1

5 0 0
                                    

Sudah dua minggu sejak Zamora tak sadarkan diri, namun tanda-tanda Zamora bangun masih nihil untuk ditemukan. Seakan tak ada harapan, Rei berkutat dengan tabletnya sembari menjaga Zamora yang kondisinya sama sekali belum stabil.

Rei mencari tentang orang yang sempat ia cekik di acara ulangtahun Zamora, meski sama sekali tidak ada clue, Rei tetap tekun mencari sembari mengawasi perusahaan dimana ia kerja. Walaupun ia sedang menjaga Zamora, Rei tidak pernah meninggalkan tanggungjawabnya sebagai sekretaris Zamora.

Ketika ia sedang berkutat di tabletnya, sebuah telepon masuk dari kliennya yang seminggu lalu mengajukan kerja sama membuat Rei harus keluar sebentar dari ruangan Zamora agar tidak mengganggu Zamora.

Sementara Rei menjawab teleponnya, Zamora perlahan-lahan sadar dan membuka matanya, ia pun meneliti sekelilingnya yang tampak asing.

"Dimana ini?" tanya Zamora entah pada siapa, lalu ia tak sengaja melihat tangannya yang disuntik.

"Rumah sakit? Sejak kapan?" monolognya sampai ia mengingat kejadian ulang tahunnya.

"Ah.. benar juga. Aku sedang membuka pesta ulang tahun, mengapa tiba-tiba menjadi disini?" ucapnya lagi. Perlahan-lahan iapun berusaha duduk.

Ketika Rei sudah selesai menelepon dan ia pun masuk kedalam, lalu melihat Zamora yang sudah duduk dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Zamora? Sejak kapan bangun?" tanya Rei dengan nada khawatir

"Aku ga apa-apa. Orang yang udah nyelakain aku, udah ketahuan?"

"Belum.. Zamora. Tapi, aku lagi berusaha sebisa mungkin." Rei pun memencet tombol untuk memanggil dokter.

Setelah dokter mengecek keadaan Zamora, Zamora dinyatakan bisa pulang hari ini setelah menerima obat terakhir nanti siang. Rei yang mendengarnya pun tersenyum kecil pada Zamora yang heboh karena mendengar kabar ia akan pulang.

"Jangan banyak tingkah, Zamora.. nanti berdarah infusannya," tutur Rei menasihati Zamora yang terkadang keras kepala.

Waktu pun berlalu yang tadinya tidak panas, kini matahari seperti berada di atas kepala, yang sudah menunjukkan waktu siang hari. Keadaan Zamora semakin membaik, karena ia sudah bisa kembali mengetik di laptopnya, dan ia sudah kuat bolak-balik ke kamar mandi tanpa bantuan Rei. Zamora pun sudah menerima obat terakhir dari dokter, dan kini Zamora sudah didalam mobil Rei yang membawanya ke rumahnya setelah dua minggu tidak sadarkan diri.

Setelah sampai, Rei membawa masuk barang-barang Zamora dan membiarkan Zamora beristirahat di kamarnya setelah dari rumah sakit. Setelah itu, Rei pergi dengan motor yang memang dititip di rumah Zamora. Pintu rumah Zamora pun sudah ia tutup agar tidak ada penyusup.

----

Keesokan harinya, Zamora sudah bekerja kembali di Rebzef Corp. lalu, beberapa orang yang ingin bekerja sama sudah menghadap Zamora, CEO dari Rebzef Corp.. Rei duduk di ruangan yang berbeda dengan Zamora, meski begitu, Rei tetap mengawasi Zamora atas segala hal yang dilakukannya, takut-takut kecapean dan jatuh sakit kembali.

Zamora kembali bekerja seperti ia habis berlibur dari suatu negara, tegasnya, wataknya tidak ada yang berubah meski dia tak sadarkan diri dua minggu. Ia juga keluar untuk mengawasi karyawannya yang hari-hari ini sedang dipenuhi dengan minggu projek, yang mana membuat mereka menghabiskan waktu hampir 20 jam di kantor. Tanpa terasa, sore telah datang. Zamora yang biasanya lembur, kali ini memutuskan untuk pulang lebih dulu dan memberikan karyawannya kebebasan entah mau menetap atau tidak. Tidur di kantor pun terkadang Zamora hiraukan, mungkin mereka memiliki masalah sendiri. Rei yang ditugaskan untuk mengurusi berkas-berkasnya tidak ikut pulang menemaninya. Jadilah Zamora berjalan sendiri keluar dari gedungnya untuk mencari bus ke arah rumahnya.

Tetapi ketika ia berjalan menuju halte terdekat, ia melihat bus arah rumahnya sudah berhenti dan sedang memuat penumpang. Hanya tiga orang, membuat Zamora langsung berlari tanpa berpikir panjang, tetapi ketika hampir sampai, Zamora terjatuh karena sepatu haknya yang patah, tepat ketika ia hendak berdiri, ia melihat bahwa busnya sudah pergi membuat Zamora berdecak kesal.

Ketika ia ingin bangun, tiba-tiba saja seorang remaja sekitar umur 25 berjas hitam berlutut di hadapannya. Ia juga menggenggam tas kerjanya. Zamora pun melihat penampilan lelaki itu dari bawah sampai atas. Mengernyit, lalu berujar, "Anda.. siapa?" tanya Zamora yang hendak berdiri namun kakinya keseleo sehingga kesakitan dan kembali terjatuh, mengerang.

"Saya liat anda dari halte. Sini saya bantu berdiri.." ucap lelaki berjas itu. Tanpa lama-lama, lelaki itu membantunya berdiri setelah melepas kedua sepatu hak Zamora yang menyebabkan Zamora terjatuh.
"Kebetulan, saya sedang menunggu taxi, apa anda mau ikut sekalian dengan saya?" tanya lelaki itu sembari membopong Zamora ke tempat duduk halte.

"Y-yasudah boleh.. saya tidak bisa bergerak banyak dengan kaki saya yang keseleo." Zamora menatap lelaki itu, meminta tolong.

Lelaki itu pun mengangguk, tidak lama dari kejadian itu, lelaki tadi sudah menemukan taxi, segera lelaki itu membopong dirinya masuk ke mobil, dan ia juga masuk ke dalam mobil, bedanya ia di depan bersama pak supir.

Tidak terlalu memakan waktu lama untuk sampai di rumah Zamora, lelaki itu pun segera membantu Zamora turun dengan ia membawa sepatu hak Zamora sembari membopong Zamora.

"Terimakasih, ini kartu nama saya. Terimakasih banyak sudah membantu, disitu ada nomor saya, nanti chat saja untuk mengganti uang taxinya. Sekali lagi terimakasih," ujar Zamora yang berdiri mengandalkan tembok rumahnya. Ia pun menyodorkan kartu namanya. Sepatu haknya sudah berada di tangannya beberapa detik yang lalu. Lelaki tersebut pun kembali masuk ke dalam taxinya setelah membalas perkataannya.

====

To Be Continued

Hotel AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang