Musim panas kali ini memang benar-benar menyebalkan. Padahal sekarang sudah pukul empat sore, tapi mengapa tidak ada angin yang berhembus? Udara panas bahkan masih terasa membakar kulit meski matahari sudah tidak seterik siang tadi.
Gadis bersurai cokelat gelap itu berjalan keluar gedung apartemen. Dibalut celana pendek, kaus putih, kemeja berlengan panjang yang tak dikancingi, sepatu sneakers, serta sling bag berwarna biru; gadis itu melangkah menuju sebuah kedai es krim yang berjarak sekitar lima puluh meter.
Lisa mengecap pelan, merasakan tenggorokannya begitu kering. Sepertinya semangkuk es krim blueberry dengan tambahan saus cokelat dan permen warna-warni terdengar begitu menggugah selera. Ah, dan juga sepotong cheese cake dengan cherry merah pasti cukup untuk mengganjal perutnya sebelum makan malam tiba.
Namun baru sampai setengah perjalanan, Lisa merasakan ada sesuatu yang aneh di belakang sana. Seperti ada seseorang yang memerhatikannya dan mengikuti langkahnya secara diam-diam.
Gadis itu berhenti sejenak. Seketika, bagaimana segarnya es krim blueberry dan betapa manisnya cheese cake menghilang begitu saja dalam bayangannya. Duh, sebenarnya kapan, sih, mereka akan berhenti berusaha menculiknya?
Oh, ya ampun—tolong jangan sekarang. Kondisi tempat yang dilaluinya ini cukup ramai. Ia tidak mungkin menghunuskan pisaunya di tempat semacam ini, bukan? Bisa-bisa ia yang akan tewas karena dihakimi orang-orang.
Jungkook telah mengajarinya banyak hal, termasuk beberapa trik yang harus ia lakukan jika terjebak dalam kondisi seperti ini, yaitu sisipkan diri di tengah-tengah keramaian.
Lisa dapat mengingat hal itu dengan cepat. Namun tepat sebelum ia berlari menuju kerumunan orang yang akan menyeberang jalan, seseorang lebih dulu menarik pergelangan tangannya dengan sigap.
Gadis itu nyaris saja berteriak. Jantungnya hampir jatuh ke dasar lambung jika saja bola matanya tidak segera menangkap wajah si pelaku dengan jelas.
"Hei, jangan takut. Aku bukan orang jahat," ujar pemuda itu. Ia tampak sedikit panik karena reaksi Lisa bisa saja menyedot perhatian dari orang-orang di sekeliling mereka.
Lisa meneguk saliva dengan kasar. Ia menatap pemuda tampan itu dengan pandangan ngeri. "Siapa ... kau?"
"Aku Ahn Seokjin, Hyung-nya Jungkook."
Dahi Lisa mengerut dalam. Rasa takut perlahan menguap ke udara, tergantikan oleh kebingungan plus tanda tanya besar di kepalanya. "Hyung-nya Jungkook? Tapi Jungkook tidak pernah bilang kalau dia memiliki seorang kakak." Gadis itu menyipit, menatap Seokjin dengan sorot penuh kecurigaan. "Sebenarnya siapa kau? Mau mencoba menipuku, ya?!"
Seokjin mendengus pelan. Ia hampir lupa kalau Jungkook sudah tak ingin menganggapnya sebagai seorang kakak lagi. Jadi sudah pasti Jungkook tidak menceritakan soal dirinya pada gadis ini. Si sulung Ahn tersebut lantas mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur galeri. "Coba lihat ini."
Lisa memusatkan tatapnya pada titik yang Seokjin titahkan. Ada dua presensi dalam foto tersebut. Salah satunya adalah wujud pemuda menyebalkan bernama Ahn Jungkook, sementara satunya lagi adalah sosok laki-laki di hadapan Lisa. Seokjin dan Jungkook saling berangkulan di sana, terlihat sangat akrab dan polos. Kemungkinan gambar itu diambil sekitar sepuluh tahun yang lalu, ketika keduanya masih menginjak usia remaja.
Seokjin ingat betul saat foto tersebut diambil, hubungan persaudaraannya dengan Jungkook masih sedekat nadi. Ia bahkan ingat ketika dirinya jatuh dari tangga dengan kepala yang membentur lantai, Jungkook menangis semalaman; tak tega melihatnya terluka, tak sampai hati menyaksikannya terbaring di rumah sakit.
Berbeda dengan saat ini, yang bahkan hanya untuk sekedar bertatap wajah pun terasa begitu sulit dan tak nyaman. Sejenak Seokjin tersenyum getir mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherish - New Version✔️
Romance[M] Ahn Jungkook datang dan menerobos masuk, mendobrak pintu ruang kehidupan Lisa yang gelap dengan membawa secercah cahaya dalam genggamannya. Namun tentu saja, ada harga yang harus dibayar untuk itu. "Terima ... kasih. Kau telah menyelamatkan aku...