Hari-hari berlalu dengan lamban, tidak ada yang menarik, hanya aktifitas biasa tidak ada yang berubah.
Saat ini Garin tengah berbaring di kasurnya.
Bukannya dia masih belum sembuh, tetapi dia hanya malas. Rion, Key, Elya, Gin, dan Riji sedang ada pertemuan. Rion bilang yang ikut hanya beberapa orang saja, bukan pertemuan yang serius, hanya pertemuan pembaruan katalog.
Krow, Jaki, Echi, dan Enon sedang ke uwu cafe. Seperti biasa mereka pastinya membuat kerusuhan dan menjadi donatur EMS.
Toh uang mereka banyak.
Mako dan Mia sudah pasti berbaur di luar, entah mereka sedang apa atau sedang melakukan misi apa. Selama seminggu ini setelah sarapan mereka sudah pasti keluar rumah.
Dan entah mengapa Garin merasa ini ada hubungannya dengan dirinya.
Ketika Mako dan Mia pulang ke rumah mereka pasti langsung ke kamar dengan terburu-buru, apalagi ketika melihat dirinya mereka berdua pasti langsung berlari menuju lantai atas.
Dan ketika ia bertanya mereka berdua pasti hanya tutup mulut dan mengalihkan pembicaraan.
Apalagi Rion, jika ia bertanya kepada Rion maka jawabannya pasti sama.
"Gak usah tau, mending kamu main aja sama Krow, Jaki, sama Echi sana"
Dan itu adalah jawaban final dari Rion.
Dan entah mengapa itu menjadi semakin mencurigakan.
Pak Sui, dokter pribadi keluarga tentu saja sudah berada di rumah sakit. Saat ini sudah giliran jaga nya.
Sisanya ada di rumah, termasuk dirinya. Sebenarnya Garin sempat di ajak oleh Krow untuk pergi ke uwu cafe, tapi ia hanya malas.
Terlihat ponselnya yang juga terbaring lemah di sampingnya, benda pipih tersebut masih belum ia sentuh selama seharian ini.
Hari ini benar-benar hari malas sedunia.
Mencoba mengumpulkan semangatnya yang tertelan di kasur, Garin berjalan gontai menuju lantai bawah untuk mengambil minum.
Dan ketika hampir sampai tangga terakhir, dapat ia lihat Caine yang sedang bersiap-siap untuk pergi keluar.
"Mami mau ke mana?" Tanya Garin.
"Mami mau ke supermarket dulu sebentar, kamu mau ikut?" Ajak Cain.
Mendengar ajakan tersebut entah dari mana semangat yang sempat tertinggal di kasur langsung terkumpul di tubuhnya.
"Sebentar mami, aku mau ganti celana dulu" ucap Garin sambil berlari menuju kamarnya.
Melihat itu Caine hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Seakan teringat sesuatu Caine sedikit berteriak ke arah lantai dua.
"Garin, kamu gak perlu pakai makeup atau apapun, biasa aja"
Mendengar itu Garin membalas Caine.
"Gak ah, muka aku aneh kalo gak pake 'itu'"
Dan Caine hanya bisa menghela nafasnya.
Sebei tidak ada yang aneh dengan penampilannya, hanya saja Garin terlalu takut komentar orang tentang dirinya.
Padahal Caine yakin jika saja Garin berpenampilan biasa saja maka akan banyak yang suka dengan dirinya.
"Mami mau ke mana?" Lagi-lagi sebuah suara menyapa gendang telinga nya.
"Mami mau ke supermarket sama Garin, kamu mau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RomanceWARNING! . . BXB AREA! . . BAD WORD AREA! . . Bukankah Garin selalu tersenyum? Bukankah Garin selalu jahil? Bukankah Garin selalu membuat orang lain tertawa? Tetapi, Apa kalian tau perasaan Garin yang sesungguhnya? Apa hanya itu yang kalian tau? ...