💋9

1K 178 10
                                    

Lisa menghentikan pergerakannya sejenak. Ia lalu menutup pintu lemari pendingin tersebut, menuangkan jus kemasan ke dalam gelas—berusaha tetap tenang, menyembunyikan keterkejutannya terhadap kalimat Jimin. "Memangnya kenapa?"

Jimin menduduki salah satu kursi meja makan, lalu meraih buah apel yang terletak di tengah-tengah meja; menggigitnya dengan bersemangat. "Karena Jungkook dan Hana akan segera menikah."

Kalimat tersebut layaknya sebongkah batu besar yang menghantam kepala Lisa secara tiba-tiba. Ah, demi galaksi dan seisinya! Rasanya Lisa ingin tertawa keras sekarang. Fakta macam apa ini? Jika Jungkook akan menikah dengan Hana, mengapa laki-laki itu meniduri Lisa dan menahannya di apartemen ini? Dasar keparat.

"Kau bilang hubungan mereka sudah berakhir." Gadis itu berucap sembari memindahkan empat gelas jus leci beserta dua toples berisi kukis cokelat ke atas nampan.

"Ya, memang," jawab Jimin. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari menikmati apel di tangannya. "Kau tahu apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang kalangan atas seperti keluarga Jungkook? Perjodohan. Hubungan Jungkook dan Hana memang sudah berakhir. Tapi aku yakin mereka akan kembali bersama. Alasan yang pertama, karena keluarga mereka telah mengikat mereka dalam perjodohan. Alasan yang kedua, karena mereka memang masih saling mencintai. Mereka berpisah hanya karena sebuah pertengkaran kecil."

Lisa mengeraskan rahang. Tak perlu ditanya mengapa kekesalan dan amarah mendadak membumbung tinggi membentur batang kepala. Ia merasa bahwa Jungkook hanya menjadikannya sebagai sebuah mainan—boneka, tak lebih dari itu.

Namun memangnya apa yang kau harapkan, Lalisa? Bukankah semestinya kau sudah tahu kalau sejak awal Jungkook hanya menginginkan tubuhmu?

Ah, sial. Mengingatnya, membuat Lisa semakin kesal. Ia menyembunyikan seluruh afeksi yang tengah bergejolak, masih berupaya untuk tetap terlihat tenang. "Bagus kalau begitu. Semoga mereka bisa cepat-cepat menikah. Aku bosan berada di apartemen ini. Aku ingin pulang."

Jimin lalu terkekeh. "Kau memang akan segera pulang, Lisa. Pulang ke rumahmu yang sebenarnya. Tapi tidak sekarang."

Lisa menautkan ujung alis tak mengerti. Apa yang dimaksud dengan rumah yang sebenarnya? Namun daripada menanyakannya lebih lanjut, Lisa justru berpikir kalau Jimin baru saja menelan ulat buah sampai berbicara aneh seperti itu.

Lisa kemudian berjalan melewati Jimin tanpa menanggapi ucapannya, membawa nampan yang telah ia siapkan menuju ruang tamu. Di sana, ia mendapati sepasang manusia tengah terduduk di sofa; di mana si gadis menyandarkan kepala pada bahu si pemuda dengan nyaman.

Aneh. Mengapa tiba-tiba Lisa jadi ingin melemparkan nampan yang dibawanya tepat pada wajah mereka, ya? Beruntung, ia segera melenyapkan niat jahat tersebut dan hanya meletakkan gelas-gelas serta toples itu dengan tenang.

"Jadi gadis ini yang bernama Lalisa?" Suara Hana kembali mengudara. Namun kali ini terdengar lebih ramah. Ia menarik pergelangan tangan Lisa agar gadis itu duduk di sisi kirinya. "Kau cantik sekali."

Lisa sempat terkesiap. Ternyata di balik sikap bar-bar serta penampilannya yang super seksi dan berkelas itu, Hana merupakan sosok perempuan yang supel dan lembut. Ia bahkan tak segan untuk merangkul Lisa layaknya seorang adik kecil. Pantas saja Jungkook mencintainya. Hana adalah perempuan yang unik.

Sejenak Lisa mengulas senyum simpul.

"Namaku Lee Hana. Panggil aku Eonni, ya." Hana tersenyum manis. "Aku seusia dengan Jungkook."

Lisa membalas senyuman itu. Keduanya seakan mengabaikan presensi Jungkook yang duduk di sisi kanan Hana tanpa bersuara sedikit pun. "Baiklah, Eonni. Kurasa aku harus kembali ke kamarku. Ada tugas sekolah yang belum kukerjakan."

Cherish - New Version✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang