Keesokan harinya Garin terbangun cukup siang, ia terbangun pukul sembilan lewat tiga puluh lima menit, cukup siang untuk dirinya yang biasa terbangun jam tujuh pagi.
Di arahkan pandangannya ke penjuru kamar, guna mencari eksistensi yang ia panggil mami maupun papi yang semalam menginap menemaninya, namun tidak ada siapa-siapa di kamar itu selain dirinya.
Dan entah mengapa itu membuatnya sedih.
Ketika hendak menuju kamar mandi pintu kamar terbuka lebar, terlihat orang-orang yang sudah tidak asing masuk ke kamarnya.
"GAWRIN MARTHINI LET'S GO HOME!"
"Echi bangsat! Berisik anjing, lu teriak pas di sebelah gua anjirr"
"Lu yang salah yah babik, lu ngapain diem di sebelah gua"
"Eh, udah anjing yang ada lu berdua di tendang sama perawat di sini jirr"
"Ja to the Ki mending lu bilangin ke bini lu supaya kaga deket-deket gua terus, dia suka komplain sama apa yang gua lakuin jirr"
"Eh bangsat, lu kalo bertingkah jangan pas ada gua nya juga yah babik, soalnya gua juga suka kena imbasnya. Dan JANGAN PANGGIL GUA BINI SI BONUS INI YA BANGSAT!"
Tidak ingin dirinya ikut terbawa kena masalah nantinya, Garin lebih memilih meneruskan niatnya menuju kamar mandi.
Biarlah papi nya yang mengurus mereka bertiga, kalau hanya dia Garin tidak akan bisa.
Dengan sedikit pincang, Garin berjalan perlahan sambil berpegangan pada benda sekitar. Kakinya ternyata masih terasa sakit.
Ia sedikit berbohong soal dia sudah bisa berlari, ia hanya tidak ingin mami nya semakin khawatir.
Tidak lama kemudian Caine dan Rion pun kembali menuju ruangan Garin, mereka baru selesai mengurus administrasi rumah sakit.
Dan ketika mereka sampai di depan pintu ruangan tersebut, mereka di suguhi oleh tiga manusia yang tidak mereka harapkan.
Ruangan tersebut begitu ribut dan riuh, Rion yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya.
"Lu pada bisa diem gak hah?! Gua makan lu semua!" Dan seketika hening.
Echi, Jaki, dan juga Krow hanya bisa saling sikut ketika sang kepala keluarga memelototi mereka.
"Krow duluan tuh pih, orang Echi gak ngapa-ngapain" tiba-tiba Echi mengadu. Sedangkan Krow yang tiba-tiba saja di tunjuk merasa tidak terima.
"Enak aja, orang si ungu duluan yang gak bisa diem, baru masuk udah teriak-teriak"
"Wey, gua juga ungu yah bangsat" tiba-tiba Rion menyahut, ia sedikit sensitif jika warna menjadi topik pembicaraan, kan yang ungu bukan cuman Echi aja di sini.
Sedangkan Krow hanya bisa terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Caine yang sedari tadi diam merasa agak sedikit janggal, "Dimana Garin?" Tanya nya.
Dan tanpa aba-aba Echi berjalan menuju pintu kamar mandi dan membuka pintu tersebut dengan sekali dorongan.
"MAMI, GARIN DI SINI!"
"ECHI BANGSAAAT!"
Dan ruang tersebut kembali riuh dengan suara umpatan Garin.
.
.
.
.
.
Dengan wajah tertekuk, Garin duduk diam menunggu mobil yang sedang Rion ambil. Sedari tadi sebenarnya Krow dan Echi sudah membujuk Garin untuk pulang bersama, mereka sengaja ke rumah sakit untuk menjemput Garin.Tapi sepertinya Garin tidak ingin masuk ke rumah sakit lagi jika satu mobil dengan mereka berdua, dia lebih aman jika bersama sang mami.
"Garin ih minta maaf, yuk pulang yuk nanti gua yang nyetir" bujuk Echi memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RomanceWARNING! . . BXB AREA! . . BAD WORD AREA! . . Bukankah Garin selalu tersenyum? Bukankah Garin selalu jahil? Bukankah Garin selalu membuat orang lain tertawa? Tetapi, Apa kalian tau perasaan Garin yang sesungguhnya? Apa hanya itu yang kalian tau? ...