Part 6

673 83 10
                                    

Saat ini kota terasa sangat damai, tidak ada kejadian yang serius terjadi.

Benar-benar hari yang membosankan.

Entah mengapa akhir-akhir ini terasa sangat membosankan. Dengan kegiatan yang biasa, rutinitas yang biasa.

Bukankah sebelumnya terasa sedikit berbeda?

Marcell seperti biasa melakukan patroli rutinnya. Berkeliling kota memantau kegiatan yang mungkin mengancam keselamatan warga.

Tidak ada yang aneh, hanya ada beberapa kali laporan adanya tindakan pemalakan, pengeroyokan, dan beberapa kegiatan aneh warga lainnya.

Masih normal.

Saat ini Marcell sudah sampai di uwu cafe, ia berencana istirahat sebentar sekalian membeli makan siang, stok makanan dia sudah habis.

Dan ketika ia memasuki tempat parkiran uwu cafe, dapat ia lihat beberapa kegiatan warganya yang terbilang cukup normal.

Ada yang sedang bermain gitar, ada yang sepertinya sedang kejar-kejaran, bahkan ada yang sedang berjoget erotis di atas mobil hanya menggunakan celana boxer sambil di soraki beberapa orang.

Tunggu, celana boxer?

Rasa penasaran menghampiri Marcell, ia seperti mengenal orang tersebut.

Dan ketika ia mendekat, ternyata dugaannya benar.

"Istmo!" Panggil Marcell

Sedangkan yang di panggil seperti tidak mendengar panggilan tersebut. Istmo masih terus menggoyangkan pantatnya tanpa menghiraukan sekitar.

Marcell hanya menghela nafas ketika melihat atasannya dulu semakin tidak terkontrol tingkat kerandoman nya.

Di kerumunan tersebut juga dapat ia lihat Echi, Jaki, dan juga Krow yang ikut bergoyang sambil sesekali melempar uang kearah Istmo.

"Ayo kakek goyangan nya lebih hot lagi" kata Echi sambil ikut bergoyang.

"Ayo kek durasinya lebih lama lagi bisa kali, Semakin menungging semakin mahal nih kek" kata Jaki juga ikut menggoyangkan pinggulnya.

"Gua sawer lu pada nihh" sedangkan Krow melemparkan uang kearah mereka bertiga.

Sedangkan di ujung parkiran, dapat ia lihat Funin berdiri sendirian, memperhatikan dari jauh.

Tidak ingin melihat adegan itu lebih lama, Marcell kembali berjalan menghampiri Funin. Setidaknya ada satu orang yang bisa di ajak bicara normal.

"Funin" panggilnya

"Oh, pak Marcell. Lagi monitoring kah?" Tanya Funin.

"Iya nih, lagi keliling aja"

Hening.

Funin merupakan anak Rion yang paling pendiam.

Ia seperti Caine, tindakan merupakan cara paling cepat untuk berkomunikasi daripada terus berbicara.

Tapi bukan berarti Funin tidak bisa di ajak bicara.

"Gak ikut gabung?"

Mendengar pertanyaan tersebut seketika kepala Funin menengok langsung kearah Marcell, mengeluarkan ekspresi jijik Funin menjawab.

"Apa wajah saya terlihat seperti para anomali di sana? Gak makasih saya lebih senang gabung sama mami dari pada mereka"

Mendengar jawaban Funin, Marcell hanya terkekeh. Funin benar-benar cerminan langsung Caine.

"Terus ngapain di sini?"

Menghela nafas, Funin menunjuk ke ara Istmo.

"Tadinya mau ngejaga kakek aja takut benar-benar bikin keributan, tau nya di sini ketemu tiga anomali itu, jadi makin menggila lah kakek saya, mau gak mau jadi babysiter mereka berempat"

Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang