Lisa. Ciuman panas gesit tercipta. Lisa terkejut hingga tubuhnya nyaris terhuyung ke belakang.
Jungkook menekan tengkuk Lisa, membuat sang gadis membuka mulut dan membiarkan lidahnya mengekspos masuk guna menelusuri setiap incinya.
Jungkook sangat memaksa. Lisa terlalu takut untuk membangkang, sehingga mulai membalas ciuman itu meski hatinya menolak dengan keras. Apalagi baru terhitung beberapa jam belakangan Lisa bertemu dengan Jungkook. Lisa benar-benar belum terbiasa dengan kegiatan sejenis ini, karena belum pernah melakukannya satu kali pun.
"Hmh ..." Lisa melenguh tertahan ketika tangan Jungkook mulai menelusup masuk ke dalam piyama yang dipakainya. Ia menerima usapan seduktif pada kulit pinggangnya, hingga remang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sumpah demi apa pun, Lisa terkejut mengetahui dirinya mampu meloloskan lenguhan atas apa yang Jungkook lakukan.
Lisa lalu menarik wajahnya perlahan-lahan hingga ciuman itu terlepas sepenuhnya. Maniknya menatap Jungkook, di mana pemuda itu tengah balas menatapnya dengan sorot mata yang sulit teraba; tampak seperti tengah menanggulangi sesuatu, terlihat seperti mati-matian menahan diri walau akhirnya tak sanggup.
Terbukti, hal itu hanya bertahan selama beberapa detik sebelum akhirnya Jungkook kembali meraup bibir Lisa. Ia lalu mengangkat tubuh Lisa hingga si gadis melingkarkan kedua kaki pada pinggangnya.
Jungkook meremas bokong Lisa seraya membawanya masuk ke kamar, sementara gadis itu memeluk tengkuk Jungkook dengan erat.
Sesuatu yang salah telah terjadi di sini. Seharusnya Lisa lebih memberanikan diri untuk mematahkan leher Jungkook, atau minimal memukul kepalanya dengan vas bunga sebelum akhirnya menghubungi polisi dengan laporan pelecehan seksual atau sejenisnya.
Tetapi kalau kasusnya seperti ini; di mana Lisa menerima saat dirinya direbahkan di atas ranjang dan membiarkan Jungkook mulai melucuti pakaiannya satu-persatu—apakah masih dapat disebut sebagai tindak kriminal?
Lisa hanya merasa bahwa dirinya tengah berdiri pada satu titik, dan ia tak tahu harus mulai melangkah ke mana. Sampai pada tahap ini, ia tak lagi merasa terpaksa, namun juga tak membenarkan tindakan yang Jungkook lakukan padanya. Ia seperti kehilangan jati dirinya sendiri dan mendadak menjelma menjadi orang yang kehilangan kewarasan karena sentuhan Jungkook benar-benar ...
"Ngh ..." Gadis itu berhasil meloloskan satu lenguhan nikmat tatkala Jungkook menghisap puncak dadanya.
Benar. Tak ada paksaan dalam diri Lisa. Hidupnya sudah lama hancur. Jadi sekarang ia akan mengizinkan Jungkook untuk lebih menghancurkannya lagi dan lagi.
Jungkook mengangkat wajah. Ia memandang ekspresi Lisa bersamaan dengan kedua tangannya meremas dada gadis itu. "Kau cantik. Mendesahlah." Ia tersenyum miring. Jemarinya mulai memainkan puncak dada Lisa. "Aku ingin mendengarnya."
Desahan tipis disenandungkan oleh gadis itu. Jungkook beranjak turun, menyusuri tubuh Lisa dengan bibirnya. Ia lantas melebarkan kedua kaki Lisa, memberikan jilatan sekilas pada pusat tubuh sang gadis.
"J-Jungkook ..." Lisa mengerang nikmat.
Jungkook menjauhkan wajahnya. Ia bangkit, memandang sang gadis dengan tatapan mendamba. Jari telunjuknya menggoda benda kecil di bawah sana, sebelum akhirnya melesak masuk ke dalam liang. "Bagus. Desahkan namaku, sayang." Nadanya begitu sensual. Ia tersenyum sembari memperhatikan ekspresi horny Lisa yang merupakan candu baru baginya. "Tunduklah padaku." Rahangnya mengetat, menanggulangi gelora dalam diri. "Kau harus tunduk padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherish - New Version✔️
Romance[M] Ahn Jungkook datang dan menerobos masuk, mendobrak pintu ruang kehidupan Lisa yang gelap dengan membawa secercah cahaya dalam genggamannya. Namun tentu saja, ada harga yang harus dibayar untuk itu. "Terima ... kasih. Kau telah menyelamatkan aku...